83

2K 240 39
                                    

"Kamu capek? Mau neduh dulu?"

Gue menggeleng saat Kaisar bertanya, sekarang kita lagi berada diatas motor dengan Kaisar yang ngebonceng gue.

Pagi tadi Kaisar ngajakin gue buat keliling Surabaya. Sebelum sore nanti gue nemenin Mbak Hafza yang minta dianter ke salon. Katanya pengen quality time bareng gue.

Kita juga keliling ga jauh-jauh banget dari rumah Kaisar. Gue sama Kaisar cuma kuliner dibeberapa tempat. Lagipula masih ada hari esok buat gue main lagi disini.

Kaisar tiba-tiba menepikan motornya dibawah pohon yang berada dipinggir jalan. Tangannya mengelus lengan gue yang melingkari perutnya. Gue menopang dagu gue pada bahunya dan sedikit melongok kedepan, bertanya kenapa berhenti.

"Kenapa berhenti?"

Kaisar menolehkan kepalanya sedikit kebelakang, hingga jarak wajah kita sangat dekat. Ia juga mengelus pipi kanan gue dengan lembut.

"Mau kaya gini dulu sebentar, biar kaya orang-orang yang lagi pacaran"

Gue terkekeh, random banget sih Kaisar tuh.

"Emangnya tiap hari ga kaya yang pacaran ya?"

"Kaya suami istri sih lebih tepatnya" ucanya sambil tertawa.

Gue suka banget sama momen-momen kaya begini. Hal sederhana yang Kaisar lakuin selalu bisa bikin gue bahagia.

"Kalau nanti kita nikah gimana ya? Kamu pengen tinggal dimana? Di Jakarta atau ikut aku ke Surabaya? Atau mau di Bandung?"

Lagi-lagi ucapan Kaisar tuh random banget. Kenapa udah mikirin nikah segala? Ya walaupun emang ga salah sebenernya. Karena tujuan kita berdua sama, hubungan kita ingin berlanjut sampai jenjang pernikahan.

"Kamu kenapa deh tiba-tiba ngomongin nikah? Ngelamar aku aja belum" canda gue. Iya gue emang cuma bercanda bilang kaya gitu, lagipula gue ga maksa Kaisar buat ngelamar gue sekarang-sekarang.

Kaisar mengeratkan pegangan tangannya pada lengan gue.

"Udah ga sabar pengen dilamar ya?" godanya.

"Ga juga, aku nunggu kamu siap aja. Lagipula kan kita udah sepakat buat ga bahas ini sekarang kan. Sampai kita lulus kuliah baru kita rencanain kedepannya gimana"

Kaisar tersenyum, kini dia melepaskan pelukan gue dan membalikan setengah badannya.

"Iya, aku tahu. Yang jelas aku gak bakalan lepasin kamu sampai kapanpun. Kamu cuma milik Kaisar seorang"

Gue mengangguk dan tersenyum senang kearahnya. Sampai tiba-tiba Kaisar mencium bibir gue cepat dan kembali menjalankan motornya.

Gue menepuk pundak dia gak terima.
Kita masih ada dipinggir jalan, kalau ada yang liat gimana? Kan gue malu.

"Kaiiii~"

Kaisar tertawa dibalik helmnya. Dia kemabali menarik tangan gue untuk memeluknya lagi.

Dan sekarang kita memutuskan buat pulang ke rumah Kaisar lagi karena gue harus nemenin mbak Hafza.

***

"Sini dek, kamu juga harus ikutan. Kamu mau apain rambut kamu? Mau di cat atau mau dipotong?" tanya Mbak Hafza.

Kenapa jadi gue? Gue kan cuma nganter doang.

"Ga usah mbak, aku nungguin mbak aja"

"Loh ga bisa gitu, nanti Ibu marah kalo cuma aku doang, kan mbak ngajak kamu supaya kamu juga dirias dek"

"Tapi kan aku gak akan kemana-mana mbak, gausah repot. Aku bisa ke salon nanti pas di Bandung aja".

Nyatanya mbak Hafza ga peduliin omongan gue, dia tetep narik gue buat duduk disalah satu kursi di salon. Dia juga manggil pegawainya buat ngurusin gue.

NATURAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang