Jam 12.00
Waktunya istirahat kedua dimulai, memberikan waktu kepada siswa-siswi lainnya untuk menunaikan ibadah. Tapi tidak dengan komplotan devan. Geng yang terkenal ganas dan sangar itu malah duduk-duduk dikantin sambil ngopi dan bermain gitar. Ditambah devan bercerita kepada sahabatnya. Walau rada tolol dan sengklek otaknya tapi kalo urusan curhat mereka jadi garda terdepan buat satu sama lain.
"Gue merasa bersalah banget sama annisa. Dia bahkan bilang sama gue kalo dia gaakan percaya lagi sama gue sama seperti mantannya" ucap devan bercerita kepada para sahabatnya.
"Emang lu ada berbuat apasih sama annisa sampai lo bersalah banget sama dia?" Tanya satria.
"Ayah dia sekarat..." Katanya. "Pas gue balik sama annisa dari konser kpop itu. Banyak orang ngumpul didepan rumah annisa, gue jadi kaget dong. Setelah tau ayah annisa sekarat, dilarikan kerumah sakit terdekat"
"Kok bisa annisa gatau?" Tanya amar.
"Karena dia lagi tidur gue gatega banguninnya" Jawab devan.
Bima yang duduk disamping devan menepuk pundak sahabatnya lalu mengelusnya seolah memberi kekuatan semangat padanya dari luar. "Tapi lo sampai kapan mau sembunyiin ini dari dia?" Kini pertanyaan bima membuat devan semakin pusing. Ia takut membayangkan respon annisa saat tau segalanya.
"Aku gak nyangka kamu boong samaku. Aki betul-betul ga nyangka dev! KAMU JAHAT! KAMU SAMA AJA!"
Atau...
Annisa hanya menangis tanpa berkata-kata.
Devan membuyarkan pikirannya itu dengan segera. "Itu yang gue bingunin bim, kalo sampai ia tau dan mutusin gue gimana" Ucapnya bahkan air mata devan mengalir dari kelopak matanya.
"Ehh anjir malah netes ni anak" Kaget amar.
Bima memeluk sahabatnya itu bermaksud untuk memberikan ketenangan. "Udah lah ini disekolah lu malah nangis entar aja di basecamp" katanya.
Devan tersadar. "Ohiya anjir lupa gue" Ia menghapus air matanya. Lalu ia melirik kearah sekelilingnya banyak yang menatap dirinya. Devan pun berdiri dan menatap tajam kearah semua orang "LAGI LIATIN APA LO PADA?!". Devan kembali duduk dan meminum es teh yang ia pesan.
"Kalo urusan annisa lu tuh ambyar banget ya" Simpul satria. "Seolah lu punya hati yang lembut padahal lo kan gangster"
"Betul tuh gue padamu lah" Kata Bima.
"Apaansi lo" Ucap satria mendelik jijik pada bima.
"Mau gue peluk kek devan tadi?" Tawar bima.
"Ogah njir lu peluk aja batang pohon dibelakang sekolah" Jawab satria.
Semuanya tertawa. "Sat lu gausah malu-malu gitu deh sekalinya dipeluk lu malah ketagihan" Tambah amar.
"Babi lo pada jatuhin gue aja bisanya" Umpat satria.
"Santai aja kali cuman bercanda doang elah lu mah baperan" Ucap devan.
"Ingat gak kalo baperan mainnya sama siapa..." Kata bima.
"SAMA ANAK AYAM!" Sambung amar bima dan Devan dengan kompak kecuali satria yang malah nambah kesal dengan kelakuan sahabatnya itu.
Notifikasi...
"Eh dev hape lu bunyi tuh" Ucap satria memberi tau.
Devan segera cek hapenya. Sebuah notif dari annisa yang minta tolong padanya untuk belikan pensil. Begitu cepat dan gesit devan pergi ke koperasi membeli pensil bahkan membeli banyak sekali dari yang annisa suruh.
"Buset tuh anak cepet banget jalannya" Kata bima.
"Iyaa pasti dari si bebepnya, kalo kagak mana mungkin dia secepat itu" Tambah amar.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Spontan in Love
Teen Fiction"Kenapa kamu jatuh cinta pada wanita seperti aku? Punya fisik yang tidak cantik dan sesempurna wanita lainnya?" "Terkadang cinta yang sesungguhnya itu bukan dari dia sempurna tapi, bagaimana ia mengubahnya menjadi sempurna," Kehidupan Annisa sebelu...