🖤22 - Choose You

3.2K 188 32
                                    

Aletta benar-benar menyiapkan diri untuk menghadapi hari ini, bukan menyiapkan soal materi nya dalam wawancara dengan calon Sekertaris Bian. Melainkan, menyiapkan perasaan nya sendiri agar bisa sejalan dengan ketentuan yang ada. Agar pula bisa menunjukkan perasaan yang profesional nantinya.

Di ruangan meeting utama, Aletta sudah menyediakan lima kursi di hadapan nya yang nanti nya pasti akan diisi oleh wanita-wanita cantik yang melamar pekerjaan di PT. NUSANTARA JAWA RAYA ini.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan tepat, para calon sekertaris juga sudah bersiap menunggu didepan ruangan, sedang menunggu giliran nama nya terpanggil.

"Aletta, kamu harus pilihkan sekertaris terbaik buat saya." ujar Bian yang sedang berdiri di samping Aletta sambil bersandar di meja meeting.

"Baik Pak Bian." balas Aletta.

"Jangan lupa, sesuai kualifikasi kamu dan Jangan lupa juga, yang cantik." tambah Bian.

Aletta tidak menjawab lagi, dia hanya memberikan lirikan nya pada Bian.

Hash! Cantik?Tuh bu romlah yang punya kantin sebelah kantor cantik!

"Terus? Ini para pelamar nya bakal langsung di tentuin sama Bapak disini, gitu?"

Bian menggeret kursi di samping Aletta lalu mengambil posisi duduknya "Iya." jawab Bian singkat.

Aletta menghela nafasnya sejenak, "Baiklah." ujarnya.

••••

Sudah tiga jam sesi Wawancara itu berjalan. Tidak ada satupun kandidat Sekertaris yang di setujui Bian meski saja beberapa sudah mendapatkan rekomendasi dari Aletta, itu berarti sudah tiga puluh wanita yang menjadi kandidat sekertaris bagi Bian dan semua nya di tolak.

"Maaf Pak Bian, semua kandidat kita sudah di interview. Dan semua nya tidak ada yang Bapak pilih." protes Aletta.

"Tidak ada satupun yang menarik buat saya." sinis Bian.

Menarik? Dikira souvenir kondangan!

"Pak Bian, mencari sekertaris itu bukan hanya dinilai dari 'menarik' . Tapi banyak sekali penilaian nya. Mulai dari attitude,kecerdasan, penampilan, ability, pengetahuan nya, dan masih banyak lagi." tutur Aletta. "Dan sekarang, dengan mudah nya, alasan bapak menolak semua tadi hanya karena tidak ada yang menarik?"

"Iya." jawab singkat Bian.

"Lalu yang menarik buat Bapak itu yang bagaimana?" tanya Aletta kesal.

"Yang seperti kamu."

"Apa?"

"Saya mau punya sekertaris seperti kamu, yang ngerti saya, yang ada buat saya, dan yang cerdas seperti kamu."

"Omong kosong apa ini Pak?" cibir Aletta. "Mereka semua hanya perlu belajar. Lama-lama juga mereka bisa ngerti Bapak, akan ada buat Bapak, dan cerdas sesuai keinginan Bapak. Tapi semua butuh proses bukan?" omel Aletta tiada henti.

Bian meraih kursi kerja beroda Aletta di hadapan nya, membuat jarak antara Aletta dan Bian kian dekat, pandangan mata mereka bertemu, "Tidak bisa kah kalau itu kamu?" tanya Bian lirih.

Aletta menelan susah sativa nya, dada nya mendadak sesak mengiringi pandangan tajam Bian di hadapan nya. "Maaf??"

"Tidak bisa kah kalau kamu yang menjadi sekertaris saya?"

"Saya?" tanya Aletta terheran.

"Iya." jawab Bian. "Mulai sekarang, saya mau kamu menjadi leader PR, lead Marketing, sekaligus Sekertaris Direktur Utama di Perusahaan NUSANTARA JAWA RAYA."

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang