Mulmed: Bunda, Melly goeslow. Ini bener-bener pas banget sama Aquila tolong dengerin mulmednya yaa biar ngena dihati, maap banget kalau feellnya ga dapet😥
Happy Reading❤
Aquila berjalan dengan langkahan lunglai, ia lemas sekali karena sesak di dadanya tak kunjung hilang. Jujur saja, Aquila tidak kuat karena sesaknya semakin menjadi. Beberapa langkah lagi ia sampai dibatu nisan sang ibu. "Lo harus bisa!" ujarnya menyemangati dirinya.
Hari semakin gelap, pertanda hujan akan turun dengan sangat deras. Tetapi, Aquila sama sekali tidak peduli, ia terus melanjutkan langkahnya untuk mencapai kuburan ibunya.
Bruk!
Aquila terduduk lemas di hadapan kuburan ibunya. Ia memeluk batu nisannya itu dengan sangat erat, gadis itu menumpahkan segala tangisnya pada sang ibu. "M-Mama," lirihnya.
"Mama kenapa tinggalin Aquila, Ma?" Suaranya mulai serak karena sepanjang jalan tadi ia terus menangis. Datang ke sini benar-benar membuat hatinya tersayat, bertahun-tahun ia menyalahkan dirinya sendiri karena gagal menjaga sang ibu, hingga akhirnya sang ibu berakhir diliang lahat.
"Mama, Aquila kangen banget sama Mama. Aquila pengen banget dipeluk sama Mama lagi. Mama dulu pernah bilang, 'kan kalau Mama gak akan pernah tinggalin Aquila sendirian?
Sekarang Aquila merasa kesepian, sendirian, Ma. Papa udah nikah lagi sama Mama baru, dia sama kedua anaknya jahat, Ma, sama Aquila. Papa juga udah berubah semenjak Mama gak ada, Aquila pengen nyusul Mama ke surga," rintihnya penuh dengan derai air mata. Ia berbicara dengan napas tersendat-sendat karena asma.
Aquila berbicara sejelas mungkin saat asmanya sedang kambuh, biasanya ia mengucapkan satu kata saja sulit hingga harus terbata-bata, tetapi ini tidak. Karena ia berusaha untuk bicara lancar. "Ma-ma, coba aja Mama masih hidup. Mama pasti bisa nemenin Aquila sekarang, dan kita pergi sama-sama. Aquila pengen sama Mama. Aquila cape, Ma. Bawa Aquila ke rumah Mama di sana." Rasa sakit di hatinya semakin menjadi, di tambah kondisi fisiknya saat ini, jika orang melihat fisiknya. Bisa dikatakan Aquila sangat memprihatinkan.
"Ma, Apa Mama denger curhatan Aquila?" ucapnya sendu. Ia merintih tersedu-sedu, rasanya benar-benar sakit dan perih ditinggal oleh seseorang yang benar-benar kita sayang, contohnya seorang ibu.
Jeder!
Aquila memeluk batu nisan ibunya karena ia takut petir. Hujan mulai turun membasahi seluruh badan Aquila. Ia merasa puas karena sudah curhat pada almarhumah Mamanya, ia puas menangis kencang dibawah derasnya hujan. "Ma-ma!" teriak Aquila, ia memeluk batu nisan itu. "Tuhan! Kapan aku bisa lepas dari penderitaan ini?!"
"Mama kenapa pergi ninggalin Aquila, Ma?!" Ia semakin erat memeluk batu nisan itu. Aquila memeras tanah kuburan dengan perasaan hancur, sehancur-hancurnya, ia terus mengingat-ingat saat terakhirnya bersama sang ibu.
Flashback on.
"Mama!" gadis kecil berumur tujuh tahun itu memeluk sang ibu dengan erat. "Mama udah pulang kerja?"
Ibunya membalas pelukannya. "Udah sayang, yuk kita makan dulu," ajak Mamanya. Mamanya mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk putrinya makan. "Ini sayang, ayo makan dulu, buka mulutnya. Aaaa." Saat itu Aquila menolak makanan yang berada didepan bibirnya.
"Aquila gak mau makan kalau gak dibeliin mainan baru!" rajuknya. Mamanya hanya bisa tersenyum manis dan mencubit pipi Aquila dengan gemas. "Makan dulu, nak, nanti Mama beliin mainan baru, Mama janji habis ini kita jalan-jalan ke toko mainan."
"Kamu mau tau gak? Di toko mainan itu banyak banget mainan bagus, ada boneka, mainan masak-masakan, dan masih banyak lagi, kamu mau itu semua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR BADRAN [REVISI]
Teen FictionCerita ini adalah cerita generasi kedua dari cerita ADITYA, selamat membaca cerita ALTAIR DAN AQUILA❤❤❤ Altair Badran Dhananjaya nama yang bagus jika didengar, tapi tidak dengan sikapnya. Altair adalah seorang Playboy, pemalak, dan badboy karena suk...