Tiga

527 20 1
                                    

Entah apa yang merasuki devan hari ini hingga dia senyum-senyum sendiri. Dikantin, dirinya terkenal sebagai pembajak Kantin karena suka merampas jajanan kepunyaan orang lain bukan karena ia gaada duit tapi karena malas mengantri untuk membeli makanan lebih tepatnya unjuk gigi superiornya di dunia kantin, bahkan secara terang-terangan geng devan merokok dibagian ujung kantin salah satu tempat yang tidak terjamah oleh para murid kecuali geng mereka. Devan terkenal sebagai devil atau iblis jadi dia tak akan memberikan nafas kepada orang yang berani-berani melaporkannya ke kepala sekolah (kalo lo orangnya cepu sama aja nyetor nyawa). Devan heran mengapa dia mudah terbawa perasaan semenjak bertemu dengan Annisa? Bahan apa yang ia pergunakan sehingga berhasil memikat hati Devan? Padahal menurut orang lain Annisa itu cewe biasa saja, sederhana dan cacat menurut sebagian orang. Bodo amat! Annisa itu istimewa. Mungkin devan punya mata batin untuk bisa lihat keistimewaannya  yang tak bisa dilihat oleh mata biasa.

"Hey bro napa lu senyum-senyum sendiri?" Satria datang dengan beberapa temannya kemudian duduk mengelilingi Devan.

"Tau nih udah gila si" Tambah Bima.

"gue tebak lo lagi jatuh cinta sama seseorang?" simpul Amar membuat semua temannya menyoraki devan.

"Paansi goblok! Gue gak lagi kasmaran" Kesal devan kemudian meninggalkan teman-temannya yang terkadang buat Devan jengkel tetapi mereka lah yang menemani dirinya di kala sepi, sedih, susah, dan senang. Telah devan anggap mereka sebagai saudara laki-laki. 

Devan memanjat anak tangga menuju kelas annisa entah kenapa ia kini begitu gugup sekali, kemudian dua orang siswa datang menuruni anak tangga yang sama dan Devan langsung mencegat jalan mereka.

"Lu-lu pada sekelas kan sama annisa?" Tanya devan.

"Bukan gue tapi dia" kata temannya menunjuk kesebelah.

"Gue mau nanya, kalo Annisa itu pulang suka dianter sama ayahnya ya?" Tanya Devan dengan mimik wajah ingin tahu. 

"Kayaknya sih gitu dan kalau pulang suka yang paling akhir"

"apa iya?"

"Karena diakan pake kursi roda jadi dia harus nunggu ayahnya datang untuk menggendongnya" Jawab dia dengan yakin.

"Oh oke thanks" Devan melanjutkan perjalanannya menuju kelas annisa betapa banyak orang-orang yang berada disekitar koridor sekedar nongkrong - nongkrong mendadak menjaga jarak dengan Devan. Mereka tidak mau berurusan dengan orang seperti Devan sepanjang hidup mereka. 

"Tumben banget devan ga malak kita? Biasanya dia kalau cegat orang itu tandanya dia akan malak kita"

"Masuk yuk kekelas entar lu dicabuli sama devan"

"Lah lah lah kok masuk kekelas Annisa?"

Devan tak memerdulikan ucapan orang-orang ketika dirinya sudah dibingkai pintu dan menatap Annisa dari kejauhan membuat devan tersenyum sendiri sampai rona di pipinya memerah. Beberapa orang yang ada didalam kelas menatap dirinya aneh tidak seperti biasanya karena most wanted sekolahan tersenyum seperti orang dimabuk asmara.

Akhirnya devan memberanikan diri untuk mendekat terhadap Annisa yang sedang membaca buku. Devan duduk dibangku depan annisa. "Hei" sapa Devan.

Annisa menurunkan bukunya. "Hai devan"

Beberapa saat keheningan diantara kami berdua mulai terjadi. "Pulang nanti mau gak aku temenin?" Ajak devan walau sebenarnya dia gugup untuk mengatakannya.

"nemenin apa?"

"Menemani kamu sehabis pulang sekolah"

"Ngapain? gausah repot-repot deh"

"Ga ngerepotin sama sekali kok"

Tak ada jawaban yang terlontar dari mulut Annisa selain menghembuskan nafas sembari mengangguk-nganggukan kepalanya. 

Devan senang lalu dirinya pergi keluar dari kelas Annisa. Penampilan Devan yang urak-urakan, seragam sekolah yang dikeluarkan nampak juga dada bidangnya karena dua kancingnya terbuka dan celana yang ketat. Sudah pantas title pembuat onar dan siswa terkonsisten mendapat hukuman dari guru-guru di layangkan kepada devan, tidak ada lawan memang beliau ini. Top satu berkali-kali dalam nominasi semacam ini. 

"Nis, Gue pengen kasih tau lu sesuatu" Ucap Desti teman sebangku annisa.

"Apaan?"

"Devan itu gaada perasaan apapun ke cewe..."

"berarti ke cowo ada?" potong Annisa dengan cepat. 

"HAH TAIK dengerin dulu weh" Desti mengatur nafas agar tidak kebablasan berbicara dengan mode kebun binatang. "oke gue lanjut, Devan gaada perasaan apapun dalam hidupnya mau ke cowo ke cewe sama aja! Nis udah tau dia itu iblis. Dia aja ga pernah pacaran, ga pernah dalam sejarah dia lembut sama cewe tau ga? dan lu cewe pertama yang berinteraksi langsung sama dia bahkan sampe sentuhan"

"Yang bener desti?"

"Bener weh, lu boleh gorok leher gue kalo ternyata salah"

"Semua yang diucapin Desti itu ada benarnya. Akupun bahkan tak pernah melihat Devan berpacaran ataupun berhubungan dengan cewek-cewek disekolah ini dan sekarang gue jadi tranding topik" Batin annisa.

"Dan lu harus inget sekarang lu jadi topik of the week di sekolah ini. Setiap kali gue lewat gue sering denger orag-orang lebih banyak sebut nama lo" Desti melirik ke arah kedua daun telingaku yang memerah. "Gue udah sering liat daun telinga lo merah kayak gini, masih banyak yang ngomongin lo artinya"

"Duh napa hidup gue jadi complicated gini sih?!" 

"Intinya lo harus hati-hati lah sama devan, spesies cowo yang lo hadapin sekarang bukan cowo menye-menye Annisa, dia itu dakjjal"

***

Spontan in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang