🖤50 - Antara 'Tak terhingga' & 'Berusaha'

2.1K 121 43
                                    


Happiness is choice.

-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-

Dengan terpaksa, Bian duduk di tempat yang di tunjuk oleh Aletta. Iya, ini sebuah warung makan pinggir jalan. Kursi dan meja yang penuh di dalam tenda berwarna biru itu, membawa Bian untuk duduk di tempat yang di sebut 'lesehan'.

Mata Bian tak henti berkelana, memperhatikan setiap orang yang makan dengan lahap disana, membuatnya berkomentar, "Aletta, apa kamu baik-baik saja setelah makan disini?" tanya Bian.

Aletta yang sedang sibuk memesan pun langsung melirik tajam Bian, "Apa sekarang aku terlihat sedang tidak baik-baik saja?" sinis Aletta sambil melebarkan jangkauan kedua tangan nya, untuk meyakinkan ke Bian bahwa dia sehaaaat!

Bukan kah itu pertanyaan yang absurd? Apa Bian tidak bisa melihat jika kekasih di depan nya itu dalam keadaan baik-baik saja meski sering makan di tempat seperti ini?

"Kamu terlihat baik-baik saja, tapi belum tentu itu baik untuk saya."

"Sudah, bapak diam saja ya. Aku uda pesen makanan, bapak tinggal makan." kesal Aletta.

Tak lama, makanan mereka datang. Seorang bapak-bapak berbaju hitam menata setiap makanan yang di pesan Aletta. Pesanan nya hanya sederhana, dua porsi ayam goreng lengkap dengan sambel dan lalapan, tempe goreng, serta tahu goreng.

Bian hanya terdiam, lalu menelusuri satu persatu makanan di hadapan nya, "Apa ini?"

Astagaaaa!

"Ini -Pe-nye-tan-, ayam goreng, tahu, tempe , dan sambel." jelas Aletta, "Bapak coba makan aja deh.."

Kesal sendiri Aletta, sedari tadi Bian tak henti bertanya tentang tempat apa yang saat ini mereka datangi, belum lagi bertanya soal makanan yang ada dan bahan-bahan yang mereka gunakan.

Maklum, Aletta memaklumi itu karena memang semasa hidup nya, Bian tidak pernah sama sekali datang ke tempat seperti ini. Mungkin selama ini yang di datangi Bian adalah restauran mahal dengan kelas yang memiliki minimal bintang tiga dan saat Aletta mengajak nya makan di tempat seperti ini, otomatis Bian akan heran.

Dengan ragu-ragu Bian melayangkan tangan kanan nya untuk mencuil sebuah ayam goreng di hadapan nya, dia menghela nafas sejenak, lalu memasukkan secuil ayam goreng itu ke dalam mulut nya.

Aletta yang ada di hadapan Bian pun memejamkan mata nya saat secuil ayam itu masuk ke dalam mulut Bian, dia takut saja jika Bian tidak menyukai itu.

Lalu beberapa detik kemudian, Aletta membuka mata nya perlahan, dan justru dia melihat Bian tengah makan dengan lahap makanan yang ada di depan nya.

"Suka? atau laper?" komentar Aletta menanggapi Bian yang makan dengan lahap.

"Kenapa tidak dari dulu kamu ajak saya kesini?"

Aletta tertawa bahagia, "Gimana? Recommended?"

"Yash.." jawab Bian, "Saya akan sering makan disini. Kamu bersedia temani saya bukan?"

Aletta mengangguk dengan antusias, "Kalau kamu makan disini, itu harus sama aku. Ga boleh dengan orang lain, apalagi wanita lain. Oke?"

"Pasti.."

Setelah perbincangan singkat itu, mereka melanjutkan aksi makan nya dengan lahap diikuti banyak sepasang mata yang sedari tadi melihat ke arah Bian.

Laki-laki berumur dua puluh sembilan tahun, dengan gaya dan wajah nya yang seperti anak kuliahan berumur 22 tahun itu berhasil mencuri perhatian manusia di sekeliling nya. Belum lagi para wanita yang ada disana, iuwwhh! mata nya tak henti menyorot Bian yang tengah makan dengan lahap, bagai memandang oppa korea yang tengan AnalogTrip!

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang