Part 55

65 7 0
                                    

Happy Reading❤

Hari ini, Aquila sudah memasuki sekolah seperti biasa. Terlihat, banyak orang yang memandangnya dengan heran. Mungkin karena mereka baru melihat Aquila lagi setelah beberapa hari tanpa kabar. Altair tidak berhenti tersenyum saat bersama Aquila, ia sangat senang Aquila kembali dalam keadaan baik-baik saja.

Teman-teman dekat Aquila yang keluar dari kelas langsung menyerbu dan memeluk Aquila dengan sayang. Walaupun mereka masih kesal dengan pengakuan keluarga Aquila yang tak terduga beberapa waktu lalu, tapi yang namanya sahabat pasti bisa memaafkan dan melupakan masalah itu.

"Heh! Lo kemana aja? Gue khawatir sama lo!" Kayra menoyor kepala Aquila. "Tau lo, ah! Gak seru banget gak ada kabar," sahut Raisha.

Semuanya heboh, kecuali Sandyta. Gadis itu masih diam, membungkam suaranya rapat-rapat. Ia aneh dengan perasaannya, ia merasa senang karena Aquila kembali, tetapi ia merasa tidak suka jika Aquila kembali, pasti Altair akan terus bersamanya. Bisa dikatakan, perasaan Sandyta sedang campur aduk.

"Astagfirullah, gak boleh nyiksa orang, dosa!" kata Aquila yang merasa disiksa. "Gapapa nyiksa lo, gue kesel, La. Sama lo. Tai banget lo, minta dihujat tampangnya!" heboh Raisha.

Aquila tertawa renyah, menoyor kepala Raisha. Lalu tatapannya menatap Sandyta yang sejak tadi diam saja. "San, gue mau ngomong sama lo." Aquila mengajak Sandyta ke taman belakang sekolah. "Sorry-"

"Gue tau apa yang mau lo omongin," sela Sandyta lebih dulu. "Gue tau kalian pacaran dari Alula, dan gue juga yang kalah dalam persaingan ini. Karena Badran milih lo." Sandyta menunjuk Aquila, Aquila segera menepis tangan Sandyta karena ia tidak suka ditunjuk.

"Bisa gak, gak usah nunjuk-nunjuk? Gue gak suka," cetus Aquila. "Bisa gak, gak rebut Badran dari gue? Gue gak suka," balas Sandyta tak mau kalah.

"Jawaban gue, gak bisa. Karena dia milik gue, yang udah jadi milik gue ya tetap milik gue, gak akan gue bagi ke siapapun," tegas Aquila. "Licik ya lo, ngambil punya teman sendiri," sindir Sandyta.

Aquila terkekeh. "Ngambil punya teman sendiri? Gue gak merasa ngambil. Gue gak rebut dia dari lo, emang awalnya kalian pacaran? Gak, 'kan. Cuma mantan, San, ingat." Mata Aquila menyorot tajam pada Sandyta. "Gue mohon, jauhin Badran demi gue, La," mohok Sandyta yang sudah kalah telak.

"Gue gak bisa. Selagi gue bisa bersatu sama Badran, kenapa gue harus menjauh dari dia, demi permintaan lo itu?"

Sandyta mengeluarkan smirknya. "Hal yang sama, selagi gue masih bisa bersatu. Gue gak akan pergi menjauh dari Badran, walaupun dia emang statusnya punya lo," sengit Sandyta.

"Kata siapa gue sama lo masih bisa bersatu, San? Lo mikirnya mungkin begitu, tapi gue gak ngerasa kalau kita pantas buat bersatu lagi," sahut Altair yang datang menghampiri keduanya. "Banyak, San. Yang ngejar-ngejar lo di belakang, contohnya Romeo. Lirik lah yang lagi berjuang buat lo sekarang, ngapain masih ngejar gue? Jelas-jelas gue udah ada yang lain."

"Jangan lupa, Dran. Kalau gue juga berjuang buat lo, liriklah kali-kali," kekeh Sandyta miris, memutarbalikkan ucapan Altair. "Tapi gue gak menginginkan lo, terus kenapa lo berjuang buat gue?"

"KARENA GUE SAYANG, LO!" ungkap Sandyta dengan nada tinggi. Pengungkapan itu pas sekali saat Romeo datang. Romeo tersenyum miris melihatnya. "Nyesek ya ternyata berharap untuk bisa sama orang yang kita cintai, tapi dia malah berharapnya sama orang yang dia cintai, dan orang itu bukan kita," ujar Romeo.

Putra sebagai bestienya, menepuk-nepuk pundak Romeo karena prihatin. "Sabar, Me. Mungkin dia bukan buat lo, rencana tuhan pasti indah, kita gak tau kapan keindahan itu akan tiba. Tapi itu pasti, semua akan indah pada waktunya," ujar Putra menyemangati.

ALTAIR BADRAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang