🖤68 - Till tommorow

2.5K 234 141
                                    

Hai..🖤
Baca pelan-pelan aja ya.
Part ini panjang hehe.
Thx..

ily..
🖤

-•-•-•-

Setelah kejadian itu, Bian mengurung diri di kamar hotel, tidak menghiraukan banyak teriakan di luar sana untuk meminta Bian membuka pintu kamarnya.

Di dalam kamar itu, tidak lagi berbentuk sebuah kamar hotel. Bian melampiaskan kemarahannya dengan membuat kehancuran di dalam sana. Semua barang di dalam kamar itu sudah hancur. Bian bahkan merusak TV di kamar hotel itu, dia juga melempar gelas-gelas kaca yang ada disana, belum lagi dia memecahkan kaca kamar mandi dan membuat tangannya terluka. Dia sudah frustasi dengan keadaan, dan pastinya dengan kenyataan.

"Bian, bunda mohon, buka pintunya.. " pinta Kamelia dengan lirih.

"Pergi!" bentak Bian, "Jangan pernah lagi bunda menemui saya mulai saat ini."

Ketika mendengar itu dari balik pintu, hati Kamelia serasa hancur berkeping-keping. Sedari tadi Kamelia mendengar dari dalam, suara pecahan kaca yang membuat Kamelia sakit hati. Kamelia tau jika Bian sedang menyakiti dirinya sendiri.

"Apa bunda sudah puas?"

Kamelia menoleh, dan mendapati Anca di belakangnya. Anca yang di dampingi Anton, tengah memasang wajah jengah ke Kamelia.

Kamelia mendekat dan memegang lembut lengan anak perempuannya, "Apa maksud mu Anca?"

Dengan cepat Anca melepaskan kasar tangan Kamelia di lengannya, "Bunda tidak usah seperti tidak tau begitu, bukankah ini yang Bunda inginkan? melihat semua anak-anak Bunda hancur demi keegoisan bunda."

Kamelia melihat ke arah sekitar, sepasang mata yang tengah berkumpul seperti tengah menyorot tajam ke arahnya, "Jaga bicara kamu, Anca." ucap Kamelia pelan.

"Anca sudah nggak tahan sama bunda, bunda benar-benar kelewatan sama mas Bian!" teriak Anca, "Bunda bahkan dulu bilang ke Anca akan mencegah pernikahan mas Bian dan Kiara, bunda juga bilang ingin mas Bian bahagia, tapi apa nyatanya? bunda malah menghancurkan mas Bian seperti ini!"

"Apa kamu sudah gila berani membentak bunda, Anca?" kesal Kamelia.

"Ya! Anca memang gila. Kenapa Anca harus punya bunda yang kejam seperti Anda?" jawab tegas Anca, "Mulai saat ini, jangan pernah lagi menemui Anca. Anca benci sama Bunda.."

Setelah mengatakan itu, Anca berlalu dari hadapan Kamelia dengan tangis yang merangsak keluar dari matanya. Sedangkan Kamelia, merasa seluruh hidupnya hilang saat kedua anaknya berkata akan 'meninggalkannya'.

Bersamaan dengan itu, pintu kamar Bian terbuka, Kamelia langsung menoleh dan menghampiri Bian untuk memeluk anak laki-lakinya itu, "Apa kamu baik-baik saja Bian?" khawatirnya.

"Lepas.." lirih Bian, dia terlampau kesal dan tak membalas pelukan Kamelia.

Dengan memeluk Bian, Kamelia memeriksa tangan anak laki-lakinya itu dan menemukan tangan Bian bahkan di penuhi dengan darah, sampai darah itu menetes di lantai.

Kamelia melonggarkan pelukannya dan mengangkat perlahan tangan Bian, "Apa yang terjadi padamu, Bian?" tanya Kamelia gemetar saat melihat tangan Bian sudah berkucuran darah.

"Apa Anda berhak menanyakan hal itu ke saya?" sinis Bian.

"Bian, jangan gila, ini bunda, bunda kamu!"

Nafas Bian mulai menggebu, "Kalau Anda memang orang tua saya, seharusnya Anda memikirkan perasaan saya." ujar Bian, "Tenang saja, saya akan tetap menikah dengan Kiara, anggap saja, itu pengabdian terakhir saya untuk Anda."

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang