Berikan aku alasan,
agar aku bisa tetap bersabar dan mencoba untuk bertahan.
Jangan hanya diam.
Aku bisa saja pergi.
-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-Aletta kembali ke kantor dengan muka murung nya. Tidak bisa dia sembunyikan, bahwa hati nya saat ini sangat rapuh. Dia juga bingung apa yang harus dia lakukan saat ini.
Namun, saat dia akan masuk ke lift, dibawah pandangan nya yang menghadap lantai, ada sepatu pantofel hitam berlogo rabbit disana yang menandakan seseorang sedang berdiri di hadapan nya.
"Darimana saja kamu, Aletta?"
Aletta mendongak dan menemukan Bian tengah menatap nya tajam, "Saya tidak kemana-mana pak Bian." jawab nya.
Ternyata seseorang itu adalah Bian, seseorang yang saat ini sedang tidak ingin di temui Aletta.
Bian diam beberapa saat lalu mengamati wajah Aletta, "Kamu baru saja menangis?" telisik Bian.
"Tidak." jawab Aletta cepat, "Saya permisi pak Bian." hindar Aletta yang kemudian berjalan ke lift dan masuk ke dalam bersama karyawan lain tanpa mempedulikan Bian.
Namun, Bian tidak tinggal diam saat melihat mata kekasih nya itu terlihat sembab. Dia mengikuti Aletta memasuki lift itu, yang membuat seisi lift itu histeris saat direktur utama perusahaan ikut masuk ke dalam lift karyawan.
Bahkan para karyawan wanita disana mengambil kesempatan mengarahkan kamera ponsel nya untuk mengambil foto Bian disana, membuat Aletta kesal.
"Kalian semua, keluar.." ucap Bian.
Setelah ucapan itu terucap, justru semua karyawan tidak ada yang beranjak. Malah mereka semua tercengang.
"SAYA BILANG SEMUA KELUAR! kecuali Aletta." teriak Bian. "Katakan pada seluruh orang di luar, untuk tidak memakai lift ini tiga puluh menit kedepan. Paham?!"
"I-iya pak." jawab gugup seluruh karyawan disana, refleks semua yang ada di lift itu langsung semburat keluar dari sana, tinggal lah Aletta dan Bian yang ada di lift itu. Bian segera menutup pintu lift itu tanpa memencet tombol lantai.
"Dari mana kamu?" tanya Bian dengan nada tinggi nya.
"Makan siang, pak." jawab Aletta singkat.
"Kenapa mata kamu sembab? kamu habis menangis?"
"Tidak." sela Aletta cepat.
"Jangan mencoba berbohong pada saya Aletta. Ada seseorang yang menyakiti kamu?" selidik Bian.
Bian memegang lembut kedua lengan Aletta,"Ada apa sayang? Kamu mau beritahu saya, atau saya akan cari tau sendiri dan tidak akan memaafkan kamu, jika saja saya tau kamu berbohong." ancam Bian.
Tangan Aletta tergenggam erat menahan tangis nya yang ingin saja segera tumpah untuk melegakan perasaan nya. Tak lama, Aletta memeluk tubuh Bian di hadapan nya, memeluk erat tubuh gagah kekasih nya itu, berteman dengan air mata yang runtuh mengikuti runtuh nya perasaan Aletta saat ini.
Hati nya sangat sakit saat ini, mengingat kembali perkataan Kamelia soal Bian yang bisa saja menerima perjodohan itu, "Apa kamu akan meninggalkan aku?" tanya Aletta sebagai seorang kekasih dengan tangis yang mengiringi nya.
"Apa maksud kamu?"
"Jawab!" teriak frustasi Aletta, "Apa kamu akan meninggalkan aku? Apa kamu akan menerima perjodohan gila itu?"
Diam.
Bian diam.
Tak menjawab ataupun berusaha menenangkan Aletta agar tidak berfikiran macam-macam. Bian terdiam di tempat nya tanpa membalas pelukan yang Aletta berikan, jelas bukan jawaban nya apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOKROM
RomanceAletta Melodia, biasa di panggil Aletta. Dia seorang gadis berparas cantik nan bertubuh mungil, sukses di usia muda nya sebagai seorang Lead Marketing sekaligus Public Relation di sebuah perusahaan ternama. Namun, kisah cinta dengan kekasih nya tid...