Part 44

54 6 0
                                    

Happy Reading❤

Ketiga anak kembar itu tengah menyiapkan kejutan untuk Adit. Karena hari ini adalah hari ayah, mereka berinisiatif untuk merayakannya. Altair, sebagai anak tertua berada di tengah-tengah, memegang kue pancakenya.

Althaf di samping kirinya sudah menyiapkan ponsel untuk merekam momen bahagia yang mereka buat, sementara Alula, sibuk memegangi poster bergambar seorang ayah yang tengah menggendong anaknya. "Harusnya gue di tengah. Gue, 'kan cewe!" protes Alula.

"Gue lah! Gue anak pertama," ketus Altair. "Sekali lagi kalian berdua ribut, gue giri-giri kalian berdua!" sungut Althaf.

Kini mereka berada di depan pintu rumah mereka. Semuanya sudah siap mereka berikan pada Adit. "Ini gak ada lagu-lagu tentang ayah gitu, Al?" ujar Altair. "Berisik banget sih lo, orang dia sibuk ngerekamin nantinya, mana ada ngerekam sambil nyalain lagu!" sahut Alula, emosi.

"Pake aplikasi apa kek! Ngegas mulu lo kalau sama gue," sewot Altair. "Pake aplikasi Tiktok, rekamin. Siapa tau masuk fyp, beuh terkenal gue!" seru Altair.

"Lo semua kalau masih ngebacot, gue gak mau ikut-ikut beginian." Ucapan Althaf mampu membuat keduanya diam. "Ya udah cepetan Althafku sayang, kaki gue gatel nih digigitin nyamuk. Tau aja mana darah yang manis mana yang pahit," kekeh Altair.

"Brisik!" sentak Alula dan Althaf. "Yaallah muka lo berdua keliatan muka-muka pengen dihujat, mirip monyet soalnya hehehe," cengir Altair.

"Gak ada hubungannya!" bentak keduanya. Sebelum mereka mengetuk pintu, seseorang sudah membukanya lebih dulu. "Ngapain sih ribut-ribut? Ributin Mami?" ujar Nadjwa.

"Jangan kebanyakan halu, Mi. Mending Altair ributin Lisa blackpink dari pada Mami, soalnya cantikan dia."

"ALTAIR!" teriak Nadjwa naik pitam. Ketiga anaknya menutup telinga mereka rapat-rapat. "Astagfirullah merdu banget bikin gempa," lanjut Altair.

Nadjwa marah bukan karena Altair lebih memuji perempuan lain ketimbang dirinya, ia marah karena melihat dahi Altair nampak terluka. Nadjwa sengaja menjitak kepala Altair agar lelaki itu sadar bahwa menyakiti diri sendiri bukanlah jalan yang terbaik. "Awhh. Sakit, Mi," ringis Altair. "Ini kenapa bisa kayak gini jidat kamu?!"

"Ssst, Mi. Jangan berisik, kita mau kasih suprise ke Papa, 'kan sekarang hari ayah," kata Altair mengalihkan pembicaraan. "Oh, gitu-Pa! Anak-anak katanya mau kasih suprise ke Papa!" teriak Nadjwa memanggil Adit.

"Mami pinternya melebihi albert einstein sumpah!" Altair kesal, sangat kesal. "Eh-eh, Papa mau jalan ke sini!" seru Alula.

"Jeder-jeder!" Altair bersuara, memasuki rumah. Ia bersuara begitu karena lelaki itu membayangkan bahwa suara itu adalah suara petasan yang menggelegar-meramaikan rencana mereka. "Ngapain kayak gitu? Suaramu jelek gak bakal ke terima buat sound gledek," ucap Adit.

"Anda jangan solehah!" Altair terus bersabar dengan ayahnya, biar bagaimanapun Adit ini adalah ayah kandungnya sendiri. "Ya jelas. Papa, 'kan cowo harusnya soleh," elak Adit.

Nadjwa menahan tawanya mati-matian. Ia sengaja mengerjai anak-anaknya terkhusus Altair dan Althaf karena Nadjwa mendapat kabar bahwa mereka bertengkar. Alula menghela napasnya, berusaha tersenyum meski kesal dengan Nadjwa. "Selamat hari ayah Papaku tercinta!" Alula memeluk Adit, Adit membalas pelukannya. "Makasih anak manisku," balas Adit, melepaskan pelukannya.

"Dih, gulali kali ah," sahut Altair. "Udah ah males Lula sama dua cebong ini, mending Lula ke kamar terus ganti baju. Oh iya, nanti Dicky mau datang ke sini sama Mamanya," kata Alula memberitahu.

"WHAT?!" Altair tercengang.  "UCOL?!" sahut Adit mengundang gelak tawa.

"Bagus dong, ya udah Mami siap-siap mau nyiapin makanan dulu buat mereka, jam berapa datangnya?"

ALTAIR BADRAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang