melamar

1.2K 205 25
                                    

Vanesha

Hari sudah menjelang sore,setelah dari pagi hingga siang aku selalu di temani Ale dan Marisa,kini keadaanku sudah berangsur membaik.

"Kenapa melihatku begitu?"tanya Ale

Aku menggeleng cepat,rasanya aku malu ketika Marisa mengira sakitku ini karena hamil,bukan salah dia juga jika berfikir seperti itu,rumah ini terlampau luas,banyak kamar kosong dan bagus,aku tinggal tunjuk ingin menempati yang mana?tapi kenyataannya?aku justru satu kamar dengan tuan muda di rumah ini.

"Kalau aku memilih kamar sebelah sebagai tempat tidurku bagaimana?"tanyaku pada akhirnya

Ale yang sedang sibuk membuka majalah-majalah otomotiv seketika menatapku tajam,dan aku tidak suka jika dia menatapku seperti itu?

"Kamu tadi tidak malu?"tanyaku lagi

"Malu karena apa?"

Aku membuang nafas pendekku secara kasar,dia benar-benar tidak tahu diri sekali.

"Mama mengira aku sakit seperti ini karena hamil!"jawabku

Ale tersenyum,lalu dia merangkak mendekatiku yang duduk di atas ranjang.

"Untung saja tadi dokter datang,dan bisa meyakinkan Mama, jika aku tidak hamil"ungkapku

"Wajar jika Marisa berfikir seperti itu"balas Ale

"Hah"

"Kok hah?"

Aku heran,kenapa bisa Ale merespon sangat santai begitu?apakah dia tidak malu atau merasa terganggu dengan fikiran-fikiran Marisa?sepertinya tidak hanya Marisa,mungkin para pelayan di rumah ini juga memiliki anggapan yang sama.

"Kamu sudah siap jika kita menikah?"tanya Ale tiba-tiba

"Apa kamu sedang melamarku?"balasku

Ale tertawa pelan sembari menggelengkan kepala,"Aku belum melamarmu,aku hanya bertanya tentang kesiapan kamu"ucapnya

"Bukankah itu sama saja"gerutu

"Tentu berbeda,aku hanya menanyakan kesiapan,belum melamar!"balas Ale tidak mau kalah

Aku diam,berfikir ulang atas pertanyaan Ale beberapa detik yang lalu,kenapa dari semalam jadi sering membahas soal pernikahan?

"Sydney sering datang ke kantormu?"tanyaku

"Hah"

"Kok Hah?aku sedang tanya,ayo jawab!"balasku

"Iyah,beberapa hari ini dia datang ke kantor seperti penguntit"jawab Ale

"Kamu suka?"

"Tentu saja tidak!"

"Apa karna itu kamu ingin menikahiku?"tanyaku dengan pelan

Tubuhku sedikit terguncang,karena Ale bergerak,dia memutar tubuhnya hingga menatapku.

"Bodoh!"gerutunya

"Aku menikahimu agar kamu resmi menjadi keluarga Maliq,bukan karena Sydney"lanjutnya

Aku tersenyum,tetapi senyumku seketika pudar ketika ingat jika saat ini Ibu tidak tahu keberadaannya dimana?aku tidak mungkin menikah tanpa memberitahu Ibu,bahkan aku juga berharap Ibu ada ketika aku menikah nanti.

"Kenapa murung?hmm"tanya Ale sembari menangkup wajahku

Aku segera menggeleng,aku tidak ingin Ale merasa terbebani atas masalah Ibu lagi,biar nanti aku sendiri yang akan berusaha mencari informasi tentang keberadaan Ibu dimana?

"Kamu tidak ingin menikah denganku?"tanya Ale lagi

"Bukan begitu"balasku

"Lalu?"

"Emmmss beri aku waktu satu minggu untuk menjawabnya"

Ale tersenyum tipis tanpa melepas kedua tangannya pada tulang rahangku.

"Aku sudah tahu jawabannya,kenapa harus menunggu satu minggu?"gumam Ale

Lalu dia mencium bibirku,"kenapa hanya diam?"tanya Ale

"Ah a-aku-"

"Buka sedikit bibirmu"potong Ale

Sebelum aku menjawab,Ale sudah terlebih dahulu mencium dan melumat bibirku,hingga sekarang keadaannya aku duduk diatas pangkuannya.

Sebelum aku menjawab,Ale sudah terlebih dahulu mencium dan melumat bibirku,hingga sekarang keadaannya aku duduk diatas pangkuannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ale Pov

Ketika malam sudah datang,aku segera menemui Roy di tepi kolam renang seperti biasanya,aku ingin menanyakan sejauh mana dia mendapatkan informasi tentang Ibu nya Vanesha.

"Bagaimana Roy?"tanyaku tanpa berbasa-basi

"Kami sudah mendapatkan informasi Tuan,jika mereka pindah ke Bogor,tapi untuk tempat tinggalnya saat ini kami sedang menelusuri"jawab Roy

"Bogor?"

Roy mengangguk,bagaimana bisa pindah hingga keluar kota?aku fikir mereka akan pindah hanya di sekitar Jakarta,ternyata salah.

"Apa keadaan mereka baik?"tanyaku

"Menurut informasi yang kami dapat,mereka disana menjadi petani sayur"jawab Roy

"Seperti buruh?"tanyaku

Roy menggeleng "sebagai pemilik lahan Tuan,tidak luas!jadi hasil penjualan rumahnya itu untuk membeli rumah di bogor dan lahan sayur sebagai mata pencahariannya"jawab Roy

Aku tidak habis fikir,secinta itukah Ibunya Vanesha pada laki-laki iblis seperti suaminya?aku fikir setelah aku memberikan alamat rumah ini,dia akan datang untuk menemui putrinya,lalu meninggalkan laki-laki itu karena bangkrut,ternyata salah!

Andaikan Ibunya mau datang kesini,dan memilih meninggalkan suaminya,sudah jelas!aku akan menahannya di sini,memintanya untuk tetap tinggal bersama kami.

"Cari informasi yang lebih lengkap lagi yaa?"ucapku

"Iyah tuan"

"Ah satu lagi,aku juga butuh foto-foto mereka,aku harap kamu tidak mengecewakan"ucapku lagi

"Iyah tuan,saya akan berusaha memberi informasi yang lebih lengkap lagi"balas Roy

Akhirnya aku memilih beranjak dan kembali ke kamar,begitu juga dengan Roy.Langkahku semakin cepat,aku ingin segera sampai ke dalam kamarku,dan memastikan keadaan Vanesha.

#tbc,,
Terimakasih yang selalu bersedia menunggu karya aku,,,

SILUET KEHIDUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang