Pertikaian itu membuat seluruh karyawan heboh. Mereka menjadikan pertikaian itu sebagai sebuah tontonan yang seru.
Sedangkan Aletta yang duduk dengan manis di lobby mendadak bingung saat satpam mulai masuk lobby dan panik, mereka berlarian diikuti dengan banyak karyawan yang ada di belakang mereka.
"Eh, ada apa ya?" tanya Aletta penasaran pada seorang karyawan yang ikut berlari juga.
"Itu, ada yang berantem di lantai tiga."
Mata Aletta membulat, perasaannya tiba-tiba mendadak gusar saat mendapatkan berita itu. Pikirannya saat ini di penuhi dengan Bianta, apa itu kamu? Apa kamu yang sedang berkelahi? , batin Aletta.
Aletta mengambil tas nya di sofa dan segera berlari, mengejar pintu lift yang akan tertutup.
"Tunggu!" cegah Aletta saat pintu lift itu akan tertutup rapat, untungnya ada seseorang membuka kembali pintu itu.
"Terimakasih.." ucap Aletta saat masuk di lift.
Di dalam lift Aletta memejamkan matanya, meredam suara-suara bisikan yang membicarakan pertengkaran di lantai tiga itu. Di belakang Aletta, semuanya adalah karyawan dari ADARA GROUP, mereka bergosip jika kedatangan 'seseorang' itu sudah di nanti sejak lama, dan ketika saat ini bertemu, amarah itu serasa berkobar. Aletta bertanya-tanya, dia merangkai semua pembicaraan itu.
Apakah yang di maksud kedatangan Bian? untuk apa kedatangan Bian di nanti? Aletta sendiri semakin kesal saat memikirkan itu.
Setelah lift terbuka, Aletta melangkah keluar. Dia sedikit tercengang dengan ruangan lantai tiga ini. Ruangan ini bernuansa putih dengan banyak lukisan seorang wanita. Aletta meneliti lukisan itu dari dekat, perasaannya mulai resah.
"Brengsek kamu!" teriak seseorang.
Aletta menoleh, dia mengenali suara itu, itu adalah suara Bian. Aletta segera berlari dan menerobos sekumpulan orang yang bergerombol untuk melihat perkelahian itu. Saat mencapai di garda depan, Aletta mendadak diam terpaku, dia seperti membeku.
Dia melihat Bian dengan amarahnya tengah memukuli seseorang dengan ganas, bahkan tangannya yang terluka dan sedang di perban pun kini berubah warna menjadi merah, merah karena darah. Aletta samar melihat siapa yang tengah di hajar oleh Bian itu, yang pasti seluruh wajahnya lebam dan sebagian mengeluarkan darah.
Aletta segera mendekati Bian dan memeluk tubuh Bian dari belakang untuk meredahkan amarah Bian.
"Stop!" lirih Aletta, "Hentikan, pak Bian.." tambah Aletta dengan tangisnya yang terisak.
Bian menghentikan tangannya yang hendak memberikan satu pukulan ke wajah laki-laki di hadapannya ini, tangannya terhenti di udara yang kemudian dia turunkan perlahan. Bian merasakan perasaan hangat dan tenang saat Aletta memeluk tubuhnya, "Beruntung Aletta datang, jika tidak, kamu akan mati di tangan saya!" ujar menakutkan Bian.
Laki-laki itu tersenyum licik, "Tentu dia datang, dia calon istri saya, Bian. Saya sudah melamarnya beberapa hari lalu."
Ucapan itu langsung membuat Bian tersentak kaget, tidak percaya. Aletta yang tengah memeluk tubuh Bian pun langsung melonggarkan pelukannya dan melihat sosok laki-laki yang berkata demikian,
"ADRIAN?" teriak heran Aletta. "Jadi, CEO ADARA GROUP adalah, kamu?" tanya Aletta tidak percaya.
Mata Aletta mengedar ke seluruh penjuru ruangan, sama dengan di lorong lantai tiga tadi, di ruangan ini juga banyak lukisan seorang wanita berambut panjang nan hitam.
Aletta mengamati salah satu lukisan di dekatnya, dia mengenal sekali sosok wanita di lukisan ini. Wanita ini adalah dirinya sendiri. Dan dia menyimpulkan, Adrian selama ini gila, dia terlalu gila sampai memajang lukisan dengan gambar Aletta di banyak penjuru gedung perusahaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOKROM
RomanceAletta Melodia, biasa di panggil Aletta. Dia seorang gadis berparas cantik nan bertubuh mungil, sukses di usia muda nya sebagai seorang Lead Marketing sekaligus Public Relation di sebuah perusahaan ternama. Namun, kisah cinta dengan kekasih nya tid...