Part 52

61 8 1
                                    

Happy Reading❤

Brak!

Lelaki itu mendorong pintu rumahnya dengan brutal. Bersama kakak sepupunya, ia duduk di sofa ruang tamu. Dito, dan Ifan. Menunggu kehadiran Dicky. Mereka ingin bertanya tentang suatu hal.

Tak lama dari itu, Dicky datang dengan tergesa. Duduk di sofa yang sama. "Kenapa, Om?" tanya Dicky pada keduanya. "Apa lo kenal sama yang namanya Altair Badran Dhananjaya?" tukas Dito.

Dicky menyeringit bingung. Bagaimana Dito dan Ifan kenal dengan Altair? Dicky termenung sebentar, lalu menjawab. "Kenal. Dia musuh saya, Om," terang Dicky.

"Apa lo tau siapa nama orangtuanya?" tukas Ifan. "Setau saya Adit sama Nadjwa," kata Dicky.

Dito dan Ifan terkejut, benar firasat Dito saat ia dipukul oleh Altair tadi. Pukulan Altair mewakili pukulan Adit di masa lalu, Dito sangat kenal pukulan itu. Begitu juga Ifan, yang dipukul oleh Alula. Tenaga perempuan itu sangat besar dibanding perempuan biasanya. "Lo serius? Mereka kembar sama yang cewe?" Dicky mengangkat alisnya bingung. "Iya, saya serius. Maksud Om yang cewe tuh, Alula?"

"Gue gak tau namanya. Pokoknya muka dia sama si Altair itu agak mirip," kata Ifan. "Mereka kembar tiga. Anak pertama namanya Altair, kedua Althaf, dan yang ketiga Alula. Setau saya, nama orangtua mereka Adit sama Nadjwa."

"Mereka kembar tiga?" Dicky mengangguk menanggapi pertanyaan Dito. "Lo tau dari mana kalau Adit sama Nadjwa orangtua mereka?" Sekarang, Ifan yang bertanya.

"Alula pacar saya, Om." Dito menggelengkan kepalanya tidak percaya, bisa-bisanya Dicky berpacaran dengan adik musuhnya sendiri, juga dengan anak Adit-musuh dari mereka. "Lo, kenapa mau sama dia?!" sentak Ifan.

"Dia duluan yang deketin saya, lama-lama saya tembak dia dan akhirnya kita jadian," jelas Dicky. "Itu sama aja dia musuh, lo, bodoh!" sarkas Dito.

"Saya punya urusannya sama abangnya-Badran, bukan Alula." Dicky membela Alula. "Badran? Siapa dia?" tanya Dito bingung.

"Altair, dipanggil Badran di sekolahnya." Dito dan Ifan sontak mengangguk secara bersamaan-seolah mengerti yang dimaksud Dicky. "Kenapa, Om Dito sama Om Ifan tiba-tiba nanyain hal ini? Kalian ketemu sama mereka di jalan?" Dicky memastikan.

"Iya, mereka nabrak kita sampai kita jatuh. Gue berantem sama dia. Gue ngerasa pukulan Badran sama kayak pukulan di masa lalu yang gue kenal sebelumnya," ujar Dito serius. "Maksudnya?" Dikcy sama sekali tidak mengerti.

"Lo gak liat apa sampe nabrak gue sama sepupu gue?!" bentaknya tepat di wajah Altair. Altair bangkit, ia masih berusaha sabar. "Maaf, Bang. Gak sengaja," ujarnya meminta maaf.

Lihat selengkapnya di part 51...

"Pukulan Badran sama kayak pukulan Adit. Lo tau sejarah geng Varga sama geng Alerga? Gue pernah kasih tau lo soal itu saat lo masih kelas sebelas. Coba lo inget-inget dulu." Dicky kembali berfikir keras mengenai geng Varga dan geng Alerga. "Iya, saya inget, Om. Kenapa sama hal itu? Ada hubungannya?"

"Adit pemimpin geng Alerga waktu dia kelas sepuluh. Dia yang ambil alih saat Arkhan-pemimpin kelas sebelas, juga Abi-pemimpin kelas dua belas, lulus." Dicky mengatupkan mulutnya rapat-rapat setelah mendengar penjelasan yang keluar dari mulut Dito.

"Om, serius? Jadi, Om Adit Papa mereka, ketua geng Alerga musuh geng Varga yang dipimpin sama Om Dito sama Om Ifan itu?" Dicky menanyakannya dengan antusias. "Iya, Adit orangnya. Nadjwa mantan gue, Adit adik tiri Ifan, berhubung gue adik sepupu Ifan, Adit juga sepupu tiri gue."

Sumpah demi apapun, Dicky sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Ia benar-benar terkejut. "Oh my god, seriously? For the sake of what?!" pekiknya saking tidak percaya. "Gue serius, Papa lo tau nama orangtua kembar tiga itu?"

Dicky menggeleng. "Belum, gak penting juga kalau gue kasih tau pas dulu-dulu. Lagian gue sama Papa gak akrab-akrab amat. Kita jarang ngobrol, dia lebih sering berinteraksi sama Mama. Bahkan dia gak pernah nanyain hubungan anaknya sama pasangannya, meski itu anak kandung sendiri contohnya, Aquila."

"Kasih tau secepatnya, rasanya gue pengen balas dendam karena mereka udah jeblosin gue sama bang Ifan ke penjara atas kasus pembunuhan Megan, adiknya. Kita akan buat penyerangan besar-besaran, gue bakal buat Varga bangkit lagi bareng Bang Ifan," ucap Dito penuh tekat.

"Iya bener, Aldy harus tau setelah dia pulang dari luar kota nanti." Yah, Papa tiri Dicky dan Capella adalah Aldy-Papa kandung Aquila. Aldy adalah teman dekat Ifan dan Dito, dia juga ketua geng Varga kelas sepuluh waktu itu. Mereka saling bermusuhan, bagaimana jika Adit dan Nadjwa tau akan hal ini?

***

Belakangan ini, tubuh Aquila rasanya melemas. Gadis itu terserang penyakit, sudah beberapa hari ia berbaring di rumah sakit. Mandi juga asal bersih, makan juga asal kenyang. Dira dan Lima, mereka selalu ada di sampingnya.

Dira dan Lila yang mengurus Aquila saat gadis itu sakit. Mereka tulus membantu Aquila, rasanya Aquila tidak ingin pergi dari tempat ini. Karena, hanya di tempat inilah ia menemukan teman setulus seperti mereka.

Aquila di sini mendapatkan ketulusan, sementara di rumahnya sendiri, hanya cacian dan hinaaan yang ia dapat. Tetapi, jika ia tidak pulang-pulang, bagaimana dengan pendidikannya? Bagaimana hubungannya dengan Altair ke depannya? Ya, memang Aquila belum menerima Altair, tetapi ia tau lelaki itu butuh kepastian.

Walau hanya beberapa hari saja tidak bertemu dengan Altair, gadis itu rasanya kehilangan nyawa. Ia sangat rindu dengannya, rindu bertengkar, dan rindu digoda oleh lelaki bodoh seperti Altair. "Kak, aku denger-denger dari Ibu jalan. Katanya, ada anak sekolahan mau kasih sedekah untuk kita," ucap Dira, memeras kompresan es batu dan menempelkannya pada dahi Aquila.

Ibu jalan sudah banyak berubah ketika bertemu Aquila, wanita setengah paruh baya itu sudah tidak lagi membentak anak-anak jalanan atas perintah Aquila. Ia tau Aquila anak yang berada, pasti Aquila bisa menuntutnya, makanya ia takut. Dan, bisa juga Aquila memberinya uang karena ia telah berubah baik. "Oh, ya? Anak-anak SMA atau gimana?" tanya Aquila.

"Iya, anak-anak SMA. Mereka biasa ngasih sedekah ke kita setiap bulannya." Lila menjawab. Aquila berfikir sejenak, apakah itu geng Archer? Yah, Aquika tau jika geng itu sering bersedekah, tetapi ia tak tau di mana mereka suka bersedekah. "Oh gitu. Kalau gitu nanti kakak ikut boleh, ya?" mohon Aquila.

Dira dan Lila kompak menggeleng. "Nggak deh, Kak. Kakak masih sakit gini, gak baik. Nanti malah tambah lemes, gimana?" kata Dira khawatir. "Iya bener kata Dira, udah lo turutin kata Dira sama Lila aja dulu untuk kali ini aja. Nih, gue beliin bubur, dimakan." Rey datang membawa sebungkus bubur untuk Aquila.

Selain Dira dan Lila yang suka merawat Aquila, Rey juga sama. Tapi ia jarang, karena lelaki itu juga fikus pada sekolahnya. Semenjak bertemu Aquila, sifat Rey yang suka membolos berkurang karena Aquila menceramahinya kemarin. "Gue gak mau makan kalau kalian gak ngebolehin gue ikut terima sedekah dari anak sekolah itu," ketus Aquila.

"Sekali aja, La, lo jangan keras kepala. Ini juga, 'kan demi kebaikan lo," kata Rey. "Gue yang sakit aja biasa aja, kenapa kalian sekhawatir dan sampai segininya?"

"Intinya gue gak mau makan, kalau sampe gak dibolehin ikut sama kalian." Wajah Aquila terlihat ditekuk karena ia kesal. Rey mendengus pasrah. "Ya udah, lo boleh ikut. Tapi makan, ya?"

"Beneran?" Wajah Aquila yang tadinya murung berubah menjadi gembira. Rey mengangguk dan tersenyum manis. "Iya, tapi asal lo makan." Aquila mengangguk, Rey menyuapkan bubur itu pada Aquila. Jujur, Aquila bosan berada di gubuk terus-menerus, ia ingin keluar dan akhirnya Rey membolehkannya.

"Tapi, Kak. Kalau nanti kak Aquila kenapa-napa gimana?" tukas Dira. "Dia gak akan kenapa-napa kalau dia sama gue." Rey kembali menyuapkan sesendok bubur pada Aquila. Dira dan Lila mengiyakan saja, pasrah akan semuanya.

Lo seneng, gue juga seneng, La, batin Rey.

***

Altair Badran Dhananjaya
Aquila Adya Aishwarya
Althaf Reynand Adhitama
Alula Natya Maheswari
Fabian Gama Daneswara
Capella Wenny Adriana
Romeo Arkata Dewa
Devano Putra Adijaya
Sandyta Abriana Jasmeen
Raisha Adistia Rinjani
Kayra Rifa Atmadewi
Alpha Dicky Rajaswara

ALTAIR BADRAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang