Ale pov
Aku sudah di rumah,bertelanjang dada di atas kasur lantaiku,rasanya hari ini aku sangat lelah sekali,lelah bukan karna tenagaku terkuras habis,tapi lelah karna sepanjang hari ini ku habiskan untuk mengelola emosiku,sebelumnya aku tidak pernah seperti ini,aku akan mudah melampiaskan emosiku.
"Lelah juga ternyata"gumamku lirih,saat aku memiringkan tubuhku ke arah kiri,aku melihat lukisan yang di buat oleh Vanesha tadi,aku segera beranjak lalu mengamati karya dari kekasihku.
"Bukankah lukisan ini sepertimu?"
"Sepertiku?"tanyaku lirih ketika mengingat ucapan Vanesha beberapa jam yang lalu.
"Selemah-lemahnya seorang wanita,dia akan menjadi sandaran untuk seorang laki-laki,seperti anak laki-laki yang ku lukis ini"
Aku tertawa kecut mengingat kalimat itu,Vanesha tidak tahu sosok Ibuku seperti apa?dia tahu betapa ibu membenciku,membenci anaknya yang tidak pernah berdosa dan akhirnya berhasil mengutukku terjebak pada rasa bersalah yang sama sekali tidak aku lakukan.
Flashback On.
Aku masih berada di jalan setapak dekat sekolahku,aku tidak sendiri,aku berjalan beriringan dengan Ali,dia kembaranku,wajah kami sama persis,yang menjadi pembeda adalah Ali sosok pendiam,dia masuk pada golongan manusia introvert seperti ibuku,berbeda dengan aku,aku banyak bicara,aku pandai bergaul,aku masuk golongan manusia ekstrovert.
Sebagai anak kembar,tentu saja kami saling menyayangi,aku selalu melindungi kembaranku baik di sekolah maupun di rumah,kedua orang tua kami sama-sama menyayangi kami,mereka memberikan cinta kasih pada kami sangat banyak.
Secara materi kami sangat berkecukupan,bahkan lebih,mengingat usaha orang tua kami memiliki banyak sekali cabang bisnis.
Dulu menjadi keluarga Maliq Groupe merupakan anugerah dari Tuhan untukku,tapi tidak untuk aku ketika menginjak usia 17 tahun,semua berubah ketika Ali meninggal.
Dia menyelamatkan aku dari kecelakaan mobil,hingga aku terjatuh di tepi jalan dan tubuh dia yang tersambar mobil begitu kencang,bodoh sekali bukan?dia yang selalu saja aku lindungi,tiba-tiba mencoba melindungiku hingga maut yang menjemputnya.
Setelah kematian Ali,Ibuku mengalami depresi,beliau selalu saja menyalahkan keadaan ini padaku,dia mengatakan bahwa aku si pembunuh.
Aku tidak sakit hati,aku fikir Ibuku akan sembuh,ini hanya sementara,tapi ternyata aku salah,semakin hari Ibuku bertambah membenciku,setiap kali dia melihatku,aku selalu di lempar dengan benda yang berada di dekatnya,dia mengalami depresi yang cukup berat.
"Aku rindu Mama pah"ungkapku
"Papa tahu,tapi keadaan Mamamu-"
"Aku tidak membunuh Ali,Aku bukan pembunuh,Aku tidak meminta Ali untuk menolongku Pah"potongku
Papa menangis,dia merengkuh tubuhku,kami menangis bersama,"kenapa Mama selalu mengatakan aku pembunuh Pah?"
Setiap kali dokter yang menangani Ibuku datang,aku selalu mengikuti langkah mereka,aku selalu mengamati mereka menyembuhkan ibuku,aku selalu menangis ketika banyak jarum suntik yang di masukkan pada lengan ibuku.
Hingga pada suatu malam,ketika aku sedang tidur di dalam kamarku,Ibuku datang,dia mengusap keningku,dia menciumku,aku terbangun dengan perasaan bahagia tentu saja.
"Ali,anak Mama"ucapnya
Aku hampir menangis,ternyata Mama mengira bahwa aku ini Ali,adikku yang sudah meninggal.
"Mama"gumamku lirih
Dan tiba-tiba emosi Ibuku tidak terkontrol,dia mengamuk di kamarku,aku hanya diam,aku membiarkan dia berbuat sesukanya,hingga akhirnya dia mencekik leherku,mungkin jika Papa tidak datang,aku sudah tewas di tangan Ibuku sendiri.
Beberapa hari setelah itu,Ibuku bunuh diri di depan kedua mataku,dia melompat dari lantai dua.
"Jangan mendekat!!aku akan melompat,aku akan bertemu Ali,kamu puas sudah membunuh adikmu hah!!"
Flashback Off.
"Aku bukan pembunuh"gumamku
Aku tidak pernah bergantung pada Ibuku,aku tidak seperti anak kecil yang ada di dalam lukisan ini,tapi melihat lukisan ini,aku merasa senang,aku seperti melihat Ali disini.
Vanesha Pov
Setelah aku selesai masak,aku segera menyiapkan makanan di atas meja makan,Ibuku sudah di rumah.
"Kamu sudah selesai masak?"tanya Ibu
"Iyah"jawabku
Lalu kami segera makan bersama,hanya ada suara denting sendok dan piring,tidak ada suara lain yang kami dengar,hampir 7thn suasana seperti ini yang kami rasakan.
"Sha"
"Iyah"
"Bagaimana kalau kita pindah dari sini?"tanya Ibu
Seketika aku terdiam,mencerna ulang kalimat yang Ibu katakan padaku,"aku sudah nyaman di sini,aku sudah menemukan teman di sini"jawabku
"Kita hanya pindah rumah,kamu masih akan tetap kuliah,bertemu dengan teman-temanmu"kata Ibu
"Pindah kemana?"tanyaku
"Ke rumah Papa"jawab Ibu
Siluit hitam hidupku seketika hadir kembali,namun ketika aku menatap gelang yang ku pakai,aku ingat dengan Ale,aku seperti mendapat kekuatan untuk menyingkirkan rasa takutku.
"Ibu mau aku di perkosa lagi?"tanyaku
"Nak,bukan seperti itu-"
"Lalu bagaimana?"tanyaku sedikit emosi
"Papamu semakin tua,Ibu juga tidak mungkin bekerja selamanya,kami belum bercerai,kita kembali ke Papa agar hidup kita lebih baik Sha"jawab Ibu
Aku membuang nafasku dengan kasar,aku tidak tahu bagaimana bisa Ibu memiliki pemikiran sesempit itu?
"Kalau ibu lelah bekerja,biarin aku yang bekerja,aku akan bekerja paruh waktu Bu,aku tidak mau kembali ke rumah itu"ungkapku
"Papamu tidak akan melakukan itu lagi sha,dia juga sudah semakin tua"kata Ibu
"Dia tua tidak menjamin hidupku akan selamat disana,rumah itu seperti neraka,lebih dari 7 tahun aku tersiksa bu,ibu mengerti tidak hah!!!"balasku dengan berteriak,air mataku sudah berhasil membasahi pipiku,dadaku rasanya sesak sekali,fikiranku kalap hingga akhirnya aku pergi,iyah!aku pergi dari rumah,aku pergi tanpa tujuan,padahal hari sudah malam,mungkin sudah jam 7.
#tbc,,,
Ini konfliknya terlalu berat gak sih??duh gue deg-degan nulisnya,semoga kalian suka yaa,terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILUET KEHIDUPAN
RomanceSeorang gadis dengan masalalu yang kelam,hampir di renggut kesuciannya oleh Ayah tirinya,hingga membuat dia mengalami trauma baik secara psikis atau pun mental,dia yang dulu ceria,sekarang memilih diam dan sangat tertutup,bahkan jika bersentuhan den...