66

3K 321 96
                                    

Krystal POV :

"Jangan menangis"

"Maafkan aku Klee"

Gue memeluk Kaisar erat, semoga kali ini gue gak mimpi lagi. Gue gak mau terus-terusan dibayangi oleh mimpi indah gue dengan Kaisar. Padahal setelah gue bangun, Kaisar gak ada. Gue gak mau dia ninggalin gue lagi, gue gak mau.

Iya gue emang bodoh. Mau-maunya kembali berharap sama Kaisar yang udah nyakitin gue. Tapi mau gimana lagi? Rasa sayang gue sama Kaisar terlalu besar daripada rasa sakit gue.

Jadi tolong, untuk sekarang gue hanya ingin dukungan. Gue ingin menata hidup gue lagi seperti seharusnya.

* * *

Setelah gue Absen sehari, kini gue kembali masuk kampus. Apa sekarang gue masih sedih karena Kaisar? Oh tentu saja. Tapi gue gak boleh kelihatan lemah di depan oranglain. Cukup Kaisar yang tahu. Walaupun gue masih sakit hati dan sangat kecewa pada Kaisar. Tapi untuk sekarang gue biarin Kaisar selalu berada di dekat gue.

Gue memasuki kelas dan mencati tempat duduk yang strategis. Iya strategis buat gue tidur. Hehe

Gue melihat Gita yang lagi duduk dipojok, dan juga gue melihat Shilla yang baru masuk kelas. Kemana aja itu anak? Gue baru ketemu sama Shilla lagi, dia udah beberapa hari gak masuk.

"Hai" sapa gue pada Gita. Tapi Gita ngalihin pandangannya setelah melihat gue.

"Kenapa? Gue ada salah sama lo ya?"

Gita yang lagi mainin hpnya kini menaruh hp itu dengan kasar diatas meja. Gue yang ngeliat itu kaget sekaligus bingung. Apa gue emang ngelakuin kesalahan sama Gita?

"Salah! Jelas lah lo salah! Salah besar!" Kata Gita sambil natap gue tajam.

"Gue salah apa? Sorry"

"Kenapa lo gak cerita ke gue hah? Kenapa lo malah main silet siletan apaan sih itu namanya. Lo mau jadi tukang potong? Jangan dipraktekin ke tangan sendiri! Apa perlu gue panggil tukang daging langganan kakek gue buat ngajarin cara motong yang bener?"

Gue cuma bengong. Bingung sama apa yang dia omongin.

"Hah?"

"Hah hah mulu. Lengan lo udah diobatin belum? Sini gue lihat. Udah tahu takut darah malah kaya gini!" Kata Gita sambil menarik lengan kiri gue pelan.

Gita meringis ketika melihat garis garis ditangan gue.

"Kita ke UKS aja yuk" ajaknya

"Tapi kan bentar lagi masuk"

"Nggak, dosennya gak ada. Kita cuma disuruh ngerjain tugas. Yuk!" Gue lalu mengekori Gita menuju UKS di gedung fakultas gue.

Gita meneteskan betadine ke kapas. Sebelum ngobatin luka gue, bisa gue lihat dia menelan ludahnya. Dia gelengin kepalanya, kemudian lanjut buat ngobatin lengan gue.

"Jangan gini dong, Tal" ucap Gita pake suara kecilnya.
Suara yang tadinya keras dan marah ke gue berubah jadi suara lembut yang biasa nenangin gue.

"Lo kenapa gini sih Tal? Kalau ada masalah lo harusnya cerita ke gue. Jangan kaya gini, gue kan jadi sedih" kata Gita.

Tangan kanannya ngobatin luka gue, sedangkan tangan kirinya sibuk ngelapin air matanya yang udah mrluncur gitu aja.

Gue yang ngeliat Gita nangis jadi panik.

"Eh loh ko lo nangis sih Git?" Panik gue sambil megang bahu Gita.

Gita masih sesenggukan "Maaf. Gue minta maaf kalo gue ninggalin lo pas lo tertekan gini. Maaf bikin lo ngerasa sendirian. Maafin gue"

NATURAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang