Happy Reading❤
Dia memang masa lalu, namun kenangannya tak akan punah meski sedetik saja. -Altair untuk Aya.
***
Aquila menghembuskan napasnya saat ingin membuka pintu, ia juga sudah meramalkan doa-doa di dalam hati agar firasat Altair tidak benar adanya. Aquila membuka pintu secara perlahan.
Bugh!
Sebuah tas besar dilempar oleh Ibu tirinya, sontak mengenai wajah cantik Aquila. Lemparannya lumayan kencang, sakit rasanya karena tas itu berisi. "Keluar kamu dari rumah ini!" titah Ibu tirinya. Apa-apaan ini? Mengapa Aquila diusir dari rumahnya sendiri? Yah, sebenarnya ini adalah rumahnya Aquila, harta warisan dari almarhumah ibu kandungnya. Ayahnya mendapat perusahaan milik ibunya, sedangkan Aquila mendapatkan rumah ini.
"Maksudnya? Mama ngusir aku?" tanya Aquila merasa tak percaya. "Ya iyalah, pake nanya lagi," sewot Capella.
"Lo diem ya, Pel. Gue nanya Mama bukan nanya lo!" tekan Aquila. "Berani lo bentak adik gue?!" Dicky membela Capella.
Terlihat ibu tirinya bersedekap dada, tersenyum meremehkan ke arah Aquila. "Pergi kamu dari sini!" titahnya sekali lagi. "Salah aku apa, sih?" lirih Aquila.
Ibu tirinya mengeluarkan ponsel, berjalan mendekat ke arahnya. Lalu ia menunjukkan suatu video mengenai pembongkaran keluarganya tadi, rupanya video itu sudah tersebar luas. Benar saja dugaan Aquila, pasti Dicky dan Capella lagi-lagi menjebaknya. Padahal Dicky yang membocorkan rahasia itu, tetapi justru Aquila yang kena. Mau dijelaskan seperti apapun juga, ibu tirinya tidak akan percaya, karena ia hanya percaya pada kedua anak liciknya itu ketimbang Aquila-anak tirinya.
"Bukan aku yang bocorin rahasianya, Ma. Tapi Dicky," kata Aquila dengan suara lembut.
Plak.
Suara tamparan menggema dirumah mewah itu. Tidak akan ada yang berpihak pada Aquila, bahkan ayah kandungnya saja sangat membencinya. Sekarang Papa Aquila sedang berada di luar kota, mungkin jika ia di sini juga ia tak akan peduli pada Aquila.
"Masih mau ngelak kamu?!" damprat Ibu tirinya. Ibu tirinya tertawa puas melihat Aquila menderita. "Beruntungnya Papa kamu lagi di luar kota dan gak tau kapan pulangnya. Saya jadi bisa seenaknya memperlakukan kamu," ucapnya.
Aquila terkekeh miris. "Tampar, Ma! Tampar lagi!"
"Padahal ini rumah saya, kok saya yang di usir?" Ketiga orang itu terkejut, mereka lupa kalau rumah ini adalah rumah Aquila. "Terus? Urusannya sama kita apa?" ujar Capella.
"Saya bisa aja usir kalian karena ini rumah saya!" tegas Aquila. Ibu tirinya menyuruh Dicky ke dapur, mengambil segayung air panas. "Siram ke tubuh dia!" suruh Ibu tirinya.
Aquila membelalakan matanya kaget. Secepatnya ia mundur dan keluar dari rumahnya, setidaknya kulitnya tidak rusak. Aquila berjalan ke luar gerbang dengan tangisan, ia tak tahan hidup seperti ini. Siapa sih yang mau hidupnya seperti itu? Jika ia bisa memilih ia akan pilih yang lebih baik dari ini. "Kenapa gue gak mampu ngelawan?" Aquila menangis, memejamkan matanya. "Kapan gue bisa berhenti menderita?" Hal ini berhasil meremukkan hatinya. Ia memang tidak suka mengeluh, tetapi kali ini ia sangat lelah.
"Kapan sih, gue bisa dapat kebahagiaan dari mereka?"
Benar kata Altair. Perasaan tidak enaknya itu benar terjadi, Aquila tidak tau harus kemana sekarang. Ponselnya mati, hari sudah mulai gelap dan ia lapar sekarang. Rambutnya sudah mulai kusut, pipinya memerah akibat tamparan Ibu tirinya, juga seragam yang ia kenakan sudah kotor karena keringat yang mengalir di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR BADRAN [REVISI]
Teen FictionCerita ini adalah cerita generasi kedua dari cerita ADITYA, selamat membaca cerita ALTAIR DAN AQUILA❤❤❤ Altair Badran Dhananjaya nama yang bagus jika didengar, tapi tidak dengan sikapnya. Altair adalah seorang Playboy, pemalak, dan badboy karena suk...