Part 29

63 12 0
                                    

Happy Reading❤

"Sayang!!" rajuk Capella, menggelayutkan tangannya dengan tangan Altair. "Apaan sih! Sayang-sayang lagi lo. Siapa gue?" ketus Altair.

"Pacar kamu," jawab Capella tanpa beban. "WHAT? LO MASIH ANGGEP GUE PACAR? GUE SIH GAK! PERGI SANA!" usir Altair mendorong-dorong Capella agar wanita itu pergi, namun hal itu tidak berhasil.

"Sayang, jangan gitu dong," rajuk Capella menyenderkan kepalanya dibahu Altair dan menggenggam tangan Atair. "Apaan sih?! Geli gue. Nempel mulu lo kayak ulet bulu. Gue gak mau sama cewe matre! Lo kira gue bank berjalan?!"

"Gue salah ngomong kemarin," kata Capella. Altair mengeluarkan smirknya. "Yakin salah ngomong? Kok, lancar banget?" sinis Altair.

"Itu-"

"BADRAN!" teriak Sandyta melambaikan tangannya, ia menghampiri Badran dan membawanya pergi dari hadapan Capella. Aquila mematung di tempat bersama Kayra, Alula, dan Raisha. "IHH SANDYTA! PACAR GUE MAU DIBAWA KEMANA?!" rajuk Capella.

"Mau gue nikahin!" Sandyta kembali melanjutkan langkahnya bersama Altair yang sedang ia gandeng. "Lo, kok-"

"Kita makan di kantin, yuk," ajak Sandyta menyela ucapan Altair. Altair mengangguk, ia dan Sandyta berjalan menuju kantin. "Tapi bayarin, ya?" ujar Altair cengengesan.

"Iya, santai aja kali," kata Sandyta. Merekapun duduk dikantin berdua, Sandyta memesan makanan dan minuman yang mereka pesan. Altair melihat Aquila dan ketiga temannya melewati kantin, Aquila memandang Altair dengan pandangan kesal. Ia kesal karena Altair lebih dekat dengan Sandyta-mantannya, ketimbang dirinya-musuh bubuyutan Altair. Oh jelas, dia itu musuhnya mana mungkin bisa bersatu?

Setelah memandang Altair dengan raut wajah yang masam, Aquila menoleh ke arah ketiga temannya yang tengah asik berbincang. "Itu si Badan balikan sama Sandyta?" tanyanya pada ketiga temannya.

"Gak tau deh, kenapa emangnya?" tukas Kayra pura-pura tidak tahu. "Hm, gapapa. Udah lanjut aja, sekarang kita mau kemana?" Aquila mencuri pandang pada Sandyta dan Altair yang sedang berduaan dimeja kantin bagian pojok.

Masih gue liatin, batin Aquila.

"Kantin aja yuk, gue laper," ajak Raisha diangguki oleh kedua temannya kecuali Aquila. "Kantin? Gak deh, gue gak mau. Udah kenyang soalnya," elak Aquila.

Iya kenyang makan hati, batin Aquila.

"Udah ayo, makan dulu jangan alasan kenyang. Gue tau lo laper." Alula menarik tangannya menuju meja kantin dibagian tengah, lalu disusul oleh Kayra dan Raisha. "Mau pesen apa?" tanya Alula.

"Apa aja deh, samain aja sama lo," jawab Raisha mewakili Aquila dan Kayra. "Oke." Alula berjalan memesan makanan dan minuman yang mereka pesan.

Aquila terus memandang ke arah meja pojok di kantin. Ia mengepalkan tangannya di atas meja. "Lo kenapa, sih?" sewot Kayra. "Apa? Gue gapapa cuma lagi latihan emosi aja," kekeh Aquila.

"Mana ada, Bambang!" geram keduanya. "Bentar deh, gue ke meja Sandyta dulu. Mau bahas soal Paskibra sama dia, soalnya nanti pulang sekolah gue mau latihan." Aquila berjalan menghampiri meja Sandyta dan Altair, Raisha dan Kayra berhigh five senang karena rencana mereka hampir berhasil. Yah, Aquila dan Sandyta memang mengikuti ekskul Paskibra sementara Raisha, Kayra, dan Alula mengikuti cheers.

"Permisi, maaf ganggu," kata Aquila pada keduanya. "Maaf, gak ada receh, Mba. Pergi aja sana!" usir Altair. Aquila yang geram pun langsung menjewer telinga Altair, Altair meringis kesakitan.

ALTAIR BADRAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang