🖤54 - Damn. I love u

2.6K 148 49
                                    

Bian menggenggam kan tangan nya di belakang Aletta dan kemudian memberikan pukulan keras di dinding besi itu sampai Aletta tersentak kaget.

Aletta refleks menunduk akibat suara keras dari pukulan Bian di dinding besi itu, "Bapak nih apa-apaan sih!" kesal Aletta.

"Kamu kira, saya sendiri mau melakukan hal itu haa?" tanya Bian. Rahang nya semakin mengeras.

"Entah, bukan kah bapak sendiri yang berkata dan memutuskan demikian?"

"Apa kamu pernah memikirkan bagaimana jadi saya? Saya yang bingung memikirkan ini semua, sendirian."

"Sendirian? siapa bilang bapak sendirian huh? Bapak punya bunda, punya Anca, punya pak Anton. Meski saya tidak ada sekalipun, Bapak masih memiliki mereka untuk membantu memikirkan hal itu."

"Saya tidak membutuhkan mereka Aletta." jawab Bian, "Saya hanya membutuhkan kamu di hidup saya. Dan kamu, menghilang. You think i can live without you huh?"

Aletta terdiam.

"Memutuskan semua itu tidak mudah Aletta. Tapi saya rasa, itu adalah keputusan yang benar untuk membuat Kiara pergi dari hidup saya. Saya sudah jelas tidak mencintai dia, dan pada akhirnya dia akan meminta pak Ferry untuk memutuskan perjodohan ini." jelas Bian.

Aletta tersenyum kecut kemudian melepas kurungan tangan Bian dan beralih menatap tajam Bian, "Apa pak Bian kira, Kiara sepolos dan sebaik itu membiarkan pak Bian pergi begitu saja?"

"Maksud kamu?"

"Wanita licik seperti dia, tidak akan semudah itu memberi persyaratan konyol seperti itu. Dan pak Bian begitu saja percaya dengan tipuan nya?"

Kesal sudah Aletta. Bian yang notabene nya adalah presiden direktur atas lima perusahaan besar di Indonesia, yang tidak pernah bisa di kelabui para investor maupun rekan bisnis nya, kini dengan mudah nya dia bisa di kelabui dengan mulut manis berbisa milik ulet bulu Kiara.

Pemikiran ini sudah bersarang di otak Aletta sejak membaca pesan Bian waktu itu. Tidak mungkin bukan jika Kiara yang sangat licik dan jalang itu membiarkan Bian pergi semudah itu? Bisa saja dia hanya menjebak Bian.

"Coba bapak pikirkan sendiri perkataan saya, saya sudah lelah, lelah dengan perasaan sakit hati saya. Saya mau bekerja dulu." elak Aletta tak ingin lagi membahas soal Kiara yang malah menyakiti perasaan nya.

Aletta beranjak ke arah barisan tombol yang ada di sisi kanan lift itu, namun, langkah nya terhenti saat Bian mengalungkan kedua tangan nya di perut ramping Aletta lalu mengeratkan pelukan nya, "Don't go away again Aletta Melodia. Saya tidak bisa jika kamu pergi lagi dari hidup saya, kamu warna di antar hitam putih dalam hidup saya."

Aletta menghela nafas nya, mencoba menegarkan hati nya saat pelukan yang dia rindukan ini sangat membuat nya ingin berbalik dan mendekap tubuh kekasih nya itu, "Pak Bian harus menyelesaikan apa yang sudah menjadi keputusan bapak."

"Jadi, kamu mau saya mencoba untuk mencintai Kiara?"

"Iya. Dan seperti yang saya katakan, saya juga akan mencoba melupakan pak Bian mulai dari sekarang. Berjaga-jaga jika saja perjodohan gila itu akan terlaksana."

Setelah mengatakan itu, Aletta mencoba melepaskan tangan Bian yang tertaut di perut nya, tapi Aletta kaget menemukan telapak tangan nya yang menyentuh tangan Bian kini bersimbah darah.

Aletta memandang tangan nya yang gemetar, lalu beralih memaksa melepas tangan Bian di perut nya. Begitu kaget nya Aletta, tangan Bian kini terluka dan berdarah akibat dia yang tadi memukul keras dinding besi lift ini.

Tubuh Aletta berbalik sambil memegang tangan Bian, "Bapak gila? tangan pak Bian berdarah seperti ini dan bapak tidak merasa kesakitan?" khawatir Aletta sambil memeriksa tangan Bian yang terluka.

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang