🖤21 - Pernah Mencintai Kesalahan

2.9K 214 10
                                    


Kita mungkin pernah menyesal karena mencintai orang yang salah.
Namun, satu hal yang pasti..
Kesalahan itu menjadi pengalaman terbaik untuk membantu kita,
menemukan orang yang tepat.

-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-•-

"Apa memang dengan mudah Bapak kasih pelukan seperti ini ke wanita lain?" tegas Aletta dengan tatapan nanar ke Bian.

"Maksud kamu apa?" telisik Bian.

Aletta menghela nafas nya begitu dalam, lalu menghembuskan nya perlahan. Agak nya sikap Aletta ini sedikit tidak pantas dia lontarkan pada Direktur Utama perusahaan nya ini.

Aletta tertunduk lesu, tangan nya sedari tadi tergenggam erat. Perasaan kacau sedang menyelimuti diri nya saat ini.

"Maaf, saya permisi Pak Bian." ujar Aletta lalu dia membalikkan tubuhnya. Dia tidak ingin semakin larut dalam keadaan seperti ini, Dia merasa tidak pantas membicarakan soal privasi Bian meski hati nya terasa sangat pilu sekarang, lalu pilihan Aletta adalah pergi dari Bian.

Belum sempat melangkah, tangan Aletta kembali di raih oleh Bian. Dan lagi-lagi Bian memeluk Aletta. Kali ini pelukan itu lebih erat, parfum Chanel seri Bleu de Chanel dengan aroma citrus dan aroma woody begitu membuat Aletta nyaman. Pada middle notes-nya, aroma jahe, pala, dan bunga melati juga turut memberikan kesan yang menyenangkan bagi Aletta. Parfum itu adalah parfum pilihan Aletta semenjak 4 tahun lalu. Benar, dulu Aletta sering merekomendasikan parfum itu untuk Adrian. Tapi pilihan nya tidak pernah di minati oleh Adrian, padahal aroma nya begitu disukai Aletta.

Ya, Adrian memang seperti itu. Tidak pernah menghargai apapun pendapat Aletta mengenai masalah hubungan mereka, termasuk hal-hal sederhana dalam percintaan, contoh nya saja pemilihan parfum, pemilihan baju, pemilihan tempat makan, mereka selalu saja berselisih paham. Tepat nya, Adrian yang tidak pernah menghargai keinginan dan pendapat Aletta.

Dia hanya mau mendengarkan Aletta jika ber urusan dengan masalah Pekerjaan saja. Sungguh, egois sekali.

Dan kini lucu nya, malah Bian yang memakai parfum itu. Parfum yang aroma nya sudah di kenali Aletta sejak awal, saat Bian menarik nya dari genggaman kasar Adrian.

"Jangan memberikan pertanyaan tidak bermutu seperti itu,Aletta." ucap Bian.

Aletta tidak memberikan jawaban apapun, dia masih tetap dalam diam nya. Bian melepaskan pelukan nya pada Aletta dan bergegas mengambil jas yang dia gantungkan di stand hanger, serta tak lupa mengambil ponsel nya di meja.

Dia kembali mendekati Aletta, meraih tangan nya lagi, "Kita harus bicara diluar." ajak Bian.

Bian menggenggam tangan Aletta , menarik Aletta keluar dari ruangan kerja nya.

"Pak Bian kita mau kemana? Ini masih jam kantor."

"..."

"Pak, jangan narik gini dong. Nanti diliatin anak-anak." ujar Aletta.

"Saya tidak peduli." tanggap singkat Bian.

Bian terus saja menarik tangan Aletta, ketika sampai di kubikel karyawan nya, pandangan tajam tidak ter-elak. Pandangan penuh pertanyaan tentang sikap Bian pada Aletta yang terkesan kasar dan tergesa-gesa sedang mereka tunjukkan.

"Gue pergi bentar ya, bentar aja." teriak Aletta. "Nad, jangan lupa selesein draf nya ya."

"Iya!" sahut Nadya.

"Deril, baca draf blok GA daerah barat!" perintah Aletta lagi.

"Iya bawel!" sahut Deril.

Aletta masih mengikuti langkah cepat dari Bian, entah kemana Bian akan membawa nya.

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang