Part 10

97 15 10
                                    

Happy Reading❤

Adit menjewer keras telinga putra sulungnya itu. Ia sangat kesal setengah mati pada Altair, Nadjwa tidak ikut datang ke kantor polisi karena ia harus menemani Alula dirumah sakit. Adit dan Nadjwa membagi tugas masing-masing karena panggilan yang mendesak dari pihak sekolah atas kasus pertempuran Altair dan kabar sakitnya Alula.

"Sakit, Pa," ringis Altair. Adit melepaskan jewerannya dan menjitak kepala Altair. "Yaallah, Papa tuh pusing sama kamu Altair! Buat ulah mulu, Papa juga harus bebasin kamu dari sini, buang-buang uang. Emang nyari uang gak susah apa?!" gertak Adit.

Altair hanya cengengesan tidak jelas. "Habisnya seru banget kalau tempur, Pa, Papa pernah tempur gak sih waktu SMA?" Baik Adit, Nadjwa, Arkhan, dan Riyana dilarang untuk meceritakan kejadian masa lalu yang berhubungan dengan permusuhan Alerga dan Varga. Anak-anak mereka juga tidak tau kalau Megan anak yang baru berumur 7 tahun itu meninggal karena ulah Dito, Ifan, dan Aldy yang termasuk musuh mereka saat SMA dulu. Alerga adalah geng yang dipimpin oleh Adit, Arkhan, dan Abi-kakaknya Nadjwa. Ketiganya memimpin angkatan kelas mereka masing-masing. Abi memimpin kelas dua belas, Arkhan kelas sebelas dan Adit kelas sepuluh. Alerga berada di SMA Nusantara.

Sementara geng Varga, berada di SMA Samudra. Kelas dua belas dipimpin oleh Ifan, kelas sebelas oleh Dito, kelas sepuluh oleh Aldy. Mereka tidak menceritakan hal ini karena mereka takut anak-anak mereka akan meniru hal yang sama.

Tetapi percuma, diberitahu atau tidaknya. Semua anak-anak mereka sama-sama nakal kecuali anak perempuan dari mereka. Adit menyesal pernah nakal dulu, kalau ia tau anaknya akan nakal seperti ini, ia tidak akan nakal dulunya, tetapi semua sudah lalu dan hanya bisa dikenang sebagai kenangan terindah pada masa-masa SMA.

SMA Elang dengan SMA Nusantara-sekolah Adit, dan SMA Samudra-sekolah musuh Adit saling berdekatan. Beruntungnya Altair dan geng Archer berteman baik dengan anak-anak Nusantara. Tapi kemungkinan, mereka akan tau sedikit masa lalu SMA Nusantara. Adit dan alumni SMA Nusantara sudah bersumpah tidak akan menyekolahkan anak-anak mereka di SMA Nusantara, takut jika geng Alerga diteruskan kembali.

"Paa?" Altair mengibaskan tangannya di depan wajah Adit karena sedari tadi Adit terus melamun saat Altair bertanya begitu. "Udah gak usah dipikirin!"

"Kasih tau dong, Pa, dulu Papa punya geng tempur, gak?"

"Gak usah dibahas, Altair!"

"Dih sensian deh kayak ibu-ibu komplek." Altair merocos dengan kurang ajarnya, ia menutup mulutnya setelah berkata begitu pada Adit. "Eh." Lalu ia cengar-cengir tidak jelas.

Adit memandangnya dengan tatapan Elang, ia mengelus dadanya beristigfar. "Astagfirullahaladzim," ujarnya. "Jangan kira kamu bebas ya habis ini! Papa bakal hukum kamu, motor kamu dan motor Althaf disita, Papa gak mau kasih kalian uang jajan selama seminggu."

"HAH?! JAHAT BANGET SIH, PA. NANTI ALULA MAU NAIK APA KE SEKOLAH, HAYO?"

"Alula berangkat sekolah ya sama Papa, mobil-mobil Papa nanti Papa gembok biar kalian gak bisa pake, kuncinya juga bakal Papa umpetin di tempat yang gak kalian tau."

"Curang!"

"Bodo amat!" Adit melipat kedua tangannya didepan dada. "Terus nanti Altair sama Althaf ke sekolahnya gimanaaaa?!" Altair geram, sangat geram.

"Siapa ya? Emang peduli?" ledek Adit. "Wahh parah! Parah! Aku ini anak Papa!" ujarnya mendramatis.

Adit menahan tawanya mati-matian karena melihat tingkah putranya. Kenapa Althaf dan Altair sangat berbeda dengannya? Alula juga sifatnya beda dengan Nadjwa. Sama-sama bertolak belakang.

"Saya gak punya anak cowo, anak saya cuma Alula," kata Adit bertujuan untuk bercanda, ia memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana hitam miliknya, outfitnya yang ia pakai sekarang adalah jaz hitam dan kemeja putih karena ia tadi ada meeting penting, tetapi harus sirna karena panggilan bahwa kedua anaknya bermasalah dengan sekolah.

ALTAIR BADRAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang