🖤42- Please, don't give up on me

2.6K 181 58
                                    

You can't just give up on someone because the situation's not ideal.
Great relationships aren't great because they have no problem.
They're great because, both people care enough about the other person to find a way,
to make it work.

-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-

Setelah melihat kejadian menyakitkan itu, Aletta segera melesat menuju lift. Menekan tombol panah yang terarah ke bawah. Aletta berkali-kali menekan tombol itu sambil merutuki nya agar segera terbuka.

Tangis masih di tahan nya agar tak runtuh sekarang, otak nya kembali mencerna tentang pandangan menyakitkan yang baru saja dia lihat. Kaki nya lemas, hati nya hancur berkeping-keping, mata Aletta pun berat akibat menahan air mata nya. Belum lagi dada nya terasa sesak akibat sakit hati yang tengah meradang. Tangan nya bahkan sedari tadi memegangi dada nya, sungguh, perih sekali mengingat pandangan menyakitkan tadi.

Tak lama, pintu lift itu terbuka dan Aletta segera masuk ke dalam. Aletta segera menekan tombol dengan huruf L yang akan mengantar nya ke lobby kantor, dia tergesa-gesa, tangan nya sudah gemetar sedari tadi berharap pintu itu segera terutup. Namun, belum sempat pintu itu tertutup sempurna, ada tangan yang menghalangi penutupan pintu itu. Tangan itu membuat pintu lift kembali terbuka dan menampilkan Bian tengah berdiri di hadapan Aletta.

Bian segera masuk ke dalam lift. Setelah itu dia memandang Aletta sejenak, gadis nya itu hanya terdiam dengan tertunduk kaku tak mau melihat sedikitpun ke arah Bian.

"Semua yang kamu lihat, tidak sama dengan apa yang kamu fikirkan saat ini Aletta." ucap Bian lembut.

"Tolong percaya saya, saya bukan laki-laki seperti yang ada di fikiran kamu saat ini. Dia memang menggoda saya, tapi saya tidak akan tergoda dengan wanita seperti Kiara." penjelasan Bian.

"Kenapa.." lirih Aletta.

"Kenapa? Apa nya yang kenapa?" heran Bian.

"Kenapa banyak sekali wanita yang menginginkan kamu? Kenapa harus kamu.." lirih Aletta lagi.

Kini Aletta mendongakkan kepala nya dan berani menatap mata Bian, "Pak Bian terima syarat nya pak Ferry? pak Bian menerima untuk menghamili Kiara?"

"Apa kamu gila melontarkan pertanyaan itu ke saya?" sentak Bian, "Jelas saya tidak akan menerima syarat mengenaskan itu!"

Kedua tangan Bian kini beralih menyentuh pundak Aletta, dan mencekram nya lembut, "Sayang, tolong jangan main tinggalkan saya seperti tadi. Kamu tau, dengan sikap kamu itu membuat Kiara semakin percaya diri dan semakin berani. Harusnya kamu tetap disana bersama saya, saya akan katakan kalau saya sudah punya kekasih dan itu kamu." lanjut Bian lagi.

"Kamu kira aku sanggup dengerin percakapan antara pak Bian dan pak Ferry yang menyedihkan tadi? pak Bian kira aku sanggup liat Kiara agresif sama bapak? Kamu fikir aku ngga sakit hati Bi?" ucap Aletta panjang lebar mengungkapkan kekesalan nya.

"Sanggup ataupun tidak, kamu harus tetap ada di samping saya!" tegas Bian.

"Tapi kalau kamu jujur tentang hubungan kita,kamu akan kehilangan investor untuk perusahaan. Investor sekelas pak Ferry itu sangat berarti buat perusahaan kamu."

"What the fuck,babe?!" umpat Bian. "Kamu malah memikirkan investasi gila itu?" tanya Bian.

"Lalu, apa yang harus aku fikirkan ha? mana ada laki-laki yang menolak untuk tidur dengan Kiara alih-alih tidak perlu menikahi nya, belum lagi bonus nya dapet investor tetap seperti pak Ferry. Mana ada pak Bian?"

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang