Happy Reading❤
"Sampai sini kalian paham?" tanya Bu Reni, selesai menjelaskan materi di papan tulis. Altair menggaruk-garuk rambutnya yang terasa gatal, ia juga memijat pelipisnya yang terasa pusing. Tangan kanannya ia gunakan untuk menopang dagu, memejamkan matanya sedikit demi sedikit karena kantuk mulai menyerang dan ia juga merasa bosan.
"Paham, Bu," serempak seisi kelas.
"Hadeuh, gini amat ya hidup," keluh Altair. Althaf, adiknya sekaligus teman sebangkunya melirik Altair dengan heran. "Mati aja sana kalau hidup tapi ngeluh terus," cibir Althaf, berbisik pada abangnya.
Altair mengecap-ngecapkan mulutnya, menguap dan menutup mulutnya dengan telapak tangan. Lelaki itu mengucek-ucek matanya karena pandangannya mulai sayu, ia lelah karena pertarungan MMA kemarin, tidur delapan jam rasanya kurang cukup. "Brisik lo ah, nanti kalau gue mati lo malah dapat berkat, 'kan jadi enak di lo."
"Gue pengen tidur, Al. Bolos yuk ke basecamp," ajak Altair, berbisik. Althaf berdecak. "Halah, paling sampe basecamp malah ke Wardam godain cewe-cewe yang lewat, emangnya gue gak tau," sewot Althaf.
"Tau aja, absenin gue terus ya kalau godain cewe? Punya daftar nama cewe yang gue godain gak?" kekeh Altair. "Ngapain? Kurang kerjaan amat. Kerjaan gue banyak, males banget gue absenin nama-nama cewe yang sering digodain sama lo, sama Meo juga."
"Santai sih, Al, ya elah lo. Kusut mulu muka lo kayak kanebo kering, gue basahin aja letoy lo!" gertaknya, dengan suara tinggi. Bu Reni melotot garang ke arah Altair dan Althaf. Semua siswa juga ikut memandang mereka, Altair yang dilihat seperti itu hanya cengengesan tidak berdosa. "Kenapa sih pada ngeliatin gue? Baru ngeliat orang terganteng sedunia ya?" tebak Altair pada semua teman sekelasnya.
"Yee, pede!" sentak semuanya. Ada juga yang berkata, "Iya, ganteng!"
"Badran, Althaf!" Keduanya menelan saliva mereka kuat-kuat, saat suara lengkingan memanggil keduanya.
"Heran ya saya, kalian berdua ini ngobrol terus. Siapa yang ngajak ngobrol duluan?" Bu Reni menatap mereka dengan penuh intimidasi. "E-dia, Bu!" tunjuk Altair pada Althaf.
"Dih, kok gue? Nuduh aja lo bisanya, ingat. Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan!" Althaf berusaha membela dirinya sendiri. Raisha melihat Althaf kasian, mana mungkin Althaf mencari masalah duluan dengan Altair di sekolah? Pasti Altair dalang di balik semuanya. Raisha mengangkat tangannya tinggi-tinggi. "Bu! Yang ngajak ngobrol duluan emang si Badran, mana mungkin Althaf ngelakuin itu. 'Kan ibu tau Althaf anaknya kalem," ujar Raisha membela.
Altair melongo, ia merasa kalah telak dengan Althaf karena ia dibela oleh Raisha, lalu siapa yang akan membelanya? Bahkan Aquila saja hanya menatapnya biasa, tidak ada aksi tunjuk tangan untuk membelanya. Mengapa? Oh iya Altair lupa, memangnya hubungan dengan Aquila itu sebagai apa? Hanya teman.
Altair sesekali menengok ke arah Aquila, Aquila juga menengok ke arahnya. Tatapan Altair seolah meminta bantuan darinya, Aquila mengangkat salah satu alisnya tidak mengerti. Apakah lelaki itu meminta bantuan padanya?
Altair mulai bicara tetapi tak bersuara. "Bantuin gue." Itu yang terlihat jelas, keluar dari mulutnya. Aquila tersenyum geli, ia mengacungkan jempolnya pada Altair. Gadis itu mengangkat tangannya seperti Raisha tadi. "Quila, lo ngapain angkat tangan? Ciee, mau bela Bang Badran ya?" tebak Alula, yang duduk dibangku belakangnya.
Aquila berdecak. "Liat aja dulu pake mata kepala lo sendiri, baru simpulin," ketus Aquila. "Ya santai, dong," balas Alula.
"Ya, kenapa, Aquila? Ada yang mau kamu tanyakan atau bagaimana?" ujar Bu Reni pada Aquila. "Saya cuma mau kasih tau kalau-Badran emang ngajak Althaf ngobrol duluan, Bu," adu Aquila. Yah, gadis itu memang sejak tadi memperhatikan Altair, Altair terlihat bosan dan ia mengajak Althaf bicara. Secinta apapun Aquila pada Altair, ia akan tetap membela kebenaran meski Altair akan kena imbasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR BADRAN [REVISI]
Teen FictionCerita ini adalah cerita generasi kedua dari cerita ADITYA, selamat membaca cerita ALTAIR DAN AQUILA❤❤❤ Altair Badran Dhananjaya nama yang bagus jika didengar, tapi tidak dengan sikapnya. Altair adalah seorang Playboy, pemalak, dan badboy karena suk...