ponsel baru

1.2K 215 39
                                        

Ale Pov

Kata orang aku adalah berandalan,aku adalah pemberani,aku adalah si mandiri,mereka tidak tahu bagaimana takutnya aku selama ini menghadapi hidup,aku di tuntut tegar dan kuat karna keadaan,karena aku sadar,aku tidak bisa mengandalkan orang lain,mereka pasti akan pergi,seperti Ali dan Ibuku,maka aku harus berdiri sendiri dengan kakiku.

Sudah hampir satu bulan aku bekerja di Pom Bensin,aku meninggalkan meja di kampusku,pasti Pak Roy sedang di caci maki oleh Ayahku.

Ayahku adalah Maliq,pemilik Maliq Groupe juga penanam saham terbesar di kampusku itu,Pak Roy adalah dosen sekaligus tangan kanan dari Ayahku,dia yang setiap hari akan melaporkan apa saja yang aku lakukan selama di kampus.

Jika Ayah berusaha menemuiku,aku selalu menghindar,entah dengan cara berlari atau bersembunyi di suatu tempat,tapi percayalah hampir setiap akhir pekan aku selalu duduk di seberang jalan kantor pusat milik Ayahku,aku akan ada di sana sejak jam lima pagi,lalu aku akan pergi ketika melihat Ayahku turun dan masuk ke gedung kantornya,aku hanya memastikan jika keadaan beliau baik-baik saja.

Sampai kapan?entahlah,aku juga sama seperti Vanesha,tidak memiliki keberanian untuk kembali ke rumah,setiap kali aku disana,aku merasa tersiksa,bayangan-bayangan tentang Ali juga Ibu selalu menghantuiku.

Aku hanya membawa motor juga beberapa uang ketika memutuskan keluar dari rumah itu,dulu Ayah sempat masuk ke rumah sakit beberapa hari karena kepergianku dari rumah,hingga akhirnya aku bertemu dengan Paman dan Selena,aku di beri tumpangan di rumah mereka hampir dua tahun,lalu setelah aku memiliki cukup uang,aku membeli rumah tua di kawasan yang sangat terpencil dari keramain kota,banyak gudang-gudang pabrik dan jauh dari penduduk,sampai sekarang rumah itu menjadi tempat ternyaman untukku.

Masalah kuliahku,aku bebas melakukan apapun disana,mengingat Ayahku adalah pemegang saham di kampus itu,tidak ada dosen yang berani menegurku,hanya Pak Roy yang sedikit keras padaku,namun tidak banyak yang tahu jika aku adalah anak dari seorang Maliq,hanya beberapa saja,hanya mereka yang dekat denganku,sedangkan Vanesha?dia hanya tahu jika aku pria berandalan yang memiliki jiwa malaikat untuknya,aku akan tetap membiarkan seperti ini,membiarkan dia tidak mengetahui tentang aku yang memiliki darah Maliq.

"Sssttt,,,ssssttt,,,,"

Aku mencoba memanggil Vanesha yang berada di kelas lukisnya,dia terlihat sangat konsentrasi.

"Kamu mencari siapa?"tanya sang guru

Ah wanita menyebalkan ini lagi,"aku mau mencari Vanesha"jawabku

"Hai,itu Ale kan?"

"Iyah benar,itu Ale"

"Makin ganteng yaa?"

"Gak ada dia,kampus sepi banget"

"Mereka berpacaran?"

Aku bisa mendengar beberapa mahasiswi di kelas itu membicarakan aku,namun aku tidak peduli.

"Maaf bu,saya boleh izin sebentar?"tanya Vanesha pada sang guru

"Silahkan"jawabnya sedikit ketus

Lalu Vanesha melangkah keluar dan mendekatiku,tentu saja aku sudah memasang senyum untuk kekasihku ini.

"Kamu kok disini?"tanya Vanesha

"Kangen kamu"jawabku

"Kamu pasti kangen kampus"balas Vanesha memberi tanggapan.

Ada benarnya memang,aku memang sedikit rindu tempat ini,aku rindu makan siang di kantin kampus.

"Aku hanya sebentar"ucapku

SILUET KEHIDUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang