Part 36

61 12 0
                                    

Guys sebelum baca, follow akun wp nadiyasuci_ ini akun collab aku sama temen, nanti mau bikin cerita collab disitu. Difollow ya ntar difollback, follow sekalian suciirahhmw, makasi❤

Happy Reading❤

"Huh, Huh." Deru napas yang tak beraturan itu berasal dari napas Aquila. Ia berlari untuk mencapai studio MMA. Angkutan yang ditumpanginya tiba-tiba mogok di tengah jalan. Jadi, ia terpaksa turun dan berlari demi mencapai studio MMA. "Kayaknya udah mulai deh. Sorry ya, Dan. Gue telat, semangat lo pasti bisa!" Aquila bermonolog menyemangati Altair.

Saat ia merasa lelah, ia memperlambat gerakan kakinya. Gadis itu berjalan santai agar tidak terlalu lelah. "Eh, apaan kamu, ini dompet saya!" Aquila terkesiap mendengar suara itu, terdapat seorang ibu hamil yang diganggu oleh dua preman di sebrang sana. Aquila dibuat bimbang, apakah ia harus menghampiri ibu itu atau ia meninggalkannya? Tidak. Ia tidak sejahat itu, dengan tergesa Aquila menghampirinya.

"Astagfirullahaladazim," ujar Aquila saat sampai di hadapan ibu hamil itu. "Eh, Bang! Lo gak ada akhlak banget ya. Itu ibu-ibu lagi hamil, lo pada gak ngebayangin apa kalau itu ibu lo?!"

"Brisik lo anak kecil!" sentak preman itu. Aquila melirik ke kanan dan ke kiri, tidak ada orang yang bisa membantu mereka, jalanan sepi ini memang sangat meresahkan. "Tolongin saya, Dek," lirih ibu hamil itu, memegang dompet yang ingin dirampas oleh preman.

Dasar kembarannya marsha, poninya di atas jidat sih makanya otaknya ketutupan, liat aja apa yang bakal gue lakuin, batin Aquila, berbalik badan meninggalkan mereka.

Aquila mengambil sebatang kayu yang berada di samping pohon. Ia pun mengambilnya dan memukul kepala kedua preman itu dari belakang, hingga mereka tersungkur. Aquila menarik tangan si ibu hamil, dan mengajaknya berlari. "Ayo, Bu!" ajaknya. "Gak! Saya gak bisa lari. Ini udah bulannya, nanti kalau brojol di sini gimana?"

Aquila berdecak, sebal dengan ibu hamil ini. "Dari pada ibu jadi sasaran dua preman jelek itu, apa ibu mau?"

"Gak, sih," katanya. "Ya udah, ayo!" Aquila menarik tangan Ibu hamil itu, berlari lebih cepat dari tadi. Sampai ia menemukan tempat yang aman untuk bersembunyi.

Beruntungnya tempat itu ramai oleh orang-orang. Jadi mereka bisa meminta tolong jika kedua preman itu terus mengejar. "Aduh, perut saya." Ibu itu memegang perut besarnya yang terasa sakit. "Hah? Kenapa, Bu? Sakit?" tukas Aquila panik.

"Awhh, iya," ringisnya. "Aduh, sakit banget," racaunya semakin membuat Aquila panik.

"Tenang Quila, tenang. Oke, Bu, kita jalan pelan-pelan ya sampai sana, saya mau berhentiin angkutan dulu," ujar Aquila berusaha tenang. "Saya gak kuat," rintih Ibu hamil yang nampak berkeringat dan memejamkan matanya menahan sakit.

"Hah? Aduh, tolong!" teriak Aquila, mencari pertolongan. Tak lama kemudian beberapa warga datang menghampiri keduanya. "Kenapa, Dek? Mau lahiran?" tukas warga setempat.

"Gak, Pak. Mau beranak," ucap Aquila bernada kesal. "Sama aja itu mah, Dek."

"Cepetan, Pak,  bantuin saya!" geramnya. Warga setempat pun mengangkat ibu hamil itu, sementara Aquila memberhentikan taksi yang lewat, setelah dapat keduanya masuk ke dalam taksi.

Aquila meminta secarik tissue pada supir taksi, ia mengelapi keringat si Ibu hamil pelan-pelan. "Tarik napas, buang," instruksi Aquila pada Ibu hamil itu. "Sakit banget." Si Ibu hamil memegang erat sebelah tangan Aquila, bahkan meremasnya. Rasanya sakit karena secara tidak langsung Ibu itu mencakar lengannya, tapi tak apa mungkin sakit ini tak sesakit dirinya.

ALTAIR BADRAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang