Empatpuluhsatu

75 2 0
                                    

Sampai keesokan harinya annisa masih belom melihat ayahnya bahkan kini mobilnya sudah hilang apakah ayah diam-diam pergi? Ah rasanya tidak mungkin dia berpergian sangat misterius. Annisa saja tidur tengah malam karena menunggu ayahnya pulang dan mustahil ayahnya bisa tidur hanya beberapa jam lalu bangun dini hari sekali. Sebenarnya ada apa ini? Apakah ada yang sengaja disembunyikan oleh devan? Kata bi iyem, devan akan datang mengantarkan aku kesekolah.

Pria itu kini memberhentikan mobilnya didepan halaman rumah, bi iyem mendorong kursi roda dibelakang lalu devan mengendong aku sampai masuk kedalam mobil dan melipat kursi roda. Baru kali ini aku diantar bukan sama ayahku sendiri, kini bersama devan. Kesayanganku.

"Devan" Panggil annisa.

Devan menegok sekilas. Hmm?

"Kamu tau ga ayahku dimana?" Mendadak devan mengerem mobil. Untungnya kami memakai sabuk pengaman jadi tidak terjadi hal yang buruk. "Ada apa?" Tanya annisa bernada khawatir.

Devan terdiam lalu ia melihat kearah kaca yang ada di dashboard betapa takutnya dia. Sebelumnya tak pernah ia rasakan apa itu takut, dan apa itu bersalah? Baru kali ini. Lalu devan menyalakan kembali mesin mobilnya setelah pengendara dibelakang membunyikan klakson berkali-kali mungkin sedang terburu-buru.

"Jawab van!"

"Ayah kamu... Tadi bilang ke aku kalo dia sedang sibuk banyak pekerjaan keluar kota"

"Kok dia gak bilang-bilang sama anaknya kalo ada pekerjaan diluar kota?"

"Yhaa mana aku tau mungkin saja dia amat terburu-buru"

"Coba aku cek hape kamu"

"Buat apa?"

"Cek chatan kamu sama ayah aku"

Devan ketakutan setengah mati dan bulir keringat mengalir dari dahinya. Tangannya dengan cepat menangkap handphone sebelum ditangan annisa. "Hape aku mati beb ini mau di cas"

"Yaudah sambil di cas aja"

"HEI KITA UDAH SAMPAI" kata devan.

Annisa lihat mobilnya kini sudah berada di halaman sekolah dan devan memarkirkan mobilnya dengan baik. Ia keluar lebih dulu, lalu mengambil kursi roda dari dalam habis itu menggendong annisa.

Devan kebingungan siapa yang akan membawakan kursi roda annisa. Untungnya ia melihat amar. Kebetulan banget. "WOII AMAR!"

Amarpun mendekat. "Mau suruh gue bawa kursi roda?"

"Hooh tolong ya"

"Ogah"

"Ngomong lu apa barusan?" Tanya devan dengan nada tajam dan tatapan dingin.

"Ehh ehh engga kok engga itu cuman bercanda ahh lu mah sensi" Canda amar mencairkan suasana agar tidak terlalu tegang.

"Udah bawa sono jangan banyak basa-basi"

"Hmm devan..." Panggil Annisa. "Kayaknya aku gaakan kekelas dulu soalnya nanti repotin orang lagi buat turunin aku kebawah" lanjutnya.

"Lalu kamu mau kemana?"

"Uks aja"

"Yaudah" Ucap devan.

"Jadi kekelas apa uks?"

"Uks aja" jawab annisa.

***

Bel berbunyi, pertanda guru akan masuk mengisi pelajaran. Tetapi annisa masih didalam sambil menunggu kondisi aman. Juga devan yang sejak tadi bandel disuruh masuk kelas malah diam kek anak cacingan.

"Kamu kekelas aja devan, aku gamau kamu semakin ketinggalan pelajaran"

"Halah sayang jam pertama aku adalah olahraga, mumpung aku ga bawa baju olahraga jadi gausah ikut aja"

Annisa menghela nafas dengan wajah murung sambil menatap keluar. "Kamu kenapa murung?" Tanya devan.

"Aku merasa ada yang gak beres sama ayah aku"

"Ayah kamu itu baik-baik saja kok, percaya sama aku" Devan berusaha agar annisa tenang. Walau ia terpaksa melayangkan janji dengannya.

"Aku percaya ko sama kamu tapi, kalo kamu bohong aku gak bakalan percaya lagi sama kamu walau kamu sudah minta maaf"

Mendengarnya saja sudah membuat devan ketakutan setengah mati dan meneguk ludah. Andai kamu tau kalau aku sudah membohongi dirimu. Batin devan.

Annisa tertawa. "Hey tegang amat, gausah dimasukin ke hati kali ucapan aku" Kata annisa. "Lagian juga aku percaya sepenuhnya sama kamu. Kamu gaakan berbohong sama akukan?"

Devan mengangguk berat.

"Aduhh anak ini kenapa si van? Kayaknya takut banget"

Maafkan aku sudah menghancurkan kepercayaan kamu, aku minta maaf, mianhae. Batin devan bersedih.

"Sayang kayaknya aku mau berjemur deh sekarang"

"Ohiya siap"

***

Spontan in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang