Happy Reading❤
Sepulang sekolah, Aquila dan Sandyta memisahkan diri dari teman-temannya. Keduanya berlatih Paskibra di tengah lapangan, bersamaan dengan anak-anak Archer yang sedang memainkan bola basket untuk pertandingannya hari Kamis nanti melawan geng Castor. Aquila berada di tengah sebagai pembawa bendera. Pasukan Paskibra berbaris rapi memenuhi lapangan. Mereka terlihat sangat gagah, meski adanya perempuan yang mengikuti.
Sejak tadi, Altair terus memperhatikan Aquila yang berada di dekat tiang bendera. Angin yang lewat membelai lembut rambut panjang yang tersurai Aquila, membuat gadis itu semakin cantik dan Altair pun semakin terlena.
"Bang! Oper bolanya!" teriak Althaf.
Bruk!
Altair terjatuh karena Farhan- yang menjadi tim lawan tidak sengaja menjatuhkan tubuhnya. Altair juga tidak menghiraukan teriakan teman-temannya yang menyuruh dia mengoper bola, ia malah asik memandang Aquila. "Awhh," ringis Altair. Sandyta yang telah selesai berlatih pun, menghampiri Altair dan membantunya berdiri. "Lo gapapa?" tanya Sandyta.
"Gak," jawab Altair yang masih mengalihkan pandangannya pada Aquila. Gadis itu kini sedang menatapnya dari jauh. "Dran! Fokus dong!" sungut Fabian.
"So-sorry," jawabnya. "Ya udah, lanjut besok aja lah mainnya. Kita mau ke Wardam dulu, lo mau ikut gak?" sahut Putra.
"Duluan aja, nanti gue nyusul." Teman-temannya pun pergi meninggalkan kawasan sekolah menuju Wardam. Sandyta membelikan minum untuknya di kantin, saat Aquila ingin menghampiri Altair. Sandyta sudah selesai membeli minumnya, hal itu membuat Aquila dongkol.
Kan pranknya udahan, kenapa sih Sandyta ngedeketin Badan mulu? apa dia masih ada rasa sama Badan? batin Aquila menggerutu.
"Nih minum." Sandyta memberikan minumnya. Altair menerimanya dengan senyum tipis. "Lo apa kabar, Dran?" tanya Sandyta.
Altair menoleh saat Sandyta mengatakan itu. "Lo liat sendiri sekarang gue di samping lo. Gimana keadaan gue?" Altair malah tanya balik. Sandyta terkekeh. "Baik-baik aja sih," katanya.
"Iya, San. Alhamdulillah gue baik-baik aja. Tumben lo nanya gini ke gue?" Altair menatap Sandyta lekat-lekat. Sandyta segera membuang mukanya karena tidak kuat menatap balik Altair. "Jangan liat gue kayak gitu," ujar Sandyta masih membuang muka.
Altair tertawa kecil. "Ternyata lo masih sama kayak dulu ya, San. Malu kalau gue tatap begini." Altair masih ingat bagaimana reaksi Sandyta saat dirinya menatap Sandyta seperti itu waktu masih berpacaran. Sandyta pernah bilang kalau ia tidak kuat jika Altair menatapnya seperti itu.
"Ternyata lo masih inget." Posisi Sandyta masih sama seperti tadi. "Gue lagi natap awan, San. Bukan natap lo," ucap Altair. Sandyta memalingkan wajahnya kembali ke hadapan Altair.
Tetapi Altair malah memandang Aquila yang sibuk berdiskusi dengan Paskibranya. "Lo udahan paskibnya?" tanya Altair. "Iya, udah. Kenapa emang?"
"Gapapa, nanya aja. Lo sama Aquila beda posisi atau gimana? Kok dia belum selesai?"
"Oh, kalau Aquila itu masih sedikit gak paham sama formasi barunya. Makanya dia kayak nanya-nanya biar tampil maksimal di acara-acara sekolah atau lomba kalau emang ada lomba," jelas Sandyta. "Oh, gitu."
"Iya."
"Dran," panggil Sandyta. Altair menoleh, menaikkan satu alisnya seolah bertanya. "Lo udah banyak berubah, ya," kata Sandyta.
"Berubah gimana maksud lo? Berubah jadi ironman?" kekeh Altair. "Gue serius, Dran. Sikap lo udah ada pengurangan sebagai playboy. Gue jarang liat lo godain cewe lagi bareng si Romeo, kok bisa? Ada yang ubah lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR BADRAN [REVISI]
Teen FictionCerita ini adalah cerita generasi kedua dari cerita ADITYA, selamat membaca cerita ALTAIR DAN AQUILA❤❤❤ Altair Badran Dhananjaya nama yang bagus jika didengar, tapi tidak dengan sikapnya. Altair adalah seorang Playboy, pemalak, dan badboy karena suk...