tigapuluhenam

73 4 0
                                        

Dipagi hari yang sangat cerah. Devan dan annisa berada dilapangan sekolah. Devan duduk diatas aspal yang cukup hangat karena sinar matahari pagi ini tidak terlalu terik. Menyandarkan kepalanya kekaki annisa. Devan selalu aja berbuat nakal agar dihukum dilapangan. Annisa merasa tak enak dengan devan jika terus begini maka devan otomatis akan tertinggal dengan murid yang lain. Karena tidak ada guru yang mengawasi jadinya devan bisa duduk-duduk sambil mengobrol dengan annisa kesayangannya.

"Nis, kamu rindu mamah kamu gak?" Tanya devan memulai obrolan.

"Aku juga rindu van. Mana ada anak yang enggak rindu mamahnya sendiri"

"Tapi kok aku gak pernah liat mamah kamu?"

"Mamah aku udah lama meninggal"

"Ya ampun sorry"

"Iya ko gapapa"

"Kaki kamu mau aku pijit gak? Siapa tau bisa bantu"

"Gausahlah"

"Udah gapapa" Devan tetap melakukan apa yang ia katakan. Tangan keparatnya memijat lembut kaki kesayangannya. Biasanya kedua tangan devan dilakukan untuk melakukan hal yang tak wajar pada semuanya.

"Kamu tau gak? Semenjak ada orang yang tau bahwa aku pacaran sama kamu. Aku jadi merasa ditakuti"

"Hehehe itu karena mereka tau bahwa devan pacarnya"

"Btw siapa yang nyebarin kalo kita pacaran?"

"Pasti temen aku si bima" kata devan. "Aku rindu mamah. Kemarin dia datang tapi cuman sebentar"

"Mamah kamu emang gak netap dirumah?"

Devan menggelengkan kepalanya. "Dia tidak seperti mamah yang lain. Dia selalu pergi tak pernah seharipun dirumah menemani anaknya"

"Mamah kamu mungkin kerja buat kamu juga kan"

"Lebih baik mamah aku gausah kerja aja kalo seandainya dia gak pernah ada buatku"

Mendadak ponsel annisa berdering. Otomatis annisa liat chat dari bagas yang membuat ia tercengang. Annisa takut kalo sampai devan yang melihatnya. Maka ia matikan saja ponselnya dan memasukannya kembali kedalam ponsel.

"Chat dari siapa itu?" Tanya devan bernada ingin tau. "boleh aku liat?" Tanyanya sekali lagi memandang kearah annisa.

"Cuman chat ayah aku aja kok"

"Kalo chat dari ayah kenapa kamu gak balas?"

"Hmmm ga penting Cuman balasan kemarin malam aja"

"Oh gitu" Annisa merasa lega ketika devan tak ingin memperpanjang soal ini. Mungkin saja ia bakalan tau soal masa lalunya dengan bagas tapi mereka musuh bebuyutan sejak smp. Devan mengenggam kedua tanganku "Annisa aku pengen kamu selalu ada buatku. Aku gamau kamu pergi"

"Aku gaakan pergi palingan juga kamu yang pergi"

"Eh kagak, aku yang bilang kan masa iya aku pergi"

"Bisa jadi bullshit"

Cuaca mendung ini mendadak menjatuhkan setitik air. Berawal membasahi kepala Annisa. Kemudian berujung seragamnya nampak basah. "Eh hujan yuk berteduh" Kata annisa.

"Gausahlah"

"Kok? Nanti seragam kita basah!"

"Aku pengen main hujan-hujanan sama kamu"

"Ah akumah gamau entar seragam aku basah bagaimana kita masuk kelas"

"Paling disuruh pulang"

"Ihhh kamu dibilanginnya bandel amat sih"

"Hehehe maaf, yaudahiya kalo kagak sekarang entar aja deh" Devan mengalah dan ia mendorong kursi roda annisa sampai ketangga. Kelasnya berada diatas. Namun kali ini ia tak mengendong lewat punggung melainkan ia bawa tubuh annisa keatas pangkuannya. Kedua tangan annisa melingkar dileher devan. Seperti suami yang menggendong mesra sang istri menuju kamar.

"Ehh Devan nanti banyak orang lewat aku malu tau"

"Malu apanya? Kan semua orang udah tau kalo kita itu pacaran ehh engga deng tunangan"

"Mau tunangan?"

"Kamu yang bilang tadi ya? Aku sih mau mau aja sekarang juga bisa"

Devan melihat salah seorang siswi keluar dan ia menyuruhnya untuk membawakan kursi roda milik annisa yang masih tertinggal dibawa. Devan memperlambat langkahnya menuju kelas. Agar ia menikmati menggendong annisa bagaikan membawa sang kekasih. "Ih devan nanti keburu istirahat"

"Biarin"

"Ihh bandel banget sih dibilanginnya" Kata annisa. "Itu ikat kepala kamu bukan gera ga cocok banget kamu jadi pelajar, Udah sana jadi preman aja dipasar"

"Kalo aku jadi preman dipasar entar gabisa ketemu kamu"

"Biarin syukur-syukur"

"Ihhh gitu banget sama aku"

Bel istirahat berbunyi. Ini yang Annisa takutkan kemudian ia membenamkan wajahnya diatas dada devan. Lalu tangan kanannya mengarahkan rambutnya menutupi wajahnya agar tak dikenali oleh orang-orang. Devan hanya tertawa melihat annisa malu-malu. "Udah ih kamu ngapain pake acara ditutupi segala"

"Aku malu tau" Kata annisa. Kemudian telinganya bisa mendengar detakan jantung devan yang cukup berdebar dan ia rasakan dadanya begitu membidang dan nampak berotot. Annisa nyaman membenamkan kepalanya diatas dada pria itu.

"Van woi lu mau kekantin kagak?" Kemudian teman-temannya yaitu bima, satria dan juga amar keluar dari kelas menghampiri devan yang tengah menggendong seorang cewek.

"Kalian duluan aja gue masih ada urusan" Jawab Devan.

"Ini pasti nyonya negara kan?" Tanya bima. Devan mengangguk sambil tersenyum manis kepada annisa.

"Kok dia tidur sih?" Tanya bima sekali lagi.

"Ihh kepo amat lu" tambah amar.

"Udah yuk gengs kita kekantin aja gaenak ganggu ketua wkwkwk" Ucap satria bernada jail kemudian mengajak kedua temannya untuk segera pergi meninggalkan Devan.

Devan hanya menahan tawa ketika melihat annisa malu-malu. Akhirnya sampai juga kedalam kelas annisa. Perempuan itu mengangkat kepalanya dan merapihkan rambutnya, lalu mengikatnya. Devan memposisikan annisa untuk bisa duduk diatas kursi roda.

"Makasi ya devan"

"Ga perlu makasi udah tugas aku kok"

"Kamu tadi gak berat bawa aku? Daritadi lho Gendong aku kemana-mana, aku tau kamu pasti muter-muter kan?" Devan hanya tersenyum dan mengusap bagian belakang kepalanya karena malu. "Pantesan aja aku bisa denger suara teman-teman kamu perasaan, kelas aku sama kelas kamu beda blok ga mungkin melewati kelas aku dulu"

"Udah deh yang penting kamu bisa sampai kekelas. Aku mau kekantin dulu" 

"Yahh padahal aku pengen banget liat kantin sekolah seumur-umur aku gak pernah kekantin pas istirahat"

"Yaudah yuk kekantin" Devan hendak mengangkat tubuh annisa kembali namun perempuan itu malah menolak.

"Lain kali saja daritadi kamu gendong aku terus ga capek apa? Bahkan si Budi yang badannya gede aja melebihi kamu, capek gendong aku naik tangga"

"Berarti dia lemah, badan aja gede. Yaudahiya aku kekantin dulu yak udah laper"

Annisa mengangguk. Devan melenggang pergi dari kelas annisa. Kemudian berjalan agak cepat menyusuri anak tangga. Annisa merasa senang sekali. Kemudian ia menuangkan perasaan bahagia itu pada sebuah note kecil yang ada dikolong meja. Namun ketika hapenya menyala. Ia melihat bahwa hari ini sudah akhir bulan November dan beberapa hari lagi sudah awal bulan. Itu berarti konser BTS sebentar lagi! Aku harus kasih tau devan.

***

Spontan in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang