Part 33

69 13 3
                                    

Happy Reading❤

Seusai bel sekolah berbunyi, Altair, Althaf, dan Aquila segera menuju ruang belajar. Ruang yang dikhususkan untuk bimbingan olimpiade yang diawasi oleh Pak Endang dan juga Pak Iwan. Kini ketiganya duduk dengan tenang di bangku masing-masing.

"Habis ini gak jadi latihan basket, 'kan?" tanya Althaf pada Altair. "Gak lah. Tadi, 'kan udah main basket, jangan terlalu difosir nanti malah gak fokus, gue gak mau sampe kalah sama Dicky."

"Oke, by the way besok lo jadi tarung MMA sama Rama anak Pertiwi itu?" Althaf sengaja melirik Aquila, bertujuan untuk mengetahui Aquila nampak khawatir atau tidak, dari mimik wajahnya. "Jadi lah! Gue pengen ngalahin dia," jawab Altair.

"Yakin pengen ngalahin? Bukan karena maksud apa-apa, nih?" ledek Althaf, melirik Altair lalu Aquila. "Ya, gak lah! Emang apaan? Maksud dan tujuan gue cuma pengen ngalahin dia, gak lebih,"  tegas Altair.

"Oh, jadi bukan karena Aquila, nih?" goda Rama. Aquila sejak tadi memperhatikan keduanya saat Althaf mulai bertanya-tanya perihal MMA. "Aqua? ya gak lah gila lo. Ngapain gue ngelakuin itu buat Aqua, gak penting," ujar Altair remeh.

Harusnya lo gak lakuin ini, gue takut lo kenapa-napa saat tarung nanti, batin Aquila.

"Heh lo berdua! ngomong kayak gak ada orangnya aja!" ketus Aquila. "Eh, Al. Kayak ada yang ngomong tapi siapa? apa jangan-jangan setan?!"

"LO NGATAIN GUE SETAN?!" Aquila benar-benar dibuat naik pitam oleh Altair. "Lo siapa? Anak mana lo? Pergi sana ngapain sih di sini, kuman!" usir Altair dengan tega.

"Gak ngaca! virus badan dasar!"

Gue tau Bang Badran lakuin ini karena Aquila, gak mungkin banget dia cuma pengen Rama kalah. Kalau cuma itu, kenapa setengah uangnya buat Rama? Apa namanya itu kalau gak bayar hutang kakaknya Aquila?  batin Althaf. Yah, Althaf dan teman-temannya tau secara detail atas hal itu karena kemarin Altair bercerita.

Altair tidak lagi menggubris ledekan Aquila, ia benar-benar lelah menghadapi makhluk itu.

Tring.

Notifikasi hp milik Altair berbunyi, lelaki itu segera mengangkat ponselnya dan melihat nama yang tertera di sana.

Mami: Pulangnya cepetan ya, jgn mampir dulu ke wardam, ajak Al sama Lula pulang cepet, soalnya tante Meisya sama Om Marsel ada dirumah, baru plg dr liburan mereka ke korea bulan kemarin

Altair: terus aku harus apa? Harus jungkir balik gitu, Mi?

Mami: ya ga gitu juga, seengganya sambut dong

Altair: sebenarnya males, mereka ngeselin jadi pengen ngehujat

Mami: ga boleh gitu

Altair: aku ga nongki, lagi di ruang belajar buat olimpiade

Mami: tumben ga bolos bimbingan, kamu juga ga bilang sama Mami tuh tadi kalau kamu ikut bimbingan olimpiade lagi

Gue mau ikut bimbingan karena ada Aqua aja, batin Altair tersenyum, lalu kembali membalas chat Nadjwa.

Altair: udah tobat, lupa aku

Mami: ya udah semangat ya

Altair: makasi mamiku yg cantik
Read.

Tak butuh waktu lama, akhirnya Pak Endang dan Pak Iwan datang ke ruang belajar. Keduanya tersenyum manis pada mereka. "Selamat siang, anak-anak," sapa Pak Iwan.

"Siang, Pak," balas ketiganya. "Assalamuallaikum warahmatullahi wabarakatuh," ujar Pak Iwan memberi salam.

"Waalaikumsallam."

ALTAIR BADRAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang