39

1.8K 218 16
                                    

Sean Sebastian. Cowok super dingin yang pernah gue temui. Sikapnya yang sangat cuek dari awal perkenalan membuat kesan first impression gue sedikit tidak enak dengannya. Tapi setelah mengenalnya, gue tahu kalau Sean itu cowok yang baik dan selalu peduli dengan temannya. Walau dia terlihat sangat cuek, tapi hatinya sangat lembut. Yang gue tahu, Sean itu tinggal di Bandung sendirian. Padahal dia punya orangtua yang lengkap yang mempunyai rumahndi Bandung juga. Tapi Sean memilih tinggal di salah satu rumah orangtuanya yang jarang dihuni oleh keluarganya. Gue gak terlalu tahu kehidupan keluarga Sean seperti apa. Karena gue gak pernah menyinggung soal keluarga, bagi gue keluarga adalah suatu privacy yang gak semua orang harus tahu. Kalaupun Sean ingin bercerita tentang keluarganya, gue dengan senang hati akan mendengarkan.


Awalnya gue takut sama Sean. Lebih tepatnya enggan untuk mengenal Sean karena kepribadiannya yang sangat dingin. Tapi setelah Diklatsar HIMAPA selesai, gue tahu ternyata Sean gak sedingin itu. Bahkan sebelum gue memiliki perasaan khusus untuk Kaisar, gue lebih sering menghabiskan waktu dengan Sean. Seperti kejadian di Bukit Bintang dulu, gue menghabiskan malam bersama Sean. Untuk pertama kalinya dia mendengarkan cerita gue, keluh kesah gue, dan menampung air mata gue. Dia menenangkan gue yang saat itu menahan semua beban hidup gue. Dan dari sana juga gue jadi terbiasa dengan kehadiran Sean di hidup gue.



Dan sekarang, gue sudah berstatus sebagai kekasih Kaisar Mahendra. Teman seangkatan gue di HIMAPA. Sekaligus teman Sean juga. Kalau Sean adalah Bayu, Chandra, Diva, Esa atau Ravi, mungkin gue gak akan segan untuk menceritakan kepada mereka bahwa gue sudah berpacaran dengan Kaisar. Tapi karena Sean sangat dekat dengan gue, gue jadi enggan untuk membicarakannya. Gue gak mau besar kepala dengan menganggap Sean juga memiliki perasaan lebih buat gue. Karena sejauh ini, Sean gak pernah melibatkan perasaannya untuk gue. Dia juga gak pernah mengungkapkan perasaannya. Jadi gue gak berani mengambil kesimpulan apapun tentang Sean. Gue hanya mau menjadi orang terdekat Sean seperti biasanya. Sahabat mungkin.



Hubungan gue dengan Kaisar memang berjalan lancar. Gue ataupun Kaisar masih belum memberitahu anak-anak Sekre tentang status kami. Karena menurut gue, ngapain harus diumbar? Kalaupun nanti mereka tahu, yaudah gak apa-apa. Simple kan?
Ya walaupun awalnya yang keukeuh pengen punya status itu gue, bukan berarti gue harus mengumbar status gue juga kan? Gue hanya ingin kejelasan. Itu aja.




Gue masih sering jalan sama Sean. Kaisar juga tahu kok. Dia gak pernah mempermasalahkan hal itu. Seperti sekarang, Sean ngajak gue ke tempat pertama kali gue mencurahkan isi hati gue didepan Sean. Bukit Bintang. Tempat yang begitu damai dan indah untuk dinikmati malam hari. Gue dan Sean duduk di tempat strategis yang menampilkan pemandangan kota Bandung dimalam hari. Seperti biasa Sean membelikan gue minuman panas untuk menemani malam kita. Dia juga membeli jagung dan sosis bakar sebagai teman mengemil.



"Udah lama ya Se, ga pernah kesini lagi"


Sean mengangguk, dia menyesap kopinya dan kembali memandang ke depan.
"Ini yang kedua kalinya" ucap Sean, dan sekarang giliran gue yang memgangguk. Bener kata Sean, ini adalah kedua kalinya gue ke bukit bintang bareng Sean.



"Are you okay?" Ntah kenapa, tapi gue sangat ingin menanyakan hal itu pada Sean. Gue merasa Sean sedang tidak baik-baik aja.



"Yes, i'm okay"

"Jangan bohong!"


Sean menghela nafasnya sebelum melanjutkan ucapannya.
"Kelihatan banget ya Tal kalau gue lagi ada masalah?"

"Lo bisa cerita kalau lo mau, gue bisa menjadi pendengar lo kapanpun lo butuh gue"


Sean terdiam sambil mengayunkan kakinya. Dia masih memandang lurus ke depan, melihat lampu yang kelap kelip didepan sana.


NATURAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang