🖤52 - Bukan Untuk ku

2.3K 157 63
                                    

Bian tak henti berjalan mondar mandir di ruangan kerja nya. Sungguh, saat ini kerisauan begitu merasuki nya, ingin saja saat ini Bian menghancurkan semua barang yang ada di depan nya. Dia frustasi, hingga hari ini Aletta belum juga ada di kantor, ponsel nya masih juga tidak bisa di hubungi, serta sedari kemarin Bian menyuruh seseorang untuk mengawasi rumah Aletta, namun laporan nya, tidak ada satupun orang yang pulang ke rumah itu.

Bian juga sudah mencoba menghubungi Musical, meneror abang Aletta itu. Namun, sama. Tidak ada tanggapan dan tidak bisa di hubungi.

Otak nya berfikir keras saat ini, Kemana kamu Aletta? kamu berhasil membuat saya gila, kata Bian dalam hati.

Bian menghempaskan tubuh nya untuk duduk di kursi berporos, dia memutar-mutar kursi itu sambil mendongakkan kepala nya, kaki nya menghentak-hentak lantai, mengikuti perasaan nya yang kini sangat risau.

Tok..tok..tok,
Pintu ruangan kerja Bian beberapa saat kemudian terbuka, menunjukkan kedatang Regan, staff HRD perusahaan masuk dengan membawa beberapa map dokumen di tangan nya.

"Permisi pak, maaf saya mengganggu." ucap Regan, "Kemarin apa bapak Bian menolak kedatangan sekertaris urgent yang di kirim HRD?"

"Kenapa? Siapa juga yang berani mengirim sekertaris lain tanpa persetujuan saya?"

"Maaf pak, terpaksa kami melakukan itu. Mengingat Aletta yang tidak masuk, membuat beberapa pekerjaan dan beberapa urusan perusahaan kacau. Kami tidak bisa diam saja jika keadaan sudah urgent."

Hei.. saat ini bukan hanya perusahaan yang tengah kacau karena tidak ada nya Aletta. Direktur utama perusahaan ini pun hampir gila memikirkan kekasih nya yang menghilang entah kemana itu.

Bian mengetukkan jari-jari di meja kerja nya, setelah itu jari-jari itu malah tergenggam rapat. Menunjukkan Bian sudah sangat frustasi dengan keadaan ini.

"Keadaan apapun, saya tidak akan membuat keputusan untuk mencari sekertaris pengganti seperti pikiran kalian! Sekertaris saya hanya satu dan itu Aletta. Saya tidak akan bekerja jika dia tidak kembali kesini."

"Mohon maaf pak Bian, sedari kemarin banyak proyek yang tidak berjalan karena proposal dan dokumen nya tidak ada yang di  setujui pak Bian." protes Regan, "Apa yang bisa saya bantu, agar pak Bian bisa kembali bekerja? Sesungguh nya, dari kemarin saya sudah mendapat complain dari beberapa perusahaan yang kerja sama dengan kita, mereka mengeluhkan proyek nya mandek karena tidak dapat persetujuan dari bapak."

"Saya hanya ingin Aletta kembali ke kantor dan duduk di meja kerja nya. Kamu bisa melakukan itu?"

Bian cukup frustasi. Tidak peduli lagi background Regan yang dulu sempat terang-terangan mendekati Aletta dan membuat nya naik pitam. Kini, Bian hanya ingin satu hal. Dia ingin gadis nya ada disini.

"Saya akan berusaha." ujar Regan, "Tapi sebelum nya, saya hanya ingin minta tolong dengan pak Bian untuk meninjau proyek ini. Proyek ini sudah tahap finishing dan sangat butuh peninjauan bapak." Regan menyerahkan tiga map dokumen ke Bian.

Bian dengan terpaksa menerima tiga map itu dengan tatapan tajam nya pada Regan, "Saya akan menandatangani proyek ini ketika kamu sudah memberikan informasi tentang Aletta. Jika tidak, saya akan batalkan proyek ini." ancam Bian.

Direktur utama ini memang seenaknya sendiri, proyek yang ada map itu bahkan sudah tahap finishing dan seenaknya dia bilang jika akan membatalkan proyek ini. Yah bagaimana lagi, kekuasaan seorang strata tertinggi selalu menjadi pemenang.

Regan yang mendapat ancaman itu justru mendelik saat mendengarnya, menakutkan dan mengintimidasi. Dengan kata lain, mau tidak mau dia harus mendapatkan informasi tentang Aletta. Dalam hati nya, Regan pun bertanya-tanya kenapa Bian sampai seperti ini pada Aletta. Hal itu membuat Regan berani bersua, "Apa pak Bian punya hubungan khusus dengan Aletta?" tanya Regan nemberanikan diri.

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang