Limabelas

177 6 0
                                    

Devan bangun pagi-pagi, dirinya merasa malas untuk pergi sekolah. Rambutnya berantakan bagaikan belom disisir. Bantalnya penuh dengan air liurnya yang membentuk pulau-pulau kecil. Ponselnya berdering. Pesan dari annisa. Berupa pesan suara! Devan langsung mendengarnya.

"Selamat pagi sayang... Kapan kamu kesekolah? Aku lagi sarapan nih. Aku tunggu kamu disekolahan ya"

Mendengar pesan suara annisa barusan membuat devan merasa semangat. Namun jam menunjukan pukul enam pagi. Masih ada waktu untuk berbenah diri walau nanti ia takkan sarapan. Karena waktunya tidak cukup. Keburu terlambat.

Dibawa pohon mangga sekolahannya. Annisa menunggu kedatangan pacarnya. Dengan wajah cemberut. Bahkan annisa membiarkan supirnya untuk lebih pulang duluan. Sengaja agar devan yang menggendong sampai kelas. Annisa sudah rindu dengan pria itu.

Motor ninja merah. Annisa sudah tidak asing dengan pemilik motor itu. Senyum merekah. Bersiap-siap. Memasang wajah marah. Padahal diri sendirinya sedang bahagia. Kepala devan bergerak kekanan-kekiri. Mencari keberadaan annisa. Hingga matanya menangkap seoeang wanita yang sedang duduk dikursi roda. Berteduh dibawah pohon. Devan tersenyum. Bahkan kali ini ia merasa amat bahagia melihat wanita itu sudah kembali sekolah. Hingga tak sadar helm masih devan kenakan diatas kepala.

"Pagi sayang" ucap devan. Lengkungan bibirnya membentuk senyum alami diwajahnya. "Kamu kok cemberut gitu? Marah bukan sama aku?" Devan menyakinkan wanita itu. Kemudian berjongkok didepan hadapan annisa. Annisa sama sekali tidak menjawab. Hanya diam. Wajahnya kini berubah 100% marah. Benar-benar akting yang luar biasa. "Yahhh maaf aku tadi bangunnya agak telat tadi aja sampai belom sarapan. Asalnya aku tu gamau sekolah"

Annisa menghela napas panjangnya. "Pertama-tama kamu buka tuh helm" Devan melirik keatas. Melihat ada helm yang masih menempel dikepalanya. Devam melepaskan helm. "Kedua, kamu ko telat? Aku tu udah nunggu lama banget" Annisa melipat kedua tangan didadanya. Devan menunduk sedih. "Ketiga Aku malas sama kamu. Lebih baik aku digendong saja sama supir aku"

Kepala devan mendongak keatas. "Yahhh maafin aku beb. Tadi benar-benar terlambat akunya. Iyaya ini salah aku. Kalau kamu marah sama aku gapapa ko?" Devan bersedih. Kepalanya menunduk. Tak berani melihat wajah annisa sedikitpun. Disatu sisi, annisa tertawa tanpa suara. Melihat tingkah laku devan bagaikan anak kecil yang baru saja dimarahi oleh ibunya.

"Gaada maaf buatmu"

Terdengar rintihan devan. Membuat annisa kaget dan memegang kedua pundak devan. "Devan kamu nangis? Yahh maafin aku dong. kamu jangan nangis. Malu tau diliatin nanti aku lagi yang diomongin"

"Kamu gak salah? Aku yang salah. Datang telat"

"Udah sayang ini cuman prank" kata annisa.

Devan terkejut saat mendengar ucapan annisa. "Ohh jadi itu cuman prank aja uhhh kamumah" Devan bersungut-sungut. Kedua tangannya dilipat didada. Mengikuti gerakan annisa tadi saat ngambek.

"Kamu ngambek nih?"

Devan tak menjawab. Membuang mukanya. Annisa hanya tersenyum. "udahlah jangan marah-marah lagi sayang nanti aku gak sekolah baru tau"

"Ihh janganlah sayang. Liat kamu disekolah ini aja sudah buat aku senang" Ucap devan. Begitu mudahnya mengembalikan mood Devan. Annisa bahagia disisi devan. Berasa dirinya memiliki sebuah teman. Yap teman sekaligus teman untuk bercinta.

***

Spontan in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang