49

2.1K 261 14
                                    

Kelas pagi ini terasa sangat membosankan. Gue memang paling gak suka kalau udah ada kelas pagi, jam 7.00 WIB. Dipikir anak SD kali ya kuliah pagi. Emangnya mau upacara?

Kali ini gue memilih buat duduk dibarisan paling belakang, gue lagi gak mood belajar. Jadi gue cuma mendengarkan dosen mengajar doang. Gue juga sesekali mainin hp, walaupun gak ada chat masuk atau apa. Gue beneran bosan.

Saat gue sedang mencoret-coret kertas gue. Hp gue bergetar, ada chat masuk. Gue sangat terkejut ketika membaca pesan yang di kirim oleh Sean itu. Mata gue tiba-tiba memanas. Badan gue lemes seketika. Ya Tuhan, apalagi ini? Gue gak sanggup baca pesan yang dikirim Sean.

"Sstt, Tal, lo kenapa?" Shilla yang duduk disamping gue menoel tangan gue.

Gue masih diam, mencerna isi pesan itu.
Semoga ini mimpi
Semoga ini mimpi
Semoga ini mimpi

Gue terus melapalkan kalimat itu. Gue rasa ini cuma mimpi. Sean pasti bohong kan? Dia lagi ngerjain kan?

Shilla yang gak mendapat jawaban dari gue langsung merebut hp yang gue pegang. Dia membaca isi pesan dari Sean.

WhatsApp

Kabut Kelam

Sean : Diva kecelakaan, Ibunya nelepon gue tadi pagi, sekarang dia udah di bawa ke rumah sakit. Siapapun yang free langsung ke rumah sakit aja, gue sharelock disini. Gue udah disini nemenin ibunya Diva, tolong kasih tahu Airin juga.

- - - - - - - -

"Tal? Maksudnya Adivati Wijaya? Yang pacarnya Airin itu?" Tanya Shilla gak percaya.

Ya. Sean mengirim pesan di grup memberitahukan kalau Diva kecelakaan dan sekarang dibawa ke rumah sakit. Gimana gue gak kaget? Ya Tuhan, kenapa harus Diva? Gue takut kalau mendengar kata kecelakaan, apalagi sampai dibawa ke rumah sakit. Gue gak sanggup. Asal lo tahu, sampai saat ini gue gak pernah menginjakan kaki gue di rumah sakit. Dan gak akan mau pergi ke tempat itu. Bukan karena gue gak pernah sakit parah, tapi sekedar menjenguk orang sakit disana juga gue gak pernah. Gue terlalu takut dengan Rumah Sakit. Gue gak pernah mau mendatangi tempat itu. Gak apa-apa gue dibilang gak punya hati, tapi gue kaya gini karena gue memang gak bisa. Apalagi mendengar kata luka saja gue udah panik.

Shilla mengelus bahu gue pelan.
"Tal, hey Tal" dia memanggil nama gue karena dari tadi gue hanya diam.

"Udah jangan panik, semoga temen lo baik-baik aja okay." Shilla menenangkan gue. Gue udah mau nangis. Tapi gue tahan.


Untung aja perkuliahaan sudah selesai. Dan hari ini cuma ada satu matkul doang. Shilla dan Gita terus memanggil nama gue, dan gue mengabaikannya.

Gue segera membereskan barang-barang gue dan mendatangi sekre. Gue gak bisa mikir apa-apa sekarang. Gue terlalu takut.

"Klee" panggil Bayu setelah gue membuka pintu sekre. Gue langsung berlari kepelukan Bayu sekarang. Dan air mata gue tumpah seketika. Gue butuh Kaisar, tapi dia udah pergi duluan ke rumah sakit menyusul Sean.

"Tenang Klee, tenang. Semuanya baik-baik aja. Kita hanya perlu berdoa untuk Diva. Tenang ya" Bayu mengelus rambut gue. Tapi gue masih menangis. Gue takut. Sangat takut.


"Klee, lo harus tenang. Diva udah ditangani oleh dokter, lo harus tenang ya"

Gue mencoba menenangkan diri gue. Melepaskan pelukan Bayu dan menghapus air mata gue. Sekarang gue bisa lihat kalau di sekre ada Trisa, Chandra, Ravi dan juga Bayu. Mereka memang sengaja buat kumpul dulu do sekre sebelum pergi ke rumah sakit.


NATURAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang