Tujuhbelas

167 7 1
                                    

Rutinitas itu telah berakhir. Kemudian, annisa digendong oleh devan sampai kelasnya. Serta menyuruh salah satu murid yang tengah melewati dirinya untuk membawa kursi roda annisa. Tubuh annisa menempel langsung dengan punggung devan. Rindu dengan tubuh devan. Bahkan saat ditangga. Annisa sengaja mencubit pipi devan. Devan kesakitan. Annisa tertawa. Tawa mereka berdua terdengar hingga luar kelas.

Devan mengetuk pintu kelas annisa. Ternyata ada bu mellan. Yang kebetulan sedang mengajar pelajaran tes psikologi. "Permisi bu melan yang cantik..." Permisi devan. Diikuti oleh murid dibelakangnya yang membawa kursi roda annisa. Pelajaran seketika menjadi terhenti. Perhatian tertuju pada annisa dan devan. Siswa itu meletakkan kursi roda serta keluar.

Devan setengah membungkuk. Membiarkan annisa turun dengan sendirinya. Hingga duduk diatas kursi roda. Bangkunya paling belakang. Pojok. Sendirian pula. Sama seperti devan. "Ini tas kamu..." Devan memberikan tas milik annisa. "Belajar yang rajin ya..." Devan senyum. Annisa membalasnya. Berjalan kedepan. Mencium punggung tangan bu mellan lantas keluar diiringi dengan pengucapan salam.

"Oke anak-anak kita lanjutkan tesnya..."

***

Bel istirahat telah berbunyi. Devan senyum-senyum sendiri dikelasnya. Bertanya sedang apa annisa saat jam istirahat? Apa dia bawa bekal? Ahh aku merindukannya. Padahal baru aja tadi pagi aku melakukan rutinitas aku. Sebuah pesan chat dari annisa lagi-lagi membuat devan merasa energetic.

Annisa'luv💘
Hmmm devan aku gabut...

Tentu ini menyentuh hati. Devan langsung bangkit dari bangkunya. Tanpa basa-basi menuju kelas annisa yang letaknya cukup jauh juga. Sepanjang devan berjalan. Banyak pasang mata melihat kearahnya. Ada yang takut. Ada yang bodoamat dan ada yang heran. Ada apa devan berkeliling? Apakah ada pemalakan reborn lagi? Hampir seluruh populasi sekolah tau bahwa devan pacaran dengan annisa. Siapa yang menyebarnya? Tak jauh dari amar, dan bima. Sementara satria, merasa cuek cuek aja. Termasuk tipe teman yang gak lemes mulutnya.

Devan sudah berada didepan jendela yang terhubung dengan bangku annisa. Devan membuka jendela. Memunculkan kepalanya saja. "Hey" sapa devan membuat annisa kaget saat makan. Devan tersenyum.

"Kamu ngapain disitu?"

"Disini aja"

"Udah sini aja masuk. Nanti ada yang jail gimana lho"

"Gaada ko hehe. Gaada yang berani sama gue"

Gaada yang berani sama lo? Cihhhh, nanti lo yang takut sama gue. Ucap salah seorang murid yang tak sengaja mendengar perbincangan devan serta annisa. Matanya menatap ponsel yang ada didepannya. Tetapi hati serta pikirannya berkalut kemana-mana.

Devan memutuskan untuk masuk kedalam kelas. Menyambar salah satu bangku disebelahnya. "Bawa bekal kamu sayang?" Tanya devan. Annisa mengangguk. Sambil mengunyah.

Ohh jadi kalian sudah pacaran? Hmmmm menarik.

"Lain kali bilang dong sama aku kalau kamu bawa bekal kan nanti kita makan bareng" devan memajukan bibirnya membuat annisa tertawa.

"Mau ga disuapin" Ucap annisa mengambil sesendok nasi serta mie oyeng. "Aaaaa buka mulutnya" ucap annisa. Devan membuka mulutnya. "Eenggggggggg.... Engggggg.... Engggg" annisa menggerakkan sendoknya seperti pesawat terbang. Seolah dia menyuapi bayi. "Ammmmmm enak?" Sesuap sendok telah masuk kedalam mulut Devan.

Devan mengangguk sambil mengunyah makanannya. "Enak banget makanannya" puji devan.

"Ahh jangan berlebihan ini cuman mie goreng doang"

"Yang pasti, kamu ya, yang masak" tebak devan.

Annisa menggelengkan kepalanya. "Aku tu ga pernah masak"

"Kenapa?"

"Gatau ayahku dia larang aku"

Senyap hanya diam yang tersisa. Tak ada obrolan selanjutnya. Kami benar-benar kehabisan topik untuk hari ini. "Pulang nanti kamu dijemput sama ayah mertua?"

"Hah?"

"Ehh maksud aku, ayah hehe" Ucap devan sambil menutup mulutnya karena malu salah mengucapkan.

Annisa tertawa kecil. Ia sudah tau apa yang dikatakan devan barusan. Ayah mertua? Yakali aja dah kelainan nih anak. "Aku setiap sekolah dijemput sama ayah"

"Ohhh kalau gitu aku temenin sampai ayah kamu datang bagaimana?"

"Hehe boleh saja kok. Ehh btw kok ayah aku kemarin gak galak sama kamu? Biasanya dia suka galak kalau sama orang baru. Apalagi temen cowo aku. Hmmmm?"

Devan tersenyum. "Simpel itu mah"

"Hah? Apanya?"

"Cuman ngasih martabak aja udah berasa hubungan mertua dan menantu hehe"

Annisa tertawa lebar. Hingga gigi kelincinya keliatan. Namun tertutupi oleh telapak tangan yang menghalangi pemandangan indah itu. Devan hanya senyum. Senyuman ini mungkin bisa dikategorikan sebagai yang paling tulus. Suatu saat aku akan menjadi bagian yang annisa butuhkan walau itu tidak spesial.

***

Spontan in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang