(1) Dijodohkan

74.5K 2K 32
                                    

Malam telah semakin larut,  kelam menjadi teman setia bagi siapa saja yang masih beredar sementara angin dingin berhembus pelan membelai kulit yang tipis. Sepasang pengantin diselimuti kediaman di dalam mobil yang membawa mereka membelah jalanan yang tak lagi riuh itu.

Beberapa jam yang lalu telah berlangsung pernikahan dua orang insan yang tidak saling mencintai. Rangga terpaksa menikahi Shafa, seorang gadis yang sama sekali tidak dikenalinya sebelum ini.

Shafa adalah seorang anak yang sudah lama menjadi penghuni panti asuhan di mana Ibu Rangga adalah donatur tetapnya. Setelah dewasa, Shafa menjadi salah satu pengurus pantu. Ibu Rangga yang sering berkunjung ke panti tersebut jatuh hati pada sosok Shafa yang lembut dan keibuan. Menurutnya wanita seperti Shafa sangat cocok menjadi pendamping hidup putranya.

Muthia, Ibu Rangga sangat mengkuatirkan putranya itu. Karena hingga hari ditetapkannya pernikahan, Rangga sama sekali belum pernah membawa wanita ke hadapan ibunya untuk dikenalkan sebagai calon menantu.

Muthia tentu saja kuatir mengingat usia Rangga yang sudah matang. Ditambah lagi jabatan direktur utama perusahaan keluarga mereka menjadikan Rangga sosok lelaki idaman. Mapan dan juga tampan. Sehingga akan mudah wanita mendekatinya dengan bermacam modus.

Hingga Muthia bertemu dengan Shafa lalu dalam interaksi mereka selama ini, dapat disimpulkan bahwa Shafa adalah wanita yang cocok untuk Rangga. Dan terbitlah ide dalam benak Ibu Rangga untuk menjodohkan keduanya.

Sebetulnya Rangga bukan tidak memiliki wanita idaman. Hanya saja, wanita itu belum sepenuhnya takluk pada pesona Rangga. Wanita yang dicintai Rangga mencintai lelaki lain yang telah menjadi sahabat Rangga sejak duduk di bangku putih abu.

Nama wanita itu Karina. Rangga, Karina dan Ifan adalah sahabat karib sejak mereka SMA. Rangga menyukai Karina sudah sejak pertama kali menjadi sahabatnya. Namun sayang, cinta Rangga bertepuk sebelah tangan karena ternyata Karina mencintai Ifan.

Namun sepertinya keberuntungan belum menghinggapi Karina maupun Rangga. Cinta Karina pun bertepuk sebelah tangan karena Ifan mencintai wanita lain. Cukup lama baik Karina maupun Rangga memendam perasaan mereka masing masing pada sang pujaan hati.

Rangga memanfaatkan kesempatan baik yang datang padanya pada saat Ifan melanjutkan kuliah pasca sarjananya ke London. Perlahan Karina mulai bisa menerima kenyataan bahwa cintanya tidak akan berbalas. Lambat laun cinta Karina pada Ifan pun memudar seiring kehadiran Rangga yang mengisi kekosongan jiwa dan mengusir kesepian yang dirasakan Karina sepeninggal Ifan. Pelan tapi pasti Karina pun jatuh cinta pada Rangga.

Setelah dirasa perasaan Karina padanya sudah mantap, Rangga bertekad untuk mengenalkan Karina sebagai calon menantu pada ibunya. Namun sayang, sebelum hari itu datang, Rangga telah diminta untuk menikahi Shafa oleh ibunya.

Rangga anak yang penurut pada ibunya. Rangga tidak mudah menolak permintaan ibunya jika ibunya memohon sesuatu. Apalagi soal pernikahannya dengan Shafa. Kali pertama Muthia berbicara pada putranya, Rangga hanya terdiam. Lelaki itu sama sekali tidak menolak. Hanya batinnya yang memberontak.

Tuduhan ibunya tentang belum ada calon yang dibawa untuk menemui wanita yang telah melahirkannya itu tidak sepenuhnya benar. Hanya saja ketika itu Rangga masih belum yakin dengan perasaan Karina padanya. Mengingat begitu dalam cinta Karina pada Ifan, rasanya agak mustahil jika secepat itu Karina mencintai Rangga. Yang ditakutkan Rangga, Karina menjadikannya pelampiasan atas kepergian Ifan.

Kemudian ketika ibunya meminta Rangga menikahi Shafa, Rangga yang dalam keadaan bimbang menerka isi hati Karina dan keraguan atas cinta Karina, akhirnya menerima permintaan ibunya.

Beberapa bulan berikutnya akan diadakan pernikahan dengan syarat yang diajukan Rangga. Awalnya Muthia tidak setuju dengan syarat itu. Rangga menginginkan resepsi pernikahan dilakukan di kemudian hari, Rangga berjanji dirinya sendiri yang akan mempersiapkan segala sesuatunya. Untuk saat ini, Rangga ingin diadakan akad nikah saja. Dan dihadiri keluarga terdekat.

Semuanya tentu bukan tanpa alasan. Rangga menginginkan tidak ada yang tahu mengenai pernikahannya. Sehingga hubungannya dengan Karina dapat dilanjutkan dan Karina pun masih menganggap Rangga mencintainya. Rangga kuatir berita pernikahan itu akan melukai Karina, walaupun Karina belum sepenuhnya mencintai Rangga. Jika saatnya tiba nanti Karina telah mantap menjatuhkan pilihannya untuk membangun rumah tangga bersama Rangga, barulah Rangga menceraikan Shafa dengan alasan tidak mencintainya lalu menikahi Karina. Rangga yakin ibunya akan menerima alasan Rangga.

Sebetulnya hubungan Rangga dan Karina mengalami kemajuan pesat menjelang hari pernikahan Rangga dan Shafa. Saat Rangga berbicara perihal pernikahan dengan Karina reaksi wanita itu positif. Bak gayung bersambut Karina ternyata telah siap jika Rangga membawa hubungan mereka ke jenjang pernikahan.

Namun, itu semua sedikit terlambat karena pernikahan Rangga dan Shafa tinggal menghitung hari. Dan Rangga tidak mungkin membatalkannya. Rangga sempat frustasi, andai saja Karina lebih cepat merespon baik rencana pernikahannya dengan Rangga, pastilah lelaki tampan itu tidak perlu mengikuti permintaan ibunya yang sangat tidak diinginkannya. Menikah dengan wanita yang tidak dicintainya bagaikan mimpi di siang hari bagi Rangga. Hanya karena permintaan ibunyalah Rangga mau melakukannya.

Pada akhirnya pernikahan itupun berlangsung, tapi Rangga bertekad pernikahan ini tidak akan berlangsung lama. Saat dirinya dan Karina sudah siap untuk menikah, Rangga akan menceraikan Shafa. Atau jika Rangga mau, Karina akan jadi istri keduanya sebelum akhirnya Rangga benar benar menceraikan Shafa. Rangga kuatir jika menceraikan Shafa dalam waktu yang berdekatan dengan hari pernikahan mereka, ibunya akan marah pada Rangga. Dan itu sangat dihindari oleh Rangga.

Shafa berjalan terseok seok dengan koper beratnya memasuki apartemen Rangga. Lelaki itu bukannya tidak punya rumah, hanya saja rumah itu dipersiapkannya untuk Karina. Jadi, Shafa hanya akan menempati apartemen. Sebuah apartemen mewah tentu saja, namun yang pasti kalah mewah dengan rumah yang dipersembahkan Rangga untuk Karina nantinya.

"Kamarmu yang sebelah kanan," Rangga menunjuk ke atas di lantai dua. Hari pertama mereka menikah Rangga langsung memboyong istrinya untuk pindah. Dia tidak ingin tinggal bersama ibunya yang otomatis akan mencampuri urusan rumah tangganya.

Kamarmu? Hmmm ternyata dia tidak mau sekamar denganku. Ya jelas saja, menikah denganku bukan impiannya. Batin Shafa

Shafa menggangguk. Bertemu beberapa kali dengan Rangga membuatnya sadar bahwa Rangga sosok yang pendiam, cuek dan dingin. Dan Shafa menyadari Rangga tidak setuju perjodohan ini, dia hanya menuruti keinginan ibu mertuanya yang menyayanginya. Namun perlakuan itu bukanlah sesuatu yang menyedihkan bagi Syifa, ditinggalkan di panti tanpa tahu siapa orangtuanya, direndahkan orang lain karena nasibnya yang yatim piatu, membuat Shafa tumbuh menjadi wanita kuat dan sabar. Shafa bukan gadis cengeng.

Menggangkat koper beratnya lalu melangkah ke lantai dua apartemen Rangga, sebentar kemudian Rangga menginterupsi Shafa,

"Jangan bilang ibu kita pisah kamar. Dan jangan bilang apapun tentang keburukanku pada Ibuku."

"Iya..., Mas."

Malam pertama yang dibayangkan banyak orang nyatanya tidak terjadi pada Shafa. Berharap kebahagiaan menyapanya setelah dirinya menikah rasanya seperti mimpi di siang hari.

Shafa sadar hidup yang penuh ujian akan terus menderanya hingga batas kesanggupannya di mata Tuhan yang akan menghentikan. Shafa sadar karena dirinya yang kuat dan sabarlah masalah terus mendatanginya. Karena Shafa kuat dan sabar. Dirinya terus menyemangati diri.

Memasuki kamarnya yang mewah, Shafa terpana melihatnya. Tidak terbayangkan oleh Shafa bahwa jodohnya adalah lelaki mapan yang mewarisi perusahaan property lokal yang bergengsi. Tak lepas mengagumi kamarnya yang bersih, tertata, dan jauh lebih luas dari kamarnya di panti, Shafa mulai menata bajunya lalu membersihkan diri dan tertidur pulas melepas penatnya karena pesta pernikahan.

Shafa yang sendiri di malam pertamanya sebagai pengantin. Tak apa, bukankah dirinya memang sendiri? Sebatang kara tepatnya. Dirinya sungguh terbiasa.

Sendiri.....

Istri yang DiabaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang