🖤10 - Annoying

3.7K 248 4
                                    

"Aletta, kamu pulang sama saya." ucap Bian dari balik kemudi nya saat menemukan Aletta dipinggir jalan sedang menunggu jemputan nya.

"Aku uda di jemput, Pak. Terimakasih." balas Aletta.

Mendapat jawaban itu, tidak membuat Bian begitu saja pergi dari tempat mobil hitam nya berhenti. Mobil nya masih terparkir di pinggir jalan.

Sedangkan Aletta mencoba tidak menggubris keberadaan Bian. Dia merasa canggung saja semenjak Bian mengirimkan pesan menggelitik tadi siang.

Langit malam mulai memerah, bau tanah tercium, rintik hujan mulai turun, sedangkan Aletta masih menunggu jemputan Musical di pinggir jalan dekat kantornya.

Aletta duduk di bangku besi berwarna putih yang di sediakan oleh pemerintahan kota nya itu, Sepatu heels lima centi dia lepas karena kaki nya sudah terasa sesak sedari tadi. Aletta merogoh tas jinjing nya dan mengambil sepasang sandal berwarna peach lalu memakaikan di kaki nya.

"Seandainya aja kalo kerja bisa pake sendal kayak gini, ga perlu kan kaki gue lecet-lecet kayak gini." kata Aletta pada diri nya sendiri.

Jam di pergelangan tangan sebelah kiri Aletta sudah menunjukkan pukul tujuh lebih tiga puluh menit, itu tanda nya sudah satu jam setengah Aletta menunggu di pinggir jalan seperti orang hilang.

Dia mengambil ponsel nya dan mencari nama Musical di kontaknya, dia menekan tombol call.

Abang
Memanggil...

Ha?

Ha kata lo? Lo dimana sih?!

Gue uda otw. Tunggu.

Gue uda nunggu satu setengah jam!

Ya sabar.

Uda mau ujan kalik.

Sabar.

Tut..tut..
Arrrgh! Musical memang seburuk itu kelakuan nya! Kata sabar kini tidak bisa Aletta terima begitu saja.

Hujan mulai turun dengan deras, tapi itu justru membuat Aletta tidak beranjak dari tempat nya.

Dia masih duduk di bangku putih itu, memandangi setiap pengendara sepeda motor yang menghentikan sepeda nya di trotoar, sementara pengemudinya berlindung dari hujan yang semakin deras.

Tiba-tiba dia merasakan hujan mulai berhenti,

Ah tunggu!
Bukan keseluruhan berhenti!
Hujan di atas kepala nya saja yang tiba-tiba enyah entah kemana!

Aletta mendongakkan kepala nya ke atas, dan mendapati payung berwarna merah maroon sudah berada tepat diatas nya.

Dia membalikkan tubuh nya dan mendapati Bian tengah memegang gagang payung itu.

"Bapak ngapain disini?" tanya Aletta lugu.

"Saya yang harus nya tanya, kamu ngapain disini?" tanya Bian Balik.

Aletta menyadari, kini dia dengan Bian sedang menjadi pusat perhatian banyak sepasang mata yang mengarah pada nya. Bagaimana tidak? Bian menanggalkan jas dan kemeja nya, sehingga dia hanya memakai kaos putih polos yang kini sudah basah terkena hempasan air hujan.

Dada bidang milik bian jelas tercetak di balik kaos putih yang basah itu, belum lagi wajah Bian yang rupawan dengan aura nya yang terpancar menambah keindahan makhluk ciptaan Tuhan satu ini, sehingga, siapapun dapat menikmati pemandangan ini dengan leluasa, termasuk Aletta.

"Saya ngga tau siapa yang kamu tunggu, tapi apa harus kamu duduk disini sampe kehujanan?" tanya Bian dengan nada ketus.

"Harus sih pak! Kalo aku pergi dari sini dia bisa ngomel tujuh hari tujuh malem." jawab Aletta dengan santai nya.

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang