Niat awal gue yang mau menghubungi Kaisar nanti lenyap seketika. Gue udah mikir positif kenapa Kaisar cuekin gue, tapi ternyata salah. Nyatanya Kaisar aja milih buat ketemu cewek lain dari pada gue. Gue bahkan gak tahu salah gue apa sampai dia diemin gue kaya gini.
Mata gue udah bengkak, hidung gue merah, tampilan gue berantakan. Gue udah gak peduli. Gue sengaja matiin hp karena terlalu berisik. Saat ini gue gak mau di ganggu. Bahkan dari tadi gue mendengar bel apart gue berbunyi, tapi gue malas melihat siapa yang datang. Paling Sean atau anak-anak yang sekarang lagi khawatirin gue.
Dan sekarang bel apart gue bunyi lagi, gue masih diem dikamar. Tiga kali berbunyi sampai akhirnya bel itu tidak terdengar lagi. Malah yang gue dengar seseorang memasuki apart gue. Tapi yang tahu password apart gue cuma gue dan abang gue. Eh nggak, Kaisar tahu password apart gue. Tapi gak mungkin dia datang kesini sekarang. Dan juga abang gue gak mungkin kesini juga, dia lagi di Jakarta.
Pintu kamar gue dibuka, gue tetap diam dibalik selimut gue. Terlalu malas melihat siapa yang datang. Sampai akhirnya selimut gue tersingkap begitu aja.
"Klee..."
Gue langsung bangun ketika mendengar suara itu. Suara abang gue. Yups ternyata yang datang ke apart gue itu abang gue.
"Abangggggggg" gue langsung memeluk abang gue ketika dia berada dihadapan gue. Gue kembali menangis dalam pelukan abang gue. Karena sekarang gue memang membutuhkan abang gue. Gue gak tahu harus lari kesiapa kalau lagi kaya gini.
"Hikss... hikss.. abang..." gue masih sesenggukan dalam pelukan abang gue. Dia mengelus punggung gue lembut. Abang gue gak bertanya apapun, dia selalu kaya gitu. Dia bakal membiarkan gue sampai berhenti menangis, setelah itu baru dia akan menanyakan kondisi gue.
15 menit gue nangis dalam pelukan abang gue. Cukup lama, padahal dari tadi gue juga udah nangis. Mata gue semakin bengkak. Kalau bukan abang gue, gue gak berani ngeliatin wajah gue yang abis nangis kaya gini.
"Udah nangisnya?" Tanya abang lembut, gue mengangguk, dia udah melepaskan pelukannya dari gue. Sekarang abang mengelus rambut gue dan menghapus sisa air mata gue di wajah.
"Abang ko disini?" Tanya gue, suara gue sedikit serak karena terlalu lama menangis.
"Abang lagi ada kerjaan di Bandung, jadi sengaja mampir kesini. Eh tahunya kamu malah kaya gini sekarang"
Gue mengerucutkan bibir gue. Kenapa abang gak bilang mau kesini sih?
"Abang udah teleponin kamu ya dari tadi, hp kamu aja yang gak aktif" ucap abang lagi.
"Jadi, kenapa bisa nangis kaya gini?"
Gue bingung mau mulai dari mana. Sejujurnya gue suka malu kalau ngomongin tentang cowok sama abang.
"Lagi pengen nangis aja" jawab gue asal. Dan sekarang hidung gue yang merah tambah merah karena dicubit oleh abang gue.
"Gak mau ngaku heh?"
"Males cerita"
"Kaisar ya?" Tanya abang tepat sasaran. Selalu bisa ketebak.
"Kenapa sama Kaisar?" Tanyanya lagi.
"Dia selingkuh, Klee gak suka!" Gue mencebikan bibir gue. Gak apa apa dibilang kaya anak kecil, mau segede apapun juga dimata abang gue selalu jadi anak kecil.
"Emang siapa yang suka diselingkuhin?" Canda abang gue.
"Ihh abang rese!"
"Tahu dia selingkuh darimana?"
"Dia nyuekin aku dari tadi, dan sikapnya dingin banget sama Klee. Padahal Klee gak tahu punya salah apa. Abis nganterin Klee pulang dia langsung pergi, dan malah ke tempat cewek lain. Udah jelas kan dia selingkuhin Klee?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NATURAL
أدب الهواةNatural itu kamu Kamu datang secara alami, dan membuat hatiku berdebar Aku menyukainya