🖤69 - Menyadarkan

2.6K 231 121
                                    

Haiii!
Duhhhh.. akhirnya UP juga :')))

Selamat membaca yaaaa!
Baca pelan-pelan ajaa,
Agak banyak nih hehehe..

Terimakasih,
Happy reading 🖤


-•-•-•-

Bian merasa aneh saat ke kantor dengan menggunakan setelah baju milik Musical. Dia beberapa kali mematut dirinya di kaca kamar mandi untuk memastikan penampilannya.

Merasa tidak nyaman, Bian mengambil ponselnya dan menekan tombol kontak dengan nama Nadya di ponselnya.

Staff Nadya
Memanggil...

Halo, pak Bian.

Halo, Nadya.

Iya pak?

Bisa bantu saya belikan setelan jas? tolong belikan merk seperti yang biasa saya gunakan.

Baik pak.

Kamu tau ukuran saya kan?

Tau pak.

Baik, saya tunggu. Tolong sedikit cepat, saya ada meeting satu jam lagi.

Baik pak.

tut..tut..tut..

Setelah memutus telepon dengan Nadya, Bian keluar dari kamar mandi yang berada di ruang kerjanya. Ketika dia menuju meja kerjanya, langkah Bian terhenti saat melihat Kiara sudah duduk manis di kursi kerjanya sambil memutar-mutar kursi berporos itu.

"Ada keperluan apa kamu kesini?" sinis Bian.

"Haruskah aku punya keperluan? Aku hanya ingin ketemu calon suami ku." ujar Kiara percaya diri.

Bian menghela nafas. Dia sangat membenci mendengar suara Kiara, dia juga membenci melihat wanita itu di pagi hari ini, dan yang paling Bian benci adalah ketika Kiara menyebutnya dengan 'calon suami'.

Dengan kekesalan hatinya Bian melepas dasi yang dia pakai, dia juga melepas jas milik Musical yang terpakai di badannya. Kedatangan Kiara membuat Bian menjadi gerah dan susah bernafas, itu karena Bian rasanya ingin menghajar wajah Kiara jika saja dia bukan seorang wanita. Bian sangat kesal, bagaimana bisa wanita ini tidak merasa bersalah sama sekali setelah melakukan semua kebohongan memilukan pada Bian?

Kiara berdiri dari kursi kerja Bian dan dengan cara berjalannya yang seperti model, dia menghampiri Bian, "Sayang, kenapa di lepas?" tanya Kiara sambil matanya melirik jas hitam yang Bian buang di lantai.

"Saya gerah ada kamu disini." ujar Bian kesal, "Setiap melihat kamu, saya.."

Kiara mendekat ke arah Bian dan mengalungkan kedua tangannya di leher Bian dengan tatapan mata sensualnya, "Apa?" potong Kiara, "Kamu menginginkan apa dari aku? apa kamu nggak bisa menunggu sampai hari pernikahan kita, Bian?" tanya Kiara dengan genit.

Bian memejamkan mata, merutuki sikap menjijikkan Kiara. Bian melepas tangan Kiara yang ada di lehernya lalu melempar tangan Kiara dengan kasar, "Jangan berani menyentuh saya, Kiara!" tegas Bian.

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang