Vanesha Pov
Banyak suara riuh tepuk tangan dari para mahasiswa,mereka meneriaki nama Ale yang sedang bermain basket,ini kali pertama untukku melihat dia bermain basket,biasanya aku hanya lewat dan melihatnya sejenak saja.
Sesekali bibirku tersenyum,dia memang sangat tampan,memiliki pesona yang begitu menawan,senyumnya sangat manis,suara tawanya pun sangat enak di dengar,pantas jika Ale bisa populer di kampus.
Sudah hampir 30menit aku disini,Ale sepertinya masih sangat menikmati,dia belum terlihat lelah meskipun sudah berkeringat.
Kedua mataku terbelalak ketika Ale tiba-tiba berlari ke tempatku,lalu dia mendekatkan wajahnya,menunjukan pelipisnya yang sudah sangat basah karena berkeringat,sejenak aku sadar jika keadaan tiba-tiba hening,mereka menatapku tajam.
"Ale ka-"
"Lap in keringet aku dong"potongnya
"Hah"
"Kamu kan kekasihku,kamu rela cewek-cewek itu yang ngelapin keringet aku?"tanyanya dengan mengedipkan satu matanya
Dengan gugup aku segere mengambil tissu di dalam tas,lalu mencoba mengeringkan keringat di bagian wajah Ale,sorak sorai terdengar lagi,tak sedikit dari mereka yang menggoda kami berdua.
"Terimakasih"ucapnya
Aku hanya mengangguk,aku tidak berani mengangkat kepalaku,rasanya sangat malu,meskipun hubungan kami sudah di ketahui banyak orang,tetapi tetap saja kejadian tadi membuat jantungku berpacu.
Ale kembali ke tengah lapangan,dia sudah memegang bola basket lagi,dan beberapa kali sudah bisa memasukan bola ke dalam ring,ini membuatku cukup bangga.
Dan entah bagaimana?tiba-tiba ada seorang gadis lari ke tengah lapangan,tentu saja hal itu membuat semuanya berteriak karena takut terjadi sesuatu pada gadis itu,namun betapa terkejutnya aku ketika gadis tersebut memeluk Ale dari belakang,dia memeluk sangat erat,seperti seseorang yang benar-benar merindukan Ale.
Bukan Zea,atau gadis-gadis kampus yang sering berusaha mendekati Ale,dia terlihat sangat cantik dengan pakaian yang cukup mewah,aku tidak mengenalnya,sungguh!
Ale Pov
Aku terkejut ketika ada sebuah tangan yang melingkar ke perutku,aku fikir itu Vanesha,tapi saat aku menatap jemarinya,aku tahu jika itu bukan Vanesha,Vanesha tidak mungkin memakai cincin dan gelang seheboh itu.
"Ale"
Aku segera mencoba melempar bola basket,lalu aku melepaskan pelukan gadis yang belum aku tahu siapa?
"Sydney"
Bagaimana bisa dia ada disini?padahal sudah hampir 10 tahun kami tidak bertemu,semenjak Ali meninggal tepatnya.
"Aku rindu kamu,aku selalu mencarimu Le"ungkapnya
Kedua mataku justru mencari sosok Vanesha,aku takut dia akan marah atau salah faham akan kejadian ini,dan aku sedikit lega ketika menemukan sosoknya masih di tempat semula,dia masih bisa menunjukan senyumnya meskipun sedikit samar.
"Ale"
"Hah"
"Kita bicara di tempat lain,jangan disini"ucapku
Saat aku akan melangkah,Sydney mencekal tanganku,dia mengeratkan jemarinya ke sela-sela jemariku,lalu akhirnya aku mengajak Sydney keluar dari lapangan basket.
"Sha"
"Dia siapa?"tanya Sydney
"Ah dia Vanesha-"jawabku,namun kalimatku menggantung ketika melihat ekspresi Sydney yang terlihat tidak suka dengan kekasihku
"Kamu ke sini sama siapa?"lanjutku
"Sopir pribadi"jawabnya
***
Sekarang aku,Vanesha dan Sydney sudah berada di dalam kantin,tidak banyak perubahan dari Sydney,rambutnya tetap sebahu dengan warna hitam lurus,sekarang hanya terlihat lebih dewasa.
"Kamu kemana aja selama ini?"tanya sydney
"Kenalin dia Vanesha"ucapku
Vanesha tersenyum,dia mengulurkan tangan kanannya pada Sydney,cukup lama,Sydney seperti sedang berfikir.
"Sydney,aku keka-"
"Dia kekasihnya Ali"potongku
Sydney menatapku,aku mencoba mengabaikannya,dia memang kekasih dari Ali,kembaranku,kami bertiga dulu bersahabat dekat.
"Ali?"gumam Vanesha
Jelas saja Vanesha mempertanyakan Ali,dia tidak tahu soal Ali,dia tidak tahu jika aku memiliki kembaran.
"Kamu tidak tahu Ali?Ale tidak pernah cerita soal Ali?"tanya Sydney
Vanesha menatapku,lalu dia menganggukan kepala,aku mencoba memejamkan kedua mataku.
"Kabarmu bagaimana?"tanyaku mengalihkan topik pembicaraan
"Aku baik,aku selalu mencarimu"jawab Sydney
"Setiap aku tanya ke Om Maliq,dia juga tidak tahu tentang kamu"lanjutnya
Shiiit!!!kenapa dia menyebut nama Papaku disini?aku tidak ingin Vanesha mempertanyakan tentang keluargaku dan tentang masalaluku.
"Aku baik-baik saja ney"balasku
"Aku pergi keluar negeri,kuliah disana,karna aku ingin melupakanmu,tapi nyatanya susah Le"ungkap Sydney
"Bagaimana kamu tahu aku di sini?"tanyaku
"Lukisan wajahmu,Papaku melihat lukisan wajahmu di kampus ini,dan Papa juga memberitahuku jika Om Maliq pemegang sah-"
"Kabar keluargamu bagaimana?"aku segera memotong pembicaraan Sydney,dia hampir saja mengatakan jika Papaku pemegang saham terbesar di kampus ini.
"Mereka baik,baik banget malah,nanti kamu harus datang ke rumah yaa?mereka juga merindukan kamu Ale"jawabnya
Vanesha lebih banyak diam,dia hanya menjadi pendengar baik,namun aku sudah bisa menebak,jika Vanesha memiliki banyak pertanyaan untukku.
Aku segera menggenggam tangannya,aku tidak ingin membuat Vanesha merasa terabaikan karna aku banyak berbincang dengan Sydney,bagaimana pun aku harus menjaga hati dua gadis yang berada di depanku,tapi aku lebih mementingkan perasaam Vanesha tentu saja,dia kekasihku dan masa depanku,aku sudah sangat yakin dengan perasaanku ini,tidak ada keraguan lagi.
#tbc,,,
Happy readyng guys!!!!!
Terimakasih yang sudah ngevote dan berbagi komentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILUET KEHIDUPAN
Roman d'amourSeorang gadis dengan masalalu yang kelam,hampir di renggut kesuciannya oleh Ayah tirinya,hingga membuat dia mengalami trauma baik secara psikis atau pun mental,dia yang dulu ceria,sekarang memilih diam dan sangat tertutup,bahkan jika bersentuhan den...