Part 22

59 13 0
                                    

Happy Reading❤

Suasana di parkiran sekolah kini membludak ramai bak semut-semut yang berbondong-bondong mengangkat makanannya. Umpatan kasar mulai terdengar saat orang mengambil motor dan memepet motor lain.

"Geser dong," protes Romeo yang motornya dipepet adik kelas. "Maaf, kak," ujar anak lelaki yang memakai seragam rapi dan kacamata yang bertengger di hidungnya.

Altair menoyor kepala Romeo dari belakang. "Santai dong, Me, ngomongnya. Otak lo gue sedot juga nih pake sedot wc!" desis Altair mengundang gelak tawa semua orang. "Tau lo, Me, keren kagak. Jelek iya!" hina Putra.

"Lo gak boleh gitu, Me, sebenernya," sahut Althaf. "Dosa lo, Me, bentakin anak orang, parah!" seru Fabian memanas-manasi. Romeo berdecih, ia selalu sabar ketika dijadikan bahan bullyan oleh teman-temannya.

"Kenapa lo semua jadi mojokin gue gini?!" bentak Romeo. "Siapa juga yang mau mojok sama lo, huuuu!" sorak Putra.

"Bukan gitu, pepes! Otak lo limid banget dah kayak kuota gratis, gue ngomong gitu doang aja gak ngerti," hina Romeo. Semua teman-temannya tertawa keras, Romeo ini memang kurang ajar. "Tau lo, Ta. Kecil banget otak lo kayak biji rambutan!" sahut Altair.

"Lo makan otak ayam terus, ya? Kalau iya, pantesan aja begonya murni," kekeh Althaf. Fabian menatap Putra dengan pandangan jenaka. "Ngapain lo ngeliatin gue kayak gitu? Mau ikut ngebully juga?" tawar Putra.

"Nanti lo ke dukun ya, suruh si dukun jampe-jampe, gue kasian sama lo, Ta. Karena gue baru jadian, gue gak mau nyari gara-gara nanti yang ada gue kena karma."

Putra merangkul bahu Fabian. "Yaampun gemes gue sama lo, Fab. Jadi suka, pantesan aja si Kayra mau. Kalau Kayra nolak lo waktu lo nembak dia, gue pasti mau jadi pacar lo!"

"HOMO!" sentak keempatnya membuat Kayra tertawa lepas. "Ayo, yang, pulang," ajak Fabian memberikan helmnya pada Kayra, ia membantu gadisnya memakai helm dengan benar.

"Iya yang baru jadian mah, nempel teross! Kayak lemper dicampur sama coki-coki!" seru Romeo asal. "Emang enak ya lemper dicampur coko-coki? Rasanya gimana, tuh, Me?" tanya Putra.

Altair mengedarkan pandangannya pada cewe cantik dari SMA Nusantara yang sangat cantik dan body goals pastinya, mata Altair berbinar-binar kagum melihatnya. "Rasanya, ah mantap," ujar Altair mengacungkan jempol pada teman-temannya. "Wuidih, cakep tuh anak Nusantara!" seru Romeo.

"Gaskeun, Dran!" Romeo dan Altair beranjak pergi menggunakan motornya menghampiri perempuan yang sedang jajan didepan SMA ELANG. "Hai, cantik," sapa Romeo genit.

"Hai," balas cewe itu. "Boleh kenalan, gak? tak kenal maka tak sayang, jadi kalau kita udah kenal aku pasti langsung sayang sama kamu kok," kekehnya, mengulurkan tangan dan dibalas uluran tangan.

Altair geleng-geleng kepala tidak habis pikir dengan kelakuan teman bobroknya ini, perempuan ini sudah ia embat lebih dulu sebelum Altair maju.

Bodo ah, ntar juga nih cewe ngajak kenalan gue duluan, batin Altair, menyugarkan rambutnya dengan jemari.

"Kalau lo namanya siapa?" tanya perempuan itu. "Nama gue-"

"SAYANGGGG!!" teriak Capella yang mana langsung menjewer telinga pacarnya itu. "Kamu selingkuh?" Capella mencibikan bibirnya.

"Woah! Iya, Pel. Si Badran selingkuh, omelin aja, Pel!" tuduh Romeo mengompor-ngompori. "Pulang sana lo berdua, kasian anak lo berdua pasti udah nunggu di rumah," kekeh Romeo.

"Lo berdua udah punya anak?" tanya wanita itu terheran-heran. "Belom! Apaan sih, Me. Ngadi-ngadi aja lo jadi orang!" sungut Altair kesal.

"Ngado-ngado dong kali-kali. 'Kan spesial tuh," ejeknya. "Me, lo tau di ragunan ada apa aja?" tanya Altair. Romeo mengubah gayanya seolah sedang memikirkan sesuatu.

ALTAIR BADRAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang