Part 66

63 6 0
                                    

Happy Reading💛

Sejak semalam sampai pagi-pagi buta begini, Aquila sibuk memindahkan barang-barangnya. Ia tidur ditemani Altair-lelaki itu tidur di sofa, sementara Aquila tidur di ranjang. Aquila berulang kali ingin bertukar tempat, tetapi Altair kukuh tidak mau. Hal ini, akhirnya dibolehkan oleh Nadjwa, karena Nadjwa percaya bahwa Altair tidak akan macam-macam dengan Aquila.

Gadis bersurai indah itu nampak siap dengan semuanya, ia juga sudah mandi dan sholat subuh. Ini saatnya ia membangunkan Altair untuk sholat. "Dran, bangun." Aquila menggoncangkan tubuh lelaki itu pelan-pelan. "Enghhh," engah Altair, mulai membuka matanya.

"Udah subuh emangnya?" tanya Altair, ia memposisikan badannya menjadi duduk, sambil memegang kepala. "Iya, Dran, sholat sana," suruh Aquila, gadis itu masih sibuk dengan kegiatannya yang membereskan tempat tidur.

Altair berdiri, kepalanya terasa berat karena sejak semalam lelaki itu terus memikirkan Aquila. Ucapan Aquila selalu terngiang-ngiang, contohnya seperti;

"Dran, nanti kalau gue udah tinggal di sana, urus rumah lo dengan baik ya. Bantuin tante Nadjwa, nenek lo, sama adik lo buat bersihin dan jagain rumah, bilangin juga ke Althaf."

"Lo jaga diri baik-baik ya. Gue, 'kan, gak tinggal di sini lagi nantinya."

"Jagain tante Nadjwa!"

"Jangan kebanyakan bergadang, tabok, nih!"

"Kalau misal gue udah tinggal di rumah gue, lo jangan nakal, oke?!"

Perkataan konyol itu masih terngiang-ngiang di kepala Altair. Altair tidak rela jika Aquila pergi ke rumahnya, rasanya rumah ini pasti akan sepi jika tanpanya. Lelaki itu tidak kuat menahan beban di kepalanya, tubuhnya sedikit tumbang. Aquila menjangkau tubuhnya, dan mendudukan Altair. "Lo kenapa? Sakit?" tanya Aquila panik.

"Kepala gue pusing, kayaknya raga gue emang gak bisa lo tinggalin deh, La, lo jangan pulang ya. Di sini aja," mohon Altair. Lelaki itu kelewat bucin, baru kali ini ada playboy sebucin dirinya. Cuma gara-gara Aquila ingin pulang ke rumahnya saja, ia sampai sakit seperti ini.

"Gue sakit masa gak ada yang urus, please, La," pinta Altair. "Ya udah, gue gak jadi pulang deh. Soal rapor gimana?"

"Biar mami sama nenek aja yang ambil, lo temenin gue di sini." Altair tersenyum geli. "Oh, oke. Sholat subuh dulu sana, jangan ditunda." Altair mengangguk, ia berdiri secara perlahan dan mengambil wudhu, lalu sholat. Setelah selesai, ia membaringkan badannya di sofa.

"Jangan tidur di sini, di kasur gih. Tubuh lo nanti malah makin gak enak, Badan!" Aquila menarik tangan Altair, lelaki itu hanya menuruti saja perintah ibu negara. "Badan lo panas lagi, bentar gue ambil kompresan sama bilang ke tante Nadjwa dulu, kalau gue gak jadi pulang, dan soal pengambilan rapor." Aquila pergi meninggalkan kamar Altair.

Karena merasa jenuh, Altair membuka ponselnya, membuka grup Archer (1).

Putra: pagi-pagi gini, enaknya ngapain ya?

Romeo: cuci mata dengan cara liat otot gue

Fabian: @Romeo, yee napsu lo ngeliatin otot

Romeo: kamu kenapa? Cemburu? @fabian

Fabian: bacot gosong! Gue beli tuh muka lo, biar lo gak ada muka

Romeo: aww, makin so sweet

Althaf: gila

Altair: lo semua gila anying, pagi-pagi udah main WA

Fabian: miror dong bang @Altair

Romeo: elah, Dran, gue santet ilang ganteng lo

ALTAIR BADRAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang