Happy Reading❤
Altair berjalan santai melewati koridor sekolah bersama keempat temannya. Melempar canda tawa meski dirinya sedang gundah karena sesuatu. Altair juga berulang kali mengecek ponsel Althaf, tetapi lelaki itu tidak mendapatkan notif dari Aquila.
Lelaki itu sengaja tidak memakai akunnya di instagram Althaf, dirinya hanya malas berurusan dengan cewe-cewe yang mengejar-ngejarnya dengan cara mengechat dirinya. Beranda chat Altair juga banyak akun perempuan, Altair sampai pegal membalsnya, namun kadang ia sering menyuruh Romeo untuk membalasnya.
Altair beringsut di lantai, merasakan dinginnya lantai sekolah. "Lo ngapain sih, Dran?!" heboh Putra. "Biarin aja, dia mau berubah kali jadi siluman, liat aja gelagatnya. Bentar lagi juga mati," celetuk Althaf asal.
"HEH! TUAN ALTHAF REYNAND ADHITAMA, PUTRA KEDUA DARI PASANGAN ADITYA RAKHANANTA JUGA NADWA RAMEEHRA, ANDA JANGAN DURHAKA. DASAR KAMPRET DURHAKA!" teriak Altair. Semuanya tergelak mendengarnya. "Adem banget masyaallah, gak kayak realita hidup. Apa lagi punya temen kayak mereka," tunjuk Altair pada keempat temannya.
"Tindihin aja, yuk! Gue duluan, nih." Putra sudah kehabisan kesabaran karena temannya yang satu ini benar-benar hilang akal. "Jangan! Nanti gue bengek, janda kembang!"
"Emang ada ya janda berkembang?" tanya Romeo. "Astagfirullahaladzim, otak lo ketinggalan di prosotan TK, kayaknya," sahut Fabian. Putra merangkul Romeo dengan satu tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya.
"Piwitt! Cieee romantis banget, baru jadian ya?" goda Altair pada keduanya. Merasa tersindir, Putra melepaskan Romeo dari rangkulannya. "Lo ngapain? Hah? Gue masih perjaka jadi jangan sentuh-sentuh!" sentak Romeo lebay.
"Minggir-minggir!" Capella menerobos empat lelaki yang berada di depan Altair. Altair yang sedang meringsut menyeringit bingung. "AYANG! PULANG BARENG, YUK!" ajak Capella, menarik-narik kerah Altair.
"Eh, kecekek gue!" pekik Altair. Altair menyentak tangan Capella pelan. "Lagian, lo siapa sih?" heran Altair pura-pura tidak kenal.
"Pacarmu!" rajuk Capella. "MANTAN!" tegas Altair.
"Nah, tuh tau. Ngapain nanya?"
"Mantan gue banyak, takut ketuker aja," alasannya. "Najis!" sahut Fabian. Altair tidak menggubris sahutan Fabian.
"Gue santet mau? Kebetulan, foto lo udah ada." Altair menyengir lebar, hal itu sontak membuat Capella diam.
Di sisi lain, Alula dan gengnya berjalan menuju Altair. Sekolah sudah lumayan sepi, karena bel pulang sekolah sudah berbunyi. Sisanya tinggal mereka saja. "HEH!!" Raisha tiba-tiba heboh sendiri, mampu menghentikan langkah teman-temannya. "KENAPA?!" sahut teman-temannya.
"Berhenti dulu, gue mau ngomong." Raisha memberikan instruksi. "Ngomong apa? Kalau gak guna, lo gue buang ke lubang buaya, ya?!" ancam Alula.
"Jauh amat ke lubang buaya, gue udah pernah disantap sama buaya," terang Raisha. "Kok, masih hidup?" Kayra seolah tak paham dengan pembahasan Raisha.
"Bukan itu! Noh, abangnya si Alula, 'kan buaya!" tekan Raisha. "Lo semua punya pikiran gini gak, sih. 'Kan waktu itu rahasia Dicky, Capella, sama Aquila udah kebongkar kalau mereka itu saudaraan. Kenapa kita gak nanya mereka aja?"
Sandyta menjentikkan jarinya. "SUBHANALLAH, OTAK LO! BENER TUH. GUE MAU NGOMONG KE BADRAN!" Sandyta menghampiri Altair secepat mungkin, ia menyingkirkan Capella yang merajuk pada Altair. "Dran, gue mau ngomong sama lo." Sandyta langsung membawa Altair pergi, untuk mebicarakan tentang Aquila.
"Ya?" sahut Altair malas. Jujur, Altair sedang malas berinteraksi dengan perempuan selain Mamanya dan Alula. "Kan, Capella sama Dicky saudaraan sama Aquila, ya walaupun saudara tiri sih. Tapi, apa lo gak curiga kalau mereka penyebab Aquila gak masuk hari ini?" tanya Sandyta.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR BADRAN [REVISI]
Teen FictionCerita ini adalah cerita generasi kedua dari cerita ADITYA, selamat membaca cerita ALTAIR DAN AQUILA❤❤❤ Altair Badran Dhananjaya nama yang bagus jika didengar, tapi tidak dengan sikapnya. Altair adalah seorang Playboy, pemalak, dan badboy karena suk...