Enampuluhtujuh

59 2 0
                                        

Kami saling menatap tanpa saling mendekat satu sama lain. Entah mengapa perasaan ini begitu gugup dan tak bisa dijelaskan. Merasa ingin pergi tidak bisa tapi juga ingin sekali berdiam pun tak mungkin. Apa yang harus kulakukan? Dia bersama teman-temannya bermain kembang api tapi tangannya hanya diam saja. Dengan berat langkah, akupun mendekati dia. Dengan senyum tipis untuk melunturkan sensasi canggung yang membalut hati ini. Para teman-temannya pun perlahan menjauh seolah lupa dengan Annisa. Ini kesempatan bagus. Annisa membuang kembang api yang dia pegang karena sudah tidak menyala lagi. Angin malam berhembus menusuk kulit walau sudah dibalut pakaian panjang serta hangat.

"Dingin sekali cuacanya" Ucap devan sedikit gugup. Annisa mengangguk sambil tersenyum lalu matanya mengarah ke langit yang penuh dengan hiasan kembang api padahal tahun baru belom saja dimulai. "Waktu berjalan dengan cepat" Kata devan seraya matanya menatap kearah langit juga. "Kamu sudah bisa berdiri satu tanah bersamaku, dulu aku yang selalu ada saat kamu masih belom menyentuh tanah, saat kekelas harus digendong sama aku terus dilapangan selalu berjemur jam delapan pagi, tapi aku menikmati prosesnya" Devan mulai menatap annisa dengan tersenyum bahagia dengan apa yang berubah pada diri annisa. "Pastinya kamu sangat senang sekali ketika bisa berjalan seperti sekarang, mungkin juga kamu berlari-lari kecil atau menangis karena saking bahagianya" Devan berandai dan asumsi yang dia ucapkan memang ada benarnya serta tidak sepenuhnya salah.

Annisa memberanikan untuk ikut mengeluarkan suara. "Aku juga tidak menyangka kita seperti ini lagi. Kukira setelah aku memutuskan kamu, kamu bakalan pergi menjauh tapi tidak" Annisa menunduk, merasa bersalah dan malu sendiri bila dekat dengan devan.

"Devan-akan-selalu-temani-annisa-sampai-sembuh" Devan mendadak tertawa kecil setelah mengucapkan kalimat tersebut. "Tapi aku tidak sepenuhnya menemani kamu sampai sembuh. Aku jadi malu dengan beberapa janji-janji manis yang tak pernah aku wujudnya kesannya malah ingkar janji atau bullshit"

"Tidak masalah tapi jujur kamu yang menemani aku disaat membutuhkan teman sekaligus hmm pacar" Annisa malu, pipinya mendadak kemerahan. Devan juga merasa demikian ketika mendengar kata 'pacar' dari mulut annisa ia langsung malu sendiri. "Walau kadangkala aku selalu emosional dan juga memarahi kamu tapi gak pernah aku melihat kamu marah atau berbuat kasar padaku atau juga berkata yang tidak mengenakan, kalo cowok lain pasti sudah berbuat seperti itu tidak jauh dan tidak lebih"

"Walau kamu marah sama aku, aku gabisa marah terlalu dalam bahkan sampai benci, hanya sebatas kesal"

"Kamu mengatakan itu benar adanya kan?" Devan mengangguk. "Tidak dilebih-lebihkan?" Devan menggelengkan kepalanya. "Aku bangga ketemu dan kenal sama kamu, kamu itu jujur dan juga penyayang ternyata kalo sama orang yang dicintai"

"Hehe kamu terlalu berlebihan"

"Tapi memang benar adanya ko" Suasana kembali hening diantara kami berdua. Hanya menikmati pemandangan malam tahun baru yang begitu meriah. "Aku dengar-dengar orang tua kamu itu..." Devan langsung menegok kearah annisa karena telinganya sensitif mendengar kata tersebut. "Oh maaf aku terlalu frontal ya ngomongnya"

Devan menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa, justru aku jadi tau yang sebenarnya dan itu membuatku lega sekali"

"Terus kamu tinggal sama siapa untuk sekarang?"

"Sendiri seperti kamu dan tempat tinggal aku ga jauh dari kontrakan kamu"

Perasaan dalam hati ini semakin saja menaik dan telah mencapai penahannya. Devan ingin menyatakan perasaan dalam hatinya untuk sekarang, mumpung orangnya ada didepan mata dan jika dibiarkan mungkin kesempatan ini akan terbuang dan feel untuk mengungkapkannya akan semakin berkurang.

23.45

"Annisa aku mau ngomong sesuatu sama kamu" Annisa menoleh dan menatap wajahku. Itu saja membuat Devan semakin gugup dan keringat menetes satu persatu membasahi dahi padahal cuaca saat ini sedang dingin. "K-kamu mau kembali ke masa lalu?"

"Masa lalu?"

"I-iya"

"Maksudnya apa? Aku ga mengerti"

"Di masa lalu kamu selalu bersama siapa?"

"Hmmm sama kamulah"

"Jadi mau kembali bersama aku lagi seperti dimasa lalu?"

Perfect! Umpan yang begitu pas. Annisa saja sampai tertegun saat mendengarnya dan wajahnya seketika langsung kebingungan. Kami saling berdiam diri dan melamun. Apalagi devan setelah mengucapkan hal itu, dirinya merasa begitu malu dan takut jika saja dia menolak permintaanku.

00.00

Tepat kebulatan pada angka jam suara bergemuruh dimana-mana. Kembang api, terompet, dan sorakan dari lautan manusia yang mengatakan "SELAMAT TAHUN BARU 2020!!!" Suara itu membuat Devan serta Annisa kaget dan tersadar dari lamunannya yang memakan waktu cukup lama.

"Jika kamu keberatan mengatakannya sekarang tidak apa-apa tak usah dipikirkan anggap saja angin lalu"

"AKU MAU"

"Hah?"

Annisa mengangguk.

***

Spontan in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang