🖤56 - Undangan digital

2.2K 152 36
                                    

Aletta menarik tangan Bian memasuki lift khusus direktur dan menekan tombol dengan huruf 'L' yang akan membawanya dan Bian ke lobby.

Aletta terdiam merunduk dan perlahan menitihkan air matanya. Bian sedikit merendahkan badannya untuk memastikan air mata yang mengalir dari mata kekasihnya itu, "Kamu menangis?"

"No.."

Bian tau Aletta tengah berbohong, "Please don't cry Aletta," ucap Bian lembut yang kemudian menjadi rengkuhan hangat nya pada tubuh mungil Aletta. "Hal apa yang membuatmu menangis sayang?"

"Apa aku keterlaluan pada Kiara?" tanya Aletta.

"Dia pantas mendapatkan itu." jawab Bian, "Sudah seharusnya dia tau tentang hubungan kita."

"Bukan itu, Bi.." ujar Aletta, "Aku bilang dia kehilangan harga dirinya.."

"Lalu? kamu merasa bersalah sekarang?"

"Sedikit."

"Tidak, kamu tidak salah. Dia memang kehilangan itu. Tidak seharusnya seorang wanita berprilaku seperti dia hanya karena cinta."

Layar di lift sudah menunjukkan mereka sudah sampai di lantai L. Bian melonggarkan pelukannya dan beralih menggenggam tangan Aletta. Saat pintu lift terbuka, Aletta terkejut saat melihat Musical berdiri di balik pintu itu.

"Pulang sama abang." perintah Musical yang dengan seenaknya melepas tangan Bian dari tangan Aletta.

"Apa-apaan sih bang! Gue gamau!" berontak Aletta.

"Lo ga bisa menghindari gue terus, dek. Lo masih marah karena Diska? dia ngga seperti yang lo pikir. Dia bahkan ga kenal sama lo. Bisa aja lo salah orang."

Aletta memang menghindari Musical sejak tiga hari yang lalu, dia memilih tidur di rumah Nadya yang dimana Musical tidak tau  dimana rumah Nadya itu. Dia hanya kesal dengan Musical yang tidak mempercayai omongannya.

Jika saja Diska itu hanya sekedar menyebalkan, Aletta masih bisa menerima. Tapi, Diska lebih dari itu. Dia adalah wanita penggoda yang sudah mencoba menggoda Bian.

"Apa kata lo bang? salah orang? jadi, lo lebih pilih percaya sama dia daripada sama gue?"

Bian mengamati pembicaraan dua manusia ini, baru pertama kali Bian melihat Aletta dan Musical berselisih paham.

"Tunggu, Aletta menghindar dari lo? sejak kapan?" tanya Bian pada Musical.

"Udah tiga hari." jawab Musical.

"Bukannya kalian satu rumah? kenapa bisa Aletta menghindari lo, Musical?"

Musical memejamkan matanya, hampir saja dia keceplosan dan membuat Bian curiga.

"Dia diem dirumah, ga pernah sapa gue, ga juga keluar kamar." elak Musical.

Aletta bernafas lega, lalu kemudian dia melepaskan genggaman tangannya pada Musical, "Gue pulang sama Bian."

"Engga dek, kita harus ngobrol. Lo jangan buat gue gila deh!" bentak Musical refleks.

Aletta membuang mukanya, lagi-lagi Musical membentaknya hanya karena Diska, "Lo bentak gue lagi?" tanya Aletta lirih, matanya mulai berkaca-kaca.

"Gue ga maksud bentak lo. Cuman, lo keterlaluan banget kalo gue bilangin. Bisa ga sih lo dengerin gue?"

"Enggak. Lo sendiri ngga percaya kan sama gue?"

Perdebatan di antara mereka cukup sengit. Jarak mereka terhalang pintu lift. Posisi Aletta masih di dalam lift bersama Bian, sedangkan, Musical masih di ambang pintu luar lift itu.

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang