Waktu telah menunjukan pukul tujuh dan langit sudah sepenuhnya gelap tanpa matahari seperti tadi. Lampu jalanan mulai menyala melaksanakan tugasnya hingga subuh mendatang. Banyak orang yang masih berkeliaran entah dalam perjalanan pulang sehabis berkegiatan diluar setengah hari lamanya. Motor Devan melaju dengan kecepatan sedang. Malam ini Devan akan menuju rumah Annisa. Berdasarkan maps yang di bagi oleh Annisa. Ternyata rumah aku dengannya tidak terlalu jauh hanya butuh setengah jam saja. Dalam perjalanan, Ada beberapa booth jualan inisiatif devan membelikan beberapa camilan untuk dimakan bersama Annisa dan juga tak lupa buat Ayahnya.
Motor devan berhenti didepan pagar rumah yang ukurannya sangat tinggi hingga tak bisa melihat kondisi di dalam walaupun dari jarak jauh dan ketinggian beberapa centimeter. Berdasarkan mapsnya, Devan berhenti persis di sini. Devan merasa ragu-ragu untuk menekan bel yang ada di sisi gerbang. Takut salah rumah dan salah orang. Tapi Devan yakin, Annisa tidak mungkin berbohong. Beberapa lama kemudian, ada seseorang yang membuka gerbang tapi hanya sedikit saja dan perawakan orang itu agak sedikit tua sepertinya dia keamanan dirumah ini. Dia hanya mengamati Devan dengan tatapan yang agak mencurigakan.
"Selamat malam pak" Kata devan berbasa-basi. "maaf menganggu. Mau tanya apa Annisa ada dirumah?"
"bentar saya tanya dulu" ucap pak satpam lalu menutup gerbang seluruhnya. Kok mendadak perasaanku menjadi tegang semuanya? ada firasat macam apa ini? Ternyata kode firasat tidak akan pernah salah. Ayah Annisa tiba-tiba membuka gerbang dan mempersilahkan aku masuk kedalam. Yang semula perasaan Devan tegang ditambah ketegangan. Bagaimana tidak? Saat di sekolahan saja ayahnya menatapku dengan tatapan yang begitu tajam apalagi malam ini. Beberapa menit kemudian dia menegok kearah Devan dengan tatapan matanya yang tajam, begitu menggetarkan hati seorang badboy.
"Malam om" Devan usahakan untuk tidak lupa tata krama, Devan lalu mencium tangan ayah Annisa. "Sebelumnya perkenalkan nama saya, Devan... saya satu sekolah dengan Annisa, saya di jurusan ips, saya beralamat di..." Kata devan.
"heh udah udah kayak lagi interview aja formal segala" Ayah Annisa berdeham sesaat. "Ada tujuan apa kamu kemari? kalo buat ketemu sama anak saya, heem gabisa mending kamu pulang"
Devan bernafas lega karena dia pada alamat yang benar. Devan takutnya dia dibodohi oleh trik perempuan yang diajak berkencan secara mendadak seperti temannya, Satria. Pernah mengalami kejadian itu oleh gebetannya ketika hendak mengunjungi rumah gebetannya itu ia malah tersesat di pemakaman berkat kejadian itu dia tidak mau berpacaran lagi karena sakit hati sampai di bohongi sebegitunya. Sudah... Sudah kejadian itu hanya kalian saja yang tau orang lain gausah!
Didalam perasaanya yang gelisah itu Devan berusaha berpikir dengan keras agar ia bisa mendapat izin dari ayahnya dan menemui Annisa, sang pujaan hatinya dengan tenang. Devan melirik kearah motornya. Lalu Devan membawa satu plastik berukuran sedang yang berisikan makanan pemersatu umat, Martabak.
"Ini buat om sebagai tanda awal perkenalan saya sama om. Semoga om suka"
"eh apa ini? kamu mau nyogok saya supaya dikasih..."
"Devan ikhlas ngasih ini buat bapak sama sekeluarga dirumah. Kalo gitu Devan permisi pulang dulu" Dengan perasaan yang sedih Devan berjalan kearah motornya karena gagal bertemu dengan Annisa.
"Ohiya Pak bukannya malam ini ada pertandingan final asean di Indosiar" Ucap satpam.
Ayah annisa menepuk jidatnya. "Negara mana yang main?"
"Indonesia lawan thailand nih boss"
"waduh gawat nih gaboleh ketinggalan kudu mesti nonton" baru saja duduk, ayah Annisa khawatir jika dia duduk dan menonton bareng dengan satpamnya. Otomatis Annisa akan sendirian dirumah tapi jika nonton didalam semakin tidak enak, karena nonton bola sendirian itu membosankan. Kalau ajak pak satpam buat nonton didalam nanti yang jaga keamanan diluar siapa?

KAMU SEDANG MEMBACA
Spontan in Love
Jugendliteratur"Kenapa kamu jatuh cinta pada wanita seperti aku? Punya fisik yang tidak cantik dan sesempurna wanita lainnya?" "Terkadang cinta yang sesungguhnya itu bukan dari dia sempurna tapi, bagaimana ia mengubahnya menjadi sempurna," Kehidupan Annisa sebelu...