tanpa judul

1.4K 208 26
                                        

Vanesha Pov

"Bibir kamu-"

"Gak papah,hanya sedikit perih"potong Ale

Tanpa sadar kami berciuman,bahkan kali ini aku berani membalas ciuman itu,tidak hanya bibir kami saja yang bertautan,lidah kami pun saling bertemu,dan aku baru sadar jika Ale masih memiliki luka di sudut bibir kanannya.

"Kenapa kamu berkelahi?"tanyaku

"Aku tidak tahu,kan mabok"jawab Ale

Aku segera mencubit perutnya,hingga Ale tertawa,lalu dia mencium pipiku gemas,aku memperhatikan wajahnya,ada luka yang membekas berwarna biru di beberapa titik.

"Manis"gumam Ale sembari menyentuh bibirku dengan Ibu jarinya

"Apa?"

"Bibir kamu manis"balas Ale memperjelas,aku tersenyum lalu memeluknya,sebenarnya aku sedikit malu,dengan memeluk dia seperti ini,aku bisa menyembunyikan rasa malu ku di depan Ale.
  
                                   ***

Semenjak hubunganku dan Ale membaik,setiap pagi dia selalu datang ke rumah suami Ibuku,kami akan berangkat ke kampus bersama,seperti dulu.

Aku akan selalu memeluknya jika diatas motor,sudah tidak ada rasa canggung lagi di antara kami,permasalahan tempo lalu,akan selalu ingat,bahkan akan aku jadikan sebagai pembelajaran penting,jika suatu hubungan butuh komunikasi yang lancar,tidak ada hal kecil yang di sembunyikan,karna itu semua akan menjadi bumerang.

Aku akan selalu memeluknya jika diatas motor,sudah tidak ada rasa canggung lagi di antara kami,permasalahan tempo lalu,akan selalu ingat,bahkan akan aku jadikan sebagai pembelajaran penting,jika suatu hubungan butuh komunikasi yang lancar,tidak ad...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini kamu yang buat?"tanya Ale

Aku tersenyum sembari mengangguk,selama dia marah padaku,entah kenapa aku justru ingin membuat sketsa wajahnya.

"Maaf kalau tidak mirip denganmu"ucapku

"Mirip kok,ini bagus bgt"balas Ale

Dia seperti sangat menyukai hasil gambarku,"bagaimana bisa kamu membuat ini?"tanya Ale

"Karna kamu yang selalu aku fikirkan"jawabku jujur

Ale menatapku,detika berikutnya dia tersenyum,lalu tanpa aku duga Ale mencium bibirku,tidak lama memang,tapi ini mampu membuatku panik karna masih dalam kawasan kampus.

"Ale"

"Apa?"

Ale tertawa,dia seperti sangat senang melihat ekspresi wajahku yang seperti orang bodoh.

"Aku ingin lihat lukisanmu yang akan masuk ke pameran"ucapnya

Aku segera menggelengkan kepala,tidak mungkin aku membiarkan Ale melihat lukisan itu sekarang.

"Kenapa?"

"Karna belum selesai 100%,kamu bisa lihat ketika di acara pameran saja"jawabku

"Aku kan objek lukisanmu,kenapa malah di larang melihatnya?"tanya Ale sedikit protes

"Karna aku ingin membuat lukisan itu seperti hadiah untukmu"jawabku

Kemudian Ale mendekatkan pipi kanannya dengan wajahku,"cium dulu di sini,nanti aku akan ikuti kemauanmu,jika tidak?sekarang juga aku lari ke ruangan lukis"ucapnya

Ancaman seperti apa ini?kenapa dia bersikap begitu?padahal sebelumnya dia mengizinkan aku menjadikan wajahnya sebagai objek lukisan yang ku buat.

"Ini kampus Ale"balasku

Ale tetap bersih keras memintaku untuk mencium pipinya,akhirnya aku mengalah,memastikan keadaan kemudian mencium pipi kanan milik Ale.

"Terimakasih"ucap Ale sembari mengusap pucuk kepalaku.

                                    ***

Malam ini aku sudah berada di meja makan bersama Ibu dan suaminya,hanya ada suara dentuman dari sendok dan piring.

"Papa lihat,akhir-akhir ini kamu sering di jemput pria berandalan itu?"tanyanya

Seketika tanganku berhenti ketika akan menyuap makanan ke dalam mulutku.

"Dia Ale mas,temannya Vanesha di kampus"ucap Ibu

"Dia kekasihku,bukan teman"balasku

Rasanya aku ingin marah karna dia sudah mengatakan Ale berandalan.

"Kekasih?"gumamnya

Ibu juga terlihat terkejut,memang selama ini aku tidak menceritakan hubunganku dengan Ale.

"Kenapa bisa kamu memilih berandalan seperti dia?"tanyanya

Sumpah!rasanya aku ingin menyiram dia dengan air yang berada di dekatku.

"Mas"suara Ibu mencoba menegur suaminya

"Vanesha anak baik-baik,kenapa harus dengan dia?"tanyanya lagi

"Dengan dia bagaimana menurutmu?dia yg berandalan?"tanyaku dengan nada meremehkan laki-laki bejat di hadapanku

"Meskipun dia berandalan,dia tidak pernah mencoba merusak hidup aku,dia tidak pernah memaksa aku,dia tidak pernah menyentuh tubuh aku,bahkan dia tidak pernah melecehkan aku,dia lebih baik dari pria yang setiap hari berpakaian rapi dengan memakai jas juga dasi,mengertikan?"ungkapku,rasanya aku ingin meluapkan semua emosiku,bahkan jika aku tidak ingat ada Ibu,aku sudah memecahkan semua piring yang berada di meja makan.

"Vanesha!!"seru Ibu

"Kenapa?Ibu mau membela dia lagi?membela laki-laki bejat yang hampir merampas masa depanku?"tanyaku dengan suara tinggi,rasanya aku sudah lupa dengan sikap sopan terhadap Ibu kandungku sendiri

"Jangan harap aku memaafkan dia bu,bukan berarti aku kembali kesini artinya sudah sembuh dari luka masalalu"lanjutku

Detik selanjutnya aku berlari menuju kamarku,aku menangis di dalam kamar yang sudah ku kunci.

Rasanya aku ingin memeluk Ale,seharusnya aku berlari keluar rumah,pergi ke rumah Ale,bukan ke kamar ini,tempat yang membuatku semakin ingat dengan kejadian masalalu itu.

Tidak,jika aku menemui Ale sekarang,keadaannya tidak akan baik,Ale bisa emosi,lalu dia berbuat sesuatu yang membahayakan,yang akhirnya bisa merugikan dirinya sendiri.

#tbc,,,
Terkejodkan anda?ada notifikasi di jam kalong begini?

SILUET KEHIDUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang