🖤62 - When i lose you..

2.8K 212 71
                                    

Bian memejamkan mata nya, memikirkan semua yang Aletta ucapkan kepadanya. Hal itu memang benar, tapi, dari sisi Bian itu tidak benar seutuhnya.

Dia mencintai Kamelia, itu memang. Dan itu akan terus dia lakukan seumur hidupnya. Entah ada atau tidak ada wanita sebagai kekasihnya, mencintai Kamelia adalah keharusan yang akan Bian lakukan.

Bukan hanya mencintai, Bian akan berusaha tidak mengecewakan Kamelia seumur hidupnya. Kamelia juga merupakan seseorang yang sangat penting untuk Bian.

Tapi kini Bian sudah dewasa, sudah bisa memutuskan suatu hal, dia sudah sangat mengerti akan hal itu. Di umur nya yang sudah matang inipun, Bian juga bisa memutuskan wanita mana yang akan menjadi masa depannya. Dia hanya beranggapan kalau dia adalah seorang laki-laki, dia bisa memutuskan dan memilih wanita mana yang akan menjadi istrinya dengan iya atau tanpa persetujuan Kamelia sebagai orang tua nya.

Selain itu Bian juga heran akan sikap Kamelia yang tiba-tiba berubah akan hubungannya dan Aletta. Semua ini terasa aneh saat tiba-tiba Kamelia meminta Bian menikah dengan Kiara dengan alih-alih mempertahankan nama baik perusahaan dan bisnis. Memang hal itu benar-benar bisa mengancam, tapi semua itu pasti ada solusinya. Bukan dengan memaksa Bian melakukan pernikahan itu.

Hal ini begitu membingungkan bagi Bian.

"Kamu salah, Aletta.." ucap Bian. "Kelak jika kamu menjadi seorang Ibu, jangan memaksa anak laki-laki mu untuk memilih kamu. Dia memiliki kehidupan nya sendiri. Jika dia sudah cukup dewasa untuk menentukan jalan hidup nya sendiri, biarkan dia memilih sesuai keinginan nya. Dia tidak selamanya hidup bersama kamu, dia akan mempunyai keluarganya sendiri dengan kebahagiaan yang dia miliki bersama wanitanya." ucap Bian yang saat ini seperti mewakili isi perasaannya.

"Kamu tau kenapa saya sangat berantakan sekarang?" tanya Bian.

Aletta terdiam.

"Saya di paksa memilih antara Bunda atau kamu. Kamu tau, itu bahkan tidak pernah terlintas sedikitpun di pikiran saya. Dan itu membuat saya gila sekarang." rahang bian terlihat mengeras, dia sangat terlihat menahan amarah dan frustasinya.

"Pak Bian, kita memang tidak tau apa yang akan terjadi dalam hidup kita. Termasuk dalam hubungan kita ini. Semua ini memang menyakitkan, jangan kira Anda saja yang gila karena ini. Saya juga!" tegas Aletta.

Bian merunduk dia meraih tangan Aletta dan menggenggam tangan kekasih nya itu, "Apa yang akan kita lakukan sekarang, Aletta? Tolong jangan katakan dan meminta saya meninggalkan kamu. Saya tidak akan sanggup."

"Lalu, apa yang harus saya minta dari Anda? Saya harus meminta untuk Anda terus bersama saya?"

"Ya. Kamu harus meminta itu, Aletta. Jika kamu mengatakan itu, saya akan selesaikan semua masalah ini, saya akan menolak menikah dengan Kiara."

Aletta menatap mata Bian, sentuhan tangan Bian terasa semakin mencengkram, seperti memberikan Aletta ultimatum untuk mengatakan hal itu.

Aletta menghela nafas gusar, bulir air mata kembali menghiasi mata nya dan kemudian jatuh ke pipinya. Bian memandang air mata itu, mengerti sekali jika kekasih nya ini sangat rapuh.

Bian mencium air mata yang jatuh di pipi Aletta, "Don't cry.." lirih Bian.

"How can i don't cry huh? semua ini.. semua ini begitu sulit buat aku."

"Apa yang sulit sayang? Kamu cukup meminta saya untuk ada disini bersama kamu, dan saya akan melakukan itu."

"Itu yang sulit." potong Aletta cepat, "Kalau masalah ini hanya sekedar Kiara dan papa nya, aku akan meminta mu melakukan itu. Tapi ini bukan masalah itu, ini tentang bunda. Aku tidak akan membiarkan kamu memilih aku daripada bunda."

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang