🖤53 - Hello and Bye

1.9K 150 53
                                    

Musical membiarkan Aletta terlarut dulu dalam tangis nya, tangan kanan nya merengkuh tubuh Aletta dalam dekapan nya. Sudah ditanya berkali-kali namun Aletta masih membisu.

Anca dan Anton pun duduk di sofa sambil terus melirik mengawasi Aletta dan Musical. Mereka juga pasti mempunyai pertanyaan yang sama seperti Musical, tentang apa yang terjadi pada Aletta.

"Dek, lo kenapa sih? Uda setengah jam lo nangis terus." ujar Musical.

Aletta masih diam membisu.

ting.. tong..
Bel pintu apartemen itu berbunyi, Musical menoleh ke arah pintu dan melirik ke arah Anca, seperti mengkode minta bantuan untuk membuka pintu.

Anca pun mengerti dan segera berjalan ke arah pintu seraya membuka nya, "Iya, cari siapa ya?"

"Hai, gue Nadya sahabatnya Aletta. Aletta ada?"

Anca yang tidak mengenali Nadya pun menoleh ke Musical, "Bang, bener ini temen nya Aletta?"

"Bener.. suruh masuk aja nca." sahut Musical dari dalam.

Anca mengalihkan lagi pandangan nya ke Nadya, "Maaf ya, gue gatau banyak soal temen nya Aletta. Jadi gue harus nanya dulu. By the way, masuk gih. Si Aletta gatau kenapa, dia lagi nangis, uda setengah jam."

Nadya terbelalak, "Ha? nangis? kenapa?"

"Gue gatau."

Setelah mendapat info itu dari Anca, Nadya segera berlari menuju Aletta. Lari nya mengarah ke balik ranjang, disana ada Aletta yang tengah melipat kaki nya dan menenggelamkan kepala nya. Terdengar suara isakan tangis.

"Abang, Aletta kenapa sih?"

Nadya duduk di depan Aletta, dia mengguncang lembut lengan Aletta, "Hey, lo kenapa sih?"

"Gue gatau dia kenapa. Dia tadi pegang handphone nya sebelum nangis gini, tuh lo liat, hape nya rusak abis di lempar sama Aletta." Musical menunjuk hape yang tergelatak jauh dari pandangan nya dengan dagu.

Nadya menoleh sesuai arahan dagu Musical. Benar, handphone Iphone XS max berwarna putih itu, bahkan layar nya pecah, "Pasti ada sesuatu." lirih Nadya.

"Aletta, lo kenapa sih? cerita dong. Nangis ga akan pernah bisa selesaikan masalah lo, ga akan bikin sakit hati lo kelar."

Perlahan Aletta mendongakkan kepala nya, mata nya sembab sekali, kelopak mata nya mengembung dengan warna kemerahan, jelas sekali tangis Aletta kali ini pecah.

"Lo kenapa?" tanya Nadya lagi.

"Dek, cerita sama Abang.. lo kenapa?" tambah Musical.

"Bian.." lirih Aletta.

"Kenapa sama bos kurang ajar itu, haa?" emosi Nadya. Geram. Nadya sudah geram akan Bian sedari tadi di kantor. Sikap dan kebersamaan nya dengan Kiara sungguh membuat Nadya kesal.

"Apa dua hari ini, mereka bersama terus di kantor, Nad?" tanya Aletta.

"Maksud lo pak Bian sama ulet bulu? Hmm iyasih, tujuan gue kesini untuk bilang itu sama lo."

"Mereka keluar bareng? mereka ngapain aja.."

"Ini emang nyakitin buat lo Let, lo harus siapin diri buat dengerin ini." kata Nadya serius, dia memperbaiki posisi duduk nya dan menggenggam tangan Aletta, "Kemarin gue liat si ulet bulu peluk pak Bian, terus mereka makan siang kemarin. Tadi pun juga gitu, si ulet bulu tiba-tiba ke ruangan meeting dan tiba-tiba peluk pak Bian, belom lagi cium pipi. Ah sialan emang! Si pak Bian mau aja di gituin, ga sadar apa dia uda punya cewek? Sialan emang ada laki-laki model gitu. Kalo gue jadi adek nya nih, uda gue ceramahin dia biar tobat!" penjelasan Nadya panjang x lebar x tinggi.

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang