Setelah menerima pesan dari Bian, Aletta segera beranjak dari meja meeting dan berjalan ke ruangan Bian.
Senyum bahagia begitu terpancar di raut wajah nya, bagi Aletta, Bianta kekasih nya itu begitu posesif pada nya. Entah harus bahagia atau kesal pada sikap Bian itu, yang jelas Aletta bahagia. Dia merasa begitu di cintai oleh Bian.
"Permisi, Pak.."
Bian yang tengah fokus pada Laptop nya mengalihkan pandangan pada Aletta yang kini tengah berjalan ke arah nya.
"What? 'Pak'?! Sayang, we are in relationship loh, masa kamu masih panggil saya 'Pak'?" protes Bian dengan raut muka cemberut nya.
"Gimana dong, uda kebiasaan juga. Lagian, resiko pacaran sama karyawan sendiri. Hampir 8 jam saya sama kamu buat kerja, jadi rasanya aneh aja kalau lagi di kantor manggil nya bukan 'Pak'." tutur panjang Aletta.
"Oke, saya paham. Tapi, bisa kan biasakan diri pelan-pelan buat ngga panggil saya itu?"
"Bisa Pak.." jawab Aletta dengan senyum. "Ngapain suruh saya kesini? ada yang di perlu omongin?"
"Ada."
"Tentang?"
"Tentang makan siang antara kamu dan Richard besok." to the point Bian, "Saya ngga ijinkan kamu ketemu Richard besok. Saya serius sayang, saya ngga ijinkan kamu berangkat. Ini saya bicara sebagai seorang Direktur sekaligus kekasih kamu."
Aletta menghela nafas panjang, lagi-lagi pembahasan nya masih dengan topik yang sama. Aletta menarik kursi beroda di hadapan Bian untuk memposisikan nya di sebelah Bian lalu Aletta duduk di kursi itu. Kini, posisi mereka sedang berhadap-hadapan.
"Pak, ini tanggung jawab saya. Ini pekerjaan saya. Saya ngga bisa gitu aja melimpahkan tanggung jawab saya ke bapak, meskipun bapak pemilik perusahaan ini." penjelasan Aletta.
"Sekarang, aku mau bicara sama kamu sebagai seorang kekasih ya bi..," lanjut Aletta lagi. "Bi.. do you trust me?"
"Saya percaya sama kamu. Yang saya ngga bisa percaya itu Richard."
"Kenapa?"
"Dia bukan sekedar laki-laki yang bekerja sama dengan Perusahaan ini, leta. Dia laki-laki yang sering menggunakan kekuasaan nya buat dapetin wanita." raut wajah Bian mendadak gelisah, dia meraih tangan Aletta dan menggengam tangan nya dengan erat.
"Sayang, saya minta tolong sama kamu. Jangan pergi, ya." mohon Bian.
Aletta merunduk, dia bingung harus memposisikan diri nya bagaimana. Satu sisi, dia memiliki tanggung jawab dalam pekerjaan nya. Satu sisi lagi, dia bingung bagaimana untuk menolak permohonan kekasih nya itu.
"Bi.. gimana kalau besok kamu ikut aku aja? Ya, kamu awasin aja aku dari jauh bi." usul Aletta dengan senyum merekah di bibirnya.
"Jadi inti nya, kamu akan tetap kesana?"
"Iya." jawab Aletta singkat. "Please.."
"Rayu saya dulu." goda Bian.
"Apa an sih, pak. Centil banget!" protes Aletta.
"Kenapa? Saya centil sama kekasih saya sendiri. Kamu mau saya centil sama wanita lain?"
"Bi! Apaan sih, nyebelin tau." rajut Aletta.
Begitu mendengar celetukan Bian tadi, Aletta dengan cepat melepaskan genggaman nya pada tangan Bian.
"Ngambek ya?"
"Aku ngga suka ah kamu bilang kayak gitu tadi. Nyebelin tau ga di denger!"
Bian semakin gemas dengan Aletta saat seperti ini. Aletta yang tengah ngambek dengan nya, sambil merajut manja.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOKROM
RomanceAletta Melodia, biasa di panggil Aletta. Dia seorang gadis berparas cantik nan bertubuh mungil, sukses di usia muda nya sebagai seorang Lead Marketing sekaligus Public Relation di sebuah perusahaan ternama. Namun, kisah cinta dengan kekasih nya tid...