37

2K 260 53
                                    

"Klee..."

"Pergi...!!!!"

"Klee, kamu kenapa?"

Gue bisa mendengar suara Kaisar melembut, bahkan sekarang dia sudah memakai aku kamu lagi. Sekelibat bayangan dia yang mencium gue tiba-tiba dan menyudutkan gue di pintu apart muncul. Gue ga suka Kaisar mencium gue dengan kasar dan memaksa. Tapi sentuhan tangan Kaisar di bahu gue membuyarkan pikiran gue.


Gue memegang bibir gue yang sama sekali ga bengkak, bahkan ga basah. Gue memejamkan mata gue mencoba mengingat kejadian beberapa menit lalu. Dan ingatan gue berhenti saat Kaisar masuk ke apart gue padahal gue melarangnya, tidak ada adegan gue meneriaki dia dan dia marah-marah ke gue. Bahkan gak ada adegan dimana dia mencium bibir gue tiba-tiba sampai menyudutkan gue dipintu. Semua itu hanya bayangan gue. Dan gue mengutuk diri gue sendiri karena bisa-bisanya membayangkan hal yang tidak-tidak. Gue menggeleng dan menjambak rambut gue prustasi. Kenapa gue harus kaya gini gara-gara Kaisar?



"Klee" panggil Kaisar lagi, kali ini dia sedikit menggoyangkan bahu gue karena gue dari tadi hanya menatapnya dengan pandangan kosong.



Ibu jarinya mengusap wajah gue lembut, menghapus air mata gue yang tiba-tiba mengalir begitu saja.



"Hey, Klee, tatap aku. Kamu kenapa hemm?"

Gue kini bisa melihat raut wajah Kaisar yang khawatir. Dia masih mengusap wajah gue dengan lembut. Dan tanpa bisa dicegah lagi, gue menubrukan tubuh gue pada Kaisar. Sejujurnya ini yang ingin gue lakukan saat pertama kali melihat dia. Gue merindukan Kaisar. Gue sungguh merindukan dia. Saat pertama kali melihat dia di rumah gue, gue sangat ingin menghampirinya dan membisikan kata rindu untuknya. Tapi gue ga bisa melakukannya karena ego gue yang sangat tinggi mengalahkan perasaan rindu gue. Dan kali ini, gue ga bisa menyembunyikan perasaan rindu gue. Gue ga benar-benar marah saat di starbucks tadi. Gue hanya kesal, kesal karena gue selalu lemah dihadapan Kaisar.


Gue merasakan Kaisar membalas pelukan gue, dia mengelus punggung gue dengan lembut. Mengantarkan kehangatan pada tubuh gue. Gue semakin terisak dalam dekapannya. Pelukan yang selalu bisa menenangkan hati gue, membuat perasaan gue menghangat.




"Jangan nangis, Klee. Aku disini. Untukmu" bisikan Kaisar membuat gue semakin terisak. Gue menangis bukan karena terharu oleh ucapan Kaisar. Tapi gue merasa takut akan ucapan Kaisar. Takut kalau Kaisar akan pergi menjauh dari gue setelah ini. Gue ga mau terlalu nyaman dengan perasaan yang Kaisar berikan untuk gue. Gue takut terluka.



Gue mengeratkan pelukan gue, mencengkrang ujung baju Kaisar. Mencoba memberitahunya kalau saat ini gue ga baik-baik aja. Gue sangat takut akan semua kemungkinan-kemungkinan yang terjadi setelah ini. Bayangan Chelsy yang selalu menempeli Kaisar ga bisa lepas dari gue. Gue ga bisa lihat Kaisar dengan cewek lain. Gue ga mau itu terjadi. Tapi sampai saat ini, Kaisar masih belum menegaskan hubungan gue dengan dia seperti apa? Gue masih digantung. Gue ga mau egois hanya karena sebuah status, tapi gue ga bisa kaya gini, gue terlalu takut.



Kaisar sedikit menjauhkan tubuhnya dari gue, tapi sebelah tangannya masih menahan pinggang gue. Gue masih terisak kecil dihadapannya. Tangan satunya lagi terulur untuk menghapus air mata gue.


"Lihat aku Klee" perintahnya. Gue menggeleng dan menundukan wajah gue, gue ga mau menatap Kaisar dengan wajab sembab gue. Gue malu, karena gue memang sangat kekanakan sekarang.



Kaisar menangkup wajah gue. Membuat pandangan gue kembali terarah padanya. Dia tersenyum sangat lembut, membuat letupan dihati gue.


"Maafkan aku, Klee. Maaf karena aku ga pernah peka sama kamu. Maaf selalu membuatmu terluka" ucapan Kaisar terhenti, gue sangat ingin menyela ucapannya itu. Gue udah ga mau mendengar kata maaf dari dia.




NATURAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang