Part 15

81 15 32
                                    

Happy Reading❤

Altair masuk ke ruang bimbingan konseling dengan wajah babak belur, dasi diikat ditangan untuk menutup luka didarahnya yang akan bercecer kemana-mana jika tidak ditutup. Tangannya yang luka itu terkena cutter kecil yang dibawa oleh Rizki saat ia terdesak waktu melawan Altair, berutungnya tidak mengenai nadi.

Kancing seragamnya dibuka semua memperlihatkan kaos hitam bergambar singa ganas dan tulisan Archer dikaos itu. Rambutnya basah karena terkena keringat, seragamnya kotor penuh darah dari dirinya dan juga darah Rizki.

Altair mengetuk pintu dan mengucap salam. Pak Endang mempersilahkannya masuk dan menyuruhnya duduk. Pak Endang menggelengkan kepalanya tidak percaya, baru saja Altair buat ulah kemarin sampai Dicky masuk rumah sakit dan koma, lalu tadi dengan Aquila dan Rizki dari geng Castor.

Rizki dikabarkan kritis karena dibantai habis-habisan oleh Altair. Altair benar-benar sudah melukai banyak korban, tetapi itu salah mereka yang mencari masalah dengan ketua geng sekaligus juara umum MMA. Geng Archer tidak suka mencari masalah duluan, ada yang mencari masalah dengan mereka pasti akan mereka bantai habis-habisan.

"Bapak gak nyangka kamu setega ini sama kedua kakak kelas kamu sendiri," ujar Pak Endang. "Saya-"

"Assalamuallaikum." Nadjwa menyela ucapan Altair dengan ucapan salam, Pak Endang mempersilahkan Nadjwa duduk. "Altair buat ulah apa lagi, Pak?" tanya Nadjwa was-was.

Semua murid mengintip Altair dari luar ruang BK kecuali Alula and the geng, mereka merasa itu tidak penting dan sebaiknya mereka membawa Alula ke kelas untuk menenangkan diri. Althaf merasa sangat bersalah karena telah menghakimi Altair tadi.

"Badran berantem lagi sama salah satu anggota geng Castor yang bernama Rizki Jonathan. Hingga akhirnya Rizki mengalami kritis akibat ulah Badran."

Nadjwa mematung ditempat. "Kamu udah janji sama Mami kalau gak akan berantem dan tawuran lagi, tapi apa? Mana janji kamu?!" Nadjwa menggoyangkan tubuh Altair tetapi Altair malah terkekeh.

"Altair gak salah, Mi," ucapnya dengan nada rendah. Ia hanya tidak ingin Maminya ia bentak karena kemarahannya.

"Diam!" hardik Nadjwa. "Mami kecewa ya sama kamu, Altair."

Tetapi lama-lama, Altair jadi emosi sendiri jika Nadjwa terus menyalahkannya tanpa mau mendengarkajn penjelasannya lebih dulu. "Padahal Altair gak salah dan gak nyari masalah juga. Tapi selalu disalahin, saya emang jelek dimata kalian semua."

"Apa Mami sama Pak Endang gak bisa dengerin penjelasan saya dulu? Kenapa gak ada ruang sedikit pun buat saya jelasin semuanya? Apa gak ada pembelaan untuk saya? Atau seengganya kasih saya kesempatan untuk bela diri saya sendiri, saya merasa benar karena saya tidak melakukan hal yang salah."

"Badran-"

Altair menyela ucapan Pak Endang dengan kekehan. "Oh iya, saya lupa. Anak kayak saya gini mana mungkin dipercaya? Mau saya jelasin apapun dengan sejelas-jelas mungkin juga omongan saya gak akan dipercaya sama kalian, padahal saya jujur, tapi percuma."

"Emang gak akan ada yang bisa ngertiin perasaan saya, gak semua orang bisa menuruti kemauan kalian berdua jika berada diposisi saya, saya juga gak mau kayak gini tapi ini takdirnya dan saya juga harus terima," imbuh Altair.

"Coba kamu ceritakan kejadiannya," ucap Pak Endang tidak mau terlarut amarah ketika mengintrogasi Altair. "Emang kalau saya ceritain semuanya, kalian bakal percaya? Gak, 'kan?"

"Sekarang Bapak mau hukum saya gimana lagi? Terserah Bapak, saya terima semua keputusannya." Altair benar-benar tersulut emosi, ia tidak diberi kesempatan untuk memadamkan api amarahnya setelah ribut dengan Rizki, Alula, dan Althaf, sehingga kesalnya masih terbawa sampai introgasi diruang BK.

ALTAIR BADRAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang